๑ 10 ๑

2.5K 300 7
                                    

Napasnya dihela pelan, mengaturnya lebih tenang. Matanya sayu hampir terpejam, genggamannya kuat pada sandaran kursi. Isao melebarkan pandangannya, Katsuki di bawahnya terpejam erat menahan suara. Senyumnya mengembang tipis, dielusnya pipi Katsuki dengan lembut, membuat pemiliknya membuka mata.

"Isao..?"

"Mmh!" Isao melenguh, mulutnya terbuka, mendesah tak bersuara. "S-sedikit lagi... Katsuki.."

"Hm." Katsuki mengangguk pelan, kedua tangannya berpindah ke pinggang Isao. Tubuh tak berbusana itu penuh dengan keringat, Katsuki bisa melihatnya dengan jelas meski hanya dengan sedikit penerangan.

Isao ambruk di dada Katsuki, memeluknya erat, menerima hantaman bertempo cepat di dalam tubuhnya. Desahnya harus ditahan, sebisa mungking jangan sampai terdengar.

"I-isao..-"

"Nn!!"

Tidak hanya Isao, bahkan Katsuki juga ikut memejamkan mata kala pelepasannya. Napasnya terengah pendek-pendek. Kepalanya merebah lemas di pundak Katsuki, buat Katsuki hanya makin memeluknya.

"Rasanya... sudah tidak pernah kita melakukannya di sofa seperti ini."

"Hmm. Kita tidak mungkin melakukannya di kamar kan? Kita akan mengganggu Mao."

"Kau bisa bangun?"

"Bisa.. tapi nanti dulu. Lemas sekali."

Katsuki tersenyum lebar, menciumi pelipis Isao dengan sayang. Malam itu kebersamaan mereka mungkin hanya berlangsung sebentar, tapi setidaknya rindu mereka tersampaikan dengan benar.

Setelah membaringkan Isao di sofa, Katsuki bangkit dan melenggang ke dapur, mengambil minum untuk dirinya juga Isao. Matanya mendelik, jam setengah 12 malam. Mereka tidak berlarut-larut untuk malam ini. Bukan hanya karena ada Tamao, karena mereka memang butuh istirahat. Malam sebelumnya, mereka sama sekali tidak tidur karena Tamao rewel.

Matanya mengerjap, mungkin sudah tengah malam. Dari mata bundarnya, Tamao lihat Isao terlelap pulas menghadapnya. Pandangannya samar karena masih mengantuk. Kamar juga tidak begitu terang, hanya ada cahaya dari lampu tidur. Tamao mengerang kecil, lalu mendekat, mendusel pada Isao, seakan tidak ingin terlepas dari induknya. Jemari kecilnya menangkap jari Isao, ia genggam, lalu kembali terpejam.

𓆜 𓆝 𓆞 𓆟 𓆝 𓆟 𓆜 𓆞

Sudah tiga hari rutinitas kembali seperti semula. Katsuki kuliah, Isao kerja, dan Tamao di rumah bersama Irumi. Tamao sudah jauh lebih baik, jadi demam kemarin itu, tidak Irumi atau anak-anaknya tau apa yang terjadi pada Tamao. Bukan karena masalah tumbuh gigi, pencernaan Tamao juga baik. Mereka cuma mengira, mungkin karena purbahan cuaca. Memasuki pertengahan musim dingin. Karena suhu lebih dingin, Tamao yang tidak terbiasa jadi agak kaget dan berakhir demam. Kesimpulan itu yang bisa mereka buat.

Di kampus, Katsuki menjalani tugasnya sebagai mahasiswa seperti biasanya. Tidak ada yang berbeda atau spesial. Kadang sesekali ia ikut bantu memotret kegiatan kampus. Itu karena orang-orang melihat hasil foto Katsuki memang bagus saat di Live Band. Katsuki hanya membantu yang tidak memakan waktu lama atau tidak lebih dari jam lima. Meski Tamao aman bersama Irumi, Katsuki tidak enak juga meninggalkan Tamao terus bersama mertuanya.

Sedangkan di kantor, Isao merasa akhir-akhir ini entah kenapa pekerjaanya jadi lebih ringan. Mungkin karena ia sudah tidak terlalu memikirkan soal membeli rumah dan lain-lainnya. Hubungannya dengan sesama pegawai pun baik-baik saja, buat Isao ringan menjalani harinya.

"Oda-san, kau dipanggil ke ruangan Kawabata-san."

"Oh. Hm. Terima kasih." Isao membungkuk mengucap terima kasih, lalu beranjak. Ia melirik, masih jam empat sore. Tumben sekali ia dipanggil oleh manager di divisinya. Mungkin ada perkerjaan yang harus ia selesai kan hari ini.

Odd Baby (BL) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang