๑ 17 ๑

1.9K 246 22
                                    

Sejak keadatang Mugiwara bersama keluara kecilnya, Tamao sama sekali tidak mau dipisahkan dengan Usami. Menempel sepanjang waktu, bahkan sampai buat Mugiwara dan istrinya hanya menggelengkan kepala.

Datang ke rumah Isao dan Katsuki bagi Mugiwara dan Iwako, seperti kembali ke rumah, mengingat rumah ini dulunya memang rumah mereka. Pun, sama seperti Usami, ia bebas melengang  kesana-kemari, tapi tentu saja masih diikuti Tamao sambil menyeret-nyeret boneka kelincinya.

"Iwako-san, maaf, kau jadi ikut menyiapkan makan siang."

"Ah, tidak apa kok. Aku malah senang bisa membantu. Apalagi untuk acara ulangtahun seperti ini." Iwako tersenyum ramah, "Melihat Usami senang begitu juga aku jadi ikut senang."

"Hm." Isao mendelik, melirik Tamao dan Usami bermain di depan tv. "Usami-kun jadi kerepotan karena Mao tidak mau lepas darinya."

"Tidak, tidak. Tidak kok. Usami malah senang. Sejak tadi juga ia membiarkan Mao-kun mengikutinya kan?"

Isao mengangguk lagi, tangannya tidak berhenti merapihkan piring dan makanan di meja. Ada satu kue ulangtahun ukuran sedang di tengah meja, lilinnya belum menyala. Hari ini, Tamao ulangtahun yang pertama.

Katsuki karena saking antusiasnya, ia jadi menyiapkan segala keperluan untuk pesta ulangtahun. Kalau Isao tidak menghentikannya, mungkin saat ini rumah mereka sudah jadi seperti toko perlengkapan pesta.

Padahal, Katsuki yang mengatakan untuk membuat acara sederhana, tapi ia sendiri yang malah membeli banyak hal. Bahkan untuk kado, ia membelikan topi samaan untuk Tamao dan Usami. Itu pun, kalau bisa dibilang kado. Karena rasanya, Katsuki tidak akan berhenti kalau untuk mereka berdua.

"Aku datang."

Isao lekas menoleh, dari genkan ibunya datang membawa tas berisi makanan ringan. "Selamat datang." sahutnya kemudian.

Irumi berhenti di ruang tengah, menyapa anak-anak, terutama Usami yang baru pertama kali ia temui. "Manisnya. Kau yang suka diceritakan Mao ya? Ya ampun, manis sekali."

"Diceriakan Mao? Bicara saja belum lancar." batin Isao. Ia paham ibunya memang kadang suka berlebihan.

Irumi bangkit, melenggang ke dapur yang menyatu dengan ruang makan. "Ah, selamat siang."

"Iwako-san, ini ibuku. Bu, ini Iwako-san, istri Mugiwara-san."

"Ooh, yaa yaa. Aku Irumi. Anakmu manis sekali. Sejak mereka kembali dari liburan waktu itu, Katsuki tidak berhenti cerita soal keluargamu. Aku juga sampai ditunjukan foto Mao dan Usami. Ya ampun, mereka menggemaskan sekali. Ah tapi, apa cerita Half Human itu benar? Ada banyak anak-anak seperti mereka?"

Isao memutar bola mata, senyumnya agak mengembang nenyeringai. "Dasar ibu-ibu, kalau sudah bertemu ibu-ibu lainnya, langsung klop." dan membatin lagi, paham tentang ibunya yang mulai cerewet kalau sudah bertemu dengan ibu-ibu lainnya. Terlebih, mereka punya obrolan soal Half Human ini.

Obrolan Irumi dan Iwako masih terus berlanjut, malah Isao merasa tersingkirkan. Yang mengurus meja dan lain-lainnya, jadi mereka berdua. Lagipula, obrolan keduanya sama sekali tidak nyambung dengan Isao.

Di ruang tengah, di atas karpet yang terhampar semua mainan Tamao, Tamao dan Usami malah bermian tidur-tiduran, berguling sambil tertawa-tawa entah dimana lucunya.

"Mao, rapihkan dulu mainannya, baru bisa tiduran."

"Chao!" tapi Tamao hanya menyahut kesenangan.

Isao berjongkok di hadapan bereka, Usami sudah duduk memegangi kakinya, menatap Isao lekat-lekat seperti sedang menghafal wajah Isao. "Usami-kun, terima kasih ya sudah datang dan menemani Mao."

Odd Baby (BL) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang