๑ 04 ๑

3.6K 390 3
                                    

Tamao sudah tertidur, masalah keperluan bayi untuk sekiranya dua hari kedepan sudah beres, perlengkapan bayi pun besok akan datang dari kakaknya Katsuki. Nah, yang jadi masalah sekarang adalah, bagaimana dengan Tamao saat Isao harus pergi kerja dan Katsuki kuliah?

Jelas Katsuki tidak bisa terus menerus bolos kuliah, Isao juga tidak akan bisa mengambil cuti. Bisa-bisa upahnya dipotong atau bahkan dipecat. Tidak mau.

Meski ada penitipan anak, Tamao adalah bayi dengan telinga dan ekor kucing. Mereka semua pasti akan kaget, sama kagetnya seperti Katsuki dan Isao. Jadi jasa penitipan anak untuk sementara ini tidak masuk dalam list. Menyewa baby sitter, tidak akan jauh beda dengan penitipan anak. Tamao bayi ‘aneh’, jadi baby sitter juga bukan pilihan yang baik. Katsuki dan Isao ingin seseorang yang menjaga Tamao selama mereka di luar adalah orang yang bisa dipercaya.

“Haah! Lagian ya, siapa sih guardian angel itu? Aku heran.”

“Mana aku tau. Kan kau duluan yang menemukan suratnya. Yang pertama menemukan Mao juga kau bukan aku.”

Katsuki melengos, “Kenapa jadi aku?”

“Ya memang kau.”

Dan makin-makin melegos. Memang benar, Katsuki yang menemukan Tamao pertama kali, begitu juga suratnya. Katuski hanya heran saja, kalau Tamao dikirim sebagai pelengkap pernikahannya dengan Isao, harusnya si guardian angel ini juga paham tentang latar belakang Katsuki dan Isao.

Harusnya.

Karena, Katsuki masih mahasiswa, Isao juga baru bekerja selama dua tahun. Ada anak di umur mereka masih terlalu dini, tidak ada yang bisa stay di rumah untuk mengurus bayi, ditambah dengan konsisi Tamao yang terlampau unik. Telinga kelinci, ekor berbulu lebat, sampai warna matanya yang berbeda. Seperti kucing odd eye.

Katsuki juga cari-cari tentang kucing odd eye, banyak artikel yang mengatakan kalau warna matanya berbeda antara kanan dan kiri, salah satu indera pendengarannya juga tidak berfungsi. Tapi banyak juga artikel yang membantah hal tersebut. Katsuki dan Isao jelas penasaran dengan itu, mereka ingin mencari tau bagaimana dengan Tamao.

Jadi setelah makan malam tadi, keduanya mencoba berbicara di tiap sisi telinga Tamao. Menurut mereka, meski belum genap sehari, Tamao akan memperhatian obrolan mereka. Jadi mereka coba. Katsuki berbisik di telinga sebelah kiri, Tamao menoleh ke arahnya, pun dengan Isao, waktu ia berbisik di sebelah kanan, Tamao juga menoleh. Bisa mereka yakini kalau kedua indera pendengaran Tamao normal. Hanya warna matanya saya yang berbeda, menambah keunikannya.

Kembali lagi ke masalah awal, bagaimana dengan Tamao saat Katsuki harus pergi kuliah dan Isao pergi kerja? Sampai pagi menjelang tidak ditemukan juga cara yang tepat. Mereka begadang semalaman bukan karena Tamao menangis saat malam, tapi karena terus memikirkan kemana mereka harus menitipkan Tamao.

Hari ini pun Katsuki kuliah agak siang. Isao membiarkan Katsuki tidur sebentar sementara ia membawa Tamao untuk sarapan dan ia sendiri bersiap sebelum pergi ke kantor. Sembari terus memikirkan cara terbaik untuk Tamao dan juga ia dan Katsuki.

Isao duduk menghadap Tamao, sengaja Tamao ia dudukan di atas meja agar sejajar, karena tidak mungkin juga di kursi. Isao lihat bayi kucing ini makannya lahab, ia juga tidak rewel, semalam saja rasanya tidak menangis. Isao punya pemikiran untuk meminta bantuan ibuya, tapi pasti ibunya nanti kaget bukan kepalang. Bukan masalah Isao tiba-tiba punya bayi, tapi karena keunikan Tamao.

Butuh waktu lebih untuk membuat orang lain mengerti tentang kodisi Tamao, seperti mereka.

Bell berdering nyaring. Isao lekas bangkit dan menurunkan Tamao dari meja. Kakinya melangkah cepat ke arah pintu, pun Tamao yang merangkak setengah berlari mengintili induknya. Rangkak Tamao baru berhenti begitu sampai di pijakan genkan, jadi hanya bisa memperhatikan Isao membuka pintu dan menerima sebuah kotak besar.

“Isao? Siapa yang datang?” tanya Katsuki sembari menggaruk-garuk perutnya. Rambutnya berantakan seperti singa, terlihat sangat mengantuk, tapi terlihat tidak bisa melanjutkan tidur lagi juga. “Oh?” matanya mendelik, begitu sadar kakinya tersandung. “Astaga.. kau disini.”

Tamao mengangkat tangan minta gendong, buat Katsuki menaikan sebelah alisnya keheranan. Baru sehari, dan Tamao sudah sangat menempel dengannya dan Isao.

“Katsuki, kau bangun?”

“Hmm, suara bellnya berisik sekali.”

“Kiriman dari kakakmu sudah datang.”

“Kita buka di dalam saja.”

Isao menyahut ringan, matanya lekat memperhatikan bagaimana Katsuki menggendong Tamao. Tanpa sadar senyumnya mengembang simpul.

Di ruang tengah, Katsuki dan Isao mengeksekusi kiriman dari kakaknya Katsuki. Banyak pakaian dan ada gendongan juga. Katsuki dan Isao segera tertarik dengan jenis gedongan yang serupa tas ransel itu. Mereka sering melihat banyak orangtua menggunakan model gendongan tersebut, terlihat nyaman, plus, rasanya memang cocok untuk Tamao yang memang bukan bayi baru lahir. Meski ada juga gendongan lain yang lebih cocok untuk bayi baru lahir, seperti gendongan pouch sling.

“Isao, ngomong-ngomong, kau tidak bersiap ke kantor?”

“Ha? Oh. Aku sudah mengatakan akan datang agak telat hari ini. Atasanku juga mengerti.”

“Kenapa?”

“Umm, Katsuki.” Kalimat Isao terhenti, matanya sama sekali tidak melihat pada Katsuki, tapi pada Tamao di samping Katsuki. “Kurasa... Mao menyukai boneka itu.”

“Hweee?! Kau kan kucing Mao! Kucing! Kenapa malah suka dengan boneka kelinci?”

“Ia hanya punya telinga dan ekor kucing Katsuki, ia tetap manusia.” Isao sudah cekikikan melihat Katsuki berebut boneka dengan Tamao. Rasanya lucu sekali, Katsuki yang berbadan besar berebut boneka dengan bayi sepuluh bulan.

Bahkan semakin menggemaskan waktu Tamao sudah ada di pangkuan Katsuki, mendusel bak kucing sungguhan.

Senyum Isao masih mengembang memperhatikan, pikirannya kembali melayang pada siapa yang bisa menjaga Tamao saat keduanya harus pergi.

Tiba-tiba, semua jadi serba sulit.

tanggal publish: 1 April 2020

Odd Baby (BL) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang