GHEINOVA #24

123 14 0
                                    

Happy reading🍓

****

Inov dinyatakan sembuh dari penyakit Gangguan Stres Pasca Trauma-nya. Setelah beberapa bulan menjalani pengobatan, akhirnya Inov benar-benar terbebas dari penyakit traumatic itu.

Sekarang ia sedang melangkah di koridor Rumah Sakit bersama Dokter Irfan. Beliau yang selama ini membantu proses penyembuhan Inov dengan sabar. Kadang saat Inov bolos pemeriksaan, Dokter Irfan menjemput Inov dimanapun anak itu berada. Alasannya tak lain adalah Dokter Irfan ingin pasiennya benar-benar sembuh, dan hidup normal.

"Makasih, Om!" ujar Inov di sela keheningan mereka.

Dokter Irfan tersenyum pada Inov. "Sama-sama. Selamat, ya, atas kesembuhan kamu!" ucapnya. Inov membalasnya dengan senyum dan anggukan kecil.

"Gimana kalau kita makan dulu? Saya yang traktir deh," ajak Dokter Irfan.

"Mm ..." Inov menimbang-nimbang keputusan. "Boleh, deh." ucapnya kemudian.

"Tapi emang Om gak ada jadwal lagi?" tanya Inov.

"Nggak, ada Inov." kata Dokter Irfan.

Inov mengangguk. "Oh, oke."

****

"PA!" Arfa menaikkan nada bicara di hadapan sang papa. Lelaki yang duduk di kursi kebesarannya itu hanya diam menatap anak bungsunya.

Arfa mengusap wajahnya kasar. Ia tidak tahu jalan pikiran papanya seperti apa. Apa papanya itu sebegitu tidak pedulinya dengan Arfa? Bahkan saat dirinya babak belur seperti sekarang, pria itu tetap tenang dan tak bereaksi.

"Papa mau bikin aku nyusul bunda?" tanya Arfa lirih.

"Jangan berucap seperti itu Arfa!" ujar Arya tajam.

"Lalu kenapa Papa biarin aku dihantam terus-terusan oleh Arnan?!"

"Kenapa kamu gak ngelawan?" tanya Arya membuat Arfa tercengang.

"Hah? Melawan? Itu sama aja nyerahin nyawa aku ke tangan Arnan, Pa!" Suara tinggi Arfa terdengar hingga ke luar ruangan tersebut. Hingga Artha yang hendak masuk pun bisa mendengar bagaimana suara adiknya itu.

"ARFA! Tenang," Artha masuk lalu memagang pundak Arfa. Ia menyuruh adiknya itu agar duduk dan menenangkan diri. Bagaimanapun, sikap Arfa tadi termasuk durhaka.

"Arnan lagi?" tanya Artha.

"Iya." jawab Arfa.

"Ck! Lelaki sialan!" umpat Artha.

"Kenapa Papa gak kasih perusahaan itu ke Arnan aja? Atau emang Papa mau ngeliat Aku jauh lebih parah dibandingkan ini?" Arfa menatap Arya yang kini tengah menatapnya juga.

"Kemarin masuk Rumah Sakit, tapi apa Papa mau ngejenguk Arfa?" Suara Arfa memelan, namun tak mengubah reaksi Arya. "Tadi, hampir aja masuk lagi. Besok-besok, kalau Arfa sampai meninggal, apa Papa mau nguburin mayat Arfa?"

"ARFA! JANGAN BICARA ANEH-ANEH!" ujar Artha.

Arfa mengabaikan Artha. Ia tersenyum miris  menatap Arya. "Kayaknya emang bener. Papa emang mau bikin Arfa nyusul Mama,"

GHEINOVA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang