Kepalanya dipijat-pijat, agak sakit, penat. Sedang banyak pikiran memang, ya soal kerjaan, soal keuangan, rumah tangga. Semua. Rasanya masih jauh langkah Isai menuju jalan keluar masalahnya. Tidak habis-habis.
Belakangan ini, Katsuki terus membahas soal pindah rumah. Isao setuju saja, toh mereka memang perlu, karena rumah sebelumnya, di apartemen sederhana itu terlalu sempit untuk ditinggali tiga orang. Tapi yang jadi masalah untuk yang satu ini, soal keuangan.
Kalau hanya untuk mengontrak rumah baru, uangnya ada, tapi Isao dan Katsuki tidak bisa serta merta begitu saja pindah rumah. Mereka hrus memikirkan perabot yang kurang, pun keperluan sehari-hari mereka. Belum lagi kebutuhan Tamao.
Katsuki masih kuliah, ia masih butuh uang untuk ini-itu. Meski Katsuki selalu bilang, tidak perku memikirkan tentangnya, tapi bagaimana Isao tidak memikirkan pasangannya sendiri. Ini satu masalah yang buat Isao sakit kepala. Keuangan.
Lalu soal pekerjaan. Sudah seminggu rasanya Isao pulang lewat dari jam pulang kantor. Isao harus lembur. Sampai rumah, tinggal lelahnya, ia jadi kepikiran lagi soal Katsuki yang mengurus Tamao begitu selesai kuliah. Seperti, Isao tidak ikut andil dalam mengurus Tamao padahal mereka sudah sepakat untuk mengurusnya bersama. Lagipula, memang kondisi Isao di kantor sedang kurang sehat.
"Oda-kun.." Mugiwara melihat Isao masih berkutat di depan PC, ia menarik kursi dan duduk di samping Isao. "Lembur lagi?"
"Begitulah."
"Ayo pergi minum setelah ini."
"Ah, maaf. Tidak bisa." Isao terus menjawab tanpa pernah menoleh. "Sedang ada anak kecil di rumahku jadi, aku menghindari minum-minum untuk saat ini."
"Aah, anak kerabatmu itu?"
"Hm."
"Begitu yaa.." Mugiwara mengangguk, ia masih terus memperhatikan Isao. "Kau terlihat sedang banyak masalah akhir-akhir ini. Soal kerjaan?"
"Yaa salah satunya." napasnya dihela dalam. "Sebenarnya ada masalah lain, maksudku.. ya bukan soal pekerjaan." Isao baru menarik punggungnya untuk bersandar. "Aku dan partnerku berencana pindah rumah. Mungkin bukan di flat atau apartemen lagi, kami mencari rumah, tapi di jaman sekarang, rasanya jarang orang yang menjual rumah dengan harga miring. Kalau mengontrak, uang sewanya bisa lebih besar dari uang membeli rumah."
"Hmm.. iya, kau benar. Terlebih di kota seperti ini."
"Makanya... aku pusing sekali memikirkan itu."
"Biar nanti aku bantu carikan. Kau ingin rumah yang seperti apa?"
"Yang sederhana saja, kalau bisa ada halamannya."
"Aah begitu. Baiklah, nanti aku tanya-tanya. Kebetulan aku ada teman yang bekerja di bagian pemasaran rumah."
"Terima kasih Mugiwara-san."
"Aah~ sesama teman kan memang harus bantu." Mugiwara menepuk bahu Isao, buat Isao hanya tersenyum lesu. "Jadi.. ada apa dengan pekerjaanmu? Kulihat kau selama ini baik-baik saja."
"Aah, begitulah. Kau juga pasti pernah merasakan ini."
Mugiwara cekikikan, ia menepuk-nepuk lagi bahu Isao. Mereka melanjutkan mengobrol sebentar sebelum Mugiwara benar-benar pulang. Lagi-lagi malam ini Isao harus lembur. Ia makin-makin tidak enak hati dengan Katsuki.
Matanya mendelik begitu ponselnya berdering nyaring. Dari ibunya. Kening Isao mengernyit, aneh sekali ibunya menelpon jam segini.
"Halo?"
"Isao? Kau dimana?"
"Aku masih di kantor, Bu. Ada apa?"
"Mao-kun demam. Ia panas sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Odd Baby (BL) [COMPLETE]
FantasíaKatsuki dan Isao tiba-tiba dikaruniai seorang anak. Cerita tentang kehidupan sehari-hari mereka bersama seorang anak jadi-jadian. . . . ❀ 𝕆ℝ𝕀𝔾𝕀ℕ𝔸𝕃 ℂℍ𝔸ℝ𝔸ℂ𝕋𝔼ℝ ❀ BL, Boys Love. update suka-suka, karena nulis ini gak di-draft dan sesuka hati b...