Dibilang menginap, tidak dari Isao atau Katsuki bisa memejamkan mata sebentar saja. Tamao demam lagi meski tidak setinggi sebelumnya. Ia jadi sangat rewel, menangis sepanjang malam. Isao dan Katsuki harus bergantian menggendongnya karena Tamao sama sekali tidak mau dibaringkan di ranjang. Bahkan untuk mengganti pakaian Tamao yang basah karena keringat saja butuh perjuangan luar biasa.
Tangisan Tamao buat keduanya panik.
Ibunya Isao, Irumi, mengatakan mungkin Tamao sedang tumbuh gigi, karena biasanya bayi tumbuh gigi akan demam dan menangis karena sakit. Tapi waktu dilihat, tidak ada yang aneh, bahkan gusi Tamao juga tidak merah atau bengkak. Semua mereka cek bahkan sampai ke telinga dan ekor Tamao, masih sama, tapi Tamao tetap rewel.
Tangisannya baru berhenri menjelang fajar. Tamao baru tertidur. Itu pun sepertinya karena kelelahan. Mata Tamao jadi sembab, pipinya juga lengket bekas airmata. Isao pikir, Tamao pasti dehidrasi juga karena demam dan terus menangis, tapi diberi air minum tidak mau, bahkan susunya juga ditolak.
"Katsuki, kau kuliah jam berapa?"
"Ah? Um. Sembilan. Aku bisa izin-"
"Tidak, tidak, kau tetap kuliah. Jangan khawatirkan Tamao, aku akan mengurusnya. Lagipula ada Ibu."
"Lalu kau tidak kerja?"
"Bisa dari rumah."
Katsuki menunduk, memalingkan pandangannya dari Isao. "Maaf.. semua salahku."
"Haah, sudahlah. Tidak ada yang bisa disalahkan di sini. Kurasa, kau pergi atau tidak kemarin, Mao akan tetap sakit."
"Aku benar-benar menyesal, Isao."
"Iya, iyaa. Sudah sana bersiap. Kau akan pulang ke apartmen dulu sebelum kuliah, kan?"
Katsuki mengangguk, lalu berjalan mendekati Isao yang duduk di tepi ranjang menggendong Tamao yang terlelap. Tangannya menyelinap di pinggang Isao, lalu merebahkan kepanya di pundak Isao, buat Isao hanya melirik aneh.
"Katsuki."
"Aku hanya baru menyadari kalau.. semenjak kedatangan Mao, kita tidak pernah lagi ada waktu berduaan." kepalanya menoleh, menghirup aroma di leher Isao. "Kau benar-benar memaafkanku, kan?"
"Ku maafkan, tapi kalau kau terus membahasnya, aku akan berubah pikiran. Sudahlah Katsuki, yang terpenting kita sudah sadar akan kesalahan kita masing-masing."
"Hm." sahut Katsuki, lalu mengecup pipi Isao, merambat ke pucuk kepala Isao. "Sepertinya aku pulang cepat hari ini, nanti aku akan langsung kesini."
"Tidak perlu. Kalau Mao membaik, aku akan membawanya pulang."
"Ya sudah. Nanti kita bertemu di rumah."
Pilihan untuk membawa Tamao ke dokter benar-benar diurungkan. Mereka masih tidak bisa membawa Tamao kesana. Kondisi Tamao yang memiliki telinga dan ekor kuncing mungkin akan menimbulkan masalah. Tidak semua orang bisa menerima keunikan Tamao, mungkin akan ada sebagian orang mengatakan, Tamao adalah bayi terkutuk.
Dan soal masalah kemarin, rasanya sudah tidak bisa terus menerus dibahas. Niat Katsuki baik, membantu keuangan keluarga mereka, sayangnya ia harus berhadapan dengan Isao yang memang sedang banyak pikiran. Menumpuk penuh, keruh.
Dulu, sebelum ada Tamao, uang yang mereka dapat hanya untuk kuliah Katsuki juga biaya hidup mereka, sekarang ditambah Tamao yang kebutuhannya tidak sedikit, ditambah rencana untuk pindah rumah itu.
Rasanya, Isao atau Katsuki tidak bisa percaya lagi kalau Tamao akan membawa keberuntungan. Dilihat dari kenyataan yang terjadi pada mereka selama ini, berbanding terbalik.
𓆜 𓆝 𓆞 𓆟 𓆝 𓆟 𓆜 𓆞
"Waah, Katsuki, hasil foto-fotomu kemarin bagus sekali. Luar biasa!"
"Hanya kebetulan."
"Tidak, tidak. Sungguh, hasil fotonya bagus. Kalau ada Live lagi, aku minta bantuanmu lagi ya? Tenang saja kalau soal upahnya, kau bisa negosiasi."
Katsuki hanya tersenyum tidak mengiyakan atau menolak. Ia tertarik, lagipula uangnya juga lumayan, tapi mengingat kejadian semalam, Katsuki jadi enggan melakukannya. Ia lebih takut menyakiti Isao dibanding menjadi miskin. Saat menjadi miskin, ia masih bersama Isao, tapi kalau menyakiti Isao, mungkin akhirnya malah berbeda. Katsuki tidak mau itu.
Ditambah adanya Tamao, Katsuki tidak hanya bertanggungjawab atas pernikahannya dengan Isao, tapi juga tanggungjawab Tamao. Bayi itu jadi bagian dalam pernikahannya sekarang.
Selesai kuliah, Katsuki langsung bergegas pulang. Ia dapat pesan untuk membeli beberapa barang keperluan. Jadi mungkin nanti ia akan mampir ke mini market begitu turun dari bus. Perasaannya sudah lebih tenang waktu mendengar Tamao sudah membaik dan Isao membawanya pulang.
Setidaknya, satu masalah sudah selesai, dan Katsuki bisa pulang dengan tenang.
"Katsuki-kuuuun~"
Atau mungkin belum.
"Kakak?"
"Katsuki-kun! Katsuki-kun! Aku rindu sekali dengan Katsuki-kun!"
"A-ah.. yaa." Katsuki menarik senyum sebelah.
Sepertinga memang belum.
Katsuki beralasan pada kakak perempuannya kalau di rumah sedang berantakan karena sedang melakukan sedikit renovasi, dan mereka akhirnya memutuskan untuk mengobrol di kafe sekitar halte tempat Katsuki turun bus tadi. Mata Katsuki tidak lepas dari keponakannya yang makan dengan lahab, pikirnya, apa semua anak-anak hobi makan ya?
"Ayah memintaku menjengukmu, tapi tadi aku ke rumahmu tidak ada orang."
"Tentu saja kan? Aku kuliah, Isao juga juga harus kerja."
"Hmm. Aku juga sadar kalau aku datang terlalu pagi."
Katsuki memutar bola mata. Ia tidak suka kalau sudah dihadapkan dengan kakak perempuannya atas utusan dari ayahnya. Pasti akan menanyakan macam-macam dan berakhir dengan pertanyaan semi perintah, kapan Katsuki berhenti bermain-main dengan hidupnya dan mulai serius?
Karena, memang pernikahan Katsuki dan Isao tidak sepenuhnya direstui oleh sang ayah. Ia agak murka waktu tau Katsuki menikah dengan laki-laki lagi. Tapi tetap tidak bisa mengelak karena status Katsuki yang anak laki-laki satu-satunya. Jadi, mereka tetap bisa menikah, mesti tanpa restu.
Berulang kali Katsuki mengatakan kalau ia tidak akan meninggalkan Isao. Ibu dan kakak Katsuki memang memgerti akan hal itu, sudah bisa lebih menerima, tapi sang ayah masih belum bisa. Karena itu pula Katsuki jarang pulang menjenguk orangtuanya, dan enggan menggunakan atau memanfaatkan kekayaan ayahnya.
"Tolong katakan pada Ayah, tidak perlu mengurusi hidupku kalau ia masih belum bisa menerima Isao."
"Ayolah Katsuki, kalian malah jadi seperti anak kecil. Tau?"
"Justru ia yang membuatnya jadi terlihat seperti itu. Sudahlah. Aku malas terus membicarakan hal ini. Aku sudah bahagia dengan Isao, jadi kuharap Ayah tidak merusaknya."
Kakaknya, Kitsuna hanya bisa menghela napas. Katsuki memang agak keras kepala kalau sudah berhubungan dengan Isao. Menurutnya itu benar, pilihannya tidak salah, tapi berbeda dengan pikiran ayahnya.
"Katsuki-kun, lain kali, kalau kau pulang, akan aku tunjukan sepatu rodaku yang baru. Nenek yang memberikannya. Sepatunya keren sekali, bisa menyala."
Katsuki hanya membalas tersenyum, Yomi anak Kitsuna ini sudah mulai cerita panjang lebar tentang apa saja yang menurutnya menarik. Berbeda dengan Katsuki yang mendadak pikirannya jadi penuh lagi.
Baru ia merasa tenang karena Tamao sudah membaik, tapi ia malah bertemu kakaknya dan seketika kepalanya penat lagi. Ia harap ia bisa memgembalikan moodnya sebelum sampai di rumah. Katsuki tidak mau Isao tau tentang pertemuan dengan kakaknya ini. Isao pasti akan lebih kepikiran, lebih-lebih dari Katsuki.
•
•
•
•
•hari ini biy update dua kali karena... tugas dari sekolah cuma dikit, hohoho!
iseng aja biy buat ini~ mumpung ada ide xixi (´ ▽`)tanggal publish: 13 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Odd Baby (BL) [COMPLETE]
FantasyKatsuki dan Isao tiba-tiba dikaruniai seorang anak. Cerita tentang kehidupan sehari-hari mereka bersama seorang anak jadi-jadian. . . . ❀ 𝕆ℝ𝕀𝔾𝕀ℕ𝔸𝕃 ℂℍ𝔸ℝ𝔸ℂ𝕋𝔼ℝ ❀ BL, Boys Love. update suka-suka, karena nulis ini gak di-draft dan sesuka hati b...