๑ 13 ๑

2.1K 257 6
                                    

"Mao, ingat, tidak boleh naik dan turun tangga sendiri. Kau paham?"

Tamao hanya menatap Katsuki lekat, seperti mencerna apa yang baru saja Katsuki peringatkan padanya.

Sudah sejak seminggu yang lalu mereka menempati rumah baru, atau lebih tepatnya, rumah Mugiwara dulu. Mereka sudah resmi jadi pemiliknya, bahkan surat-suratnya juga sudah diurus.

Rumahnya jauh lebih besar dari apartemen. Tingkat, dan ada halamannya. Cukup besar untuk ditempati mereka bertiga. Di lantai atas ada dua ruangan, dijadikan kamar dan satu ruangan untuk menyimpan barang dan lemari. Di lantai bawah, ada ruang tamu kecil, ruang tengah untuk menonton tv, dapur yang menyatu dengan ruang makan juga kamar mandi. Halaman luas mengelilingi rumah. Mereka peruntukan untuk Tamao agar lebih leluasa bermain, meski masih 11 bulan.

Katsuki membuat penghalang di tangga agar Tamao tidak naik tangga dan membahayakan dirinya. Hanya dibuat dari styrofoam tebal bekas packing tempo hari. Setidaknya dapat menutupi tangga dan Tamao tidak kesana. Katsuki dan Isao jadi agak sanksi karena Tamao juga sudah semakin aktif.

Semua perabot dan keperluan sudah lengkap, dari keperluan Tamao, ranjang khusus, kursi khusus makan Tamao, sampai perlengkapan alat makan Tamao. Mereka menyicil barang-barang penting lebih dulu, kalau soal mainan, rasanya masih bisa manti.

"Katsuki, kau sudah mengatakan keluargamu kalau kita pindah rumah?"

"Untuk apa? Memangnya perlu?"

"Katsuki, bagaimana pun-"

"Sudahlah Isao." Katsuki lekas menyela. "Mereka tidak tau rumah baru kita kan malah bagus, tidak perlu diganggu. Lagipula aku punya kehidupanku sendiri, mereka sudah tidak berhak mengurusi hidupku lagi."

Isao menghela napas dalam, ia tau, tidak akan menang kalau sudah berhadapan dengan Katsuki dan membahas soal keluarganya. Lebih baik diam meski buruk. Isao tidak mau Katsuki terus membenci keluarganya, terlebih ayahnya. Tapi dilihat dari situasinya sendiri, sudah pasti buat Katsuki membencinya.

"Ku dengar, musim semi nanti, Yocchan sudah akan masuk SD ya?"

"Hm."

"Kau juga akan wisuda kan?" senyum Isao mengembang, dan makin lebar saat Katsuki menolehnya. "Aku tidak mungkin lupa."

"Aku tau kau tidak akan lupa, tapi.. makin cepat aku wisuda, makin cepat aku bekerja di tempat Kakak."

"Lho? Bagus kan?"

"Haah.. tidak juga." Katsuki melengos, "Ia memang sudah menerima pernikahan kita, tapi dengan aku bekerja di tempatnya, berarti aku akan terus berhubungan dengan Ayah."

"Ya bagus kan? Perbaiki hubunganmu, Katsuki."

"Tapi ia tidak bisa menerimamu."

"Kalau kau terus menghindar, bagaimana Ayah bisa menerimaku? Aku sendiri tidak punya kesempatan untuk mengenalnya."

Katsuki makin melengos, ia bangkit dari meja makan dan melenggang ke ruang tengah. Isao memperhatikan, Katsuki menggendong Tamao dan ia peluk-peluk di sofa. Mengambek rupanya.

Ternyata membahas soal itu sekarang juga bukan hal yang bagus. Padahal Isao hanya tidak ingin Katsuki terus menerus membenci keluarganya, terlebih ayahnya.

"Nanti, ditambah Mao."

Isao mendelik, Katsuki bersuara sangat pelan disana.

"Mao tidak wajar, apa yang akan mereka katakan? Selain aku menikahimu, aku juga merawat anak jadi-jadian. Yang ada, mereka akan membenci Mao juga. Sudah lebih baik begini, bertiga, tanpa campur tangan orang lain. Kita bahagia hanya dengan begini kan?"

Odd Baby (BL) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang