๑ 25 ๑

1.8K 240 15
                                    

"Memangnya tidak bisa cuti atau izin sehari?"

"Tidak bisa Katsuki, aku harus tetap kerja."

"Tau akan begitu, kenapa memaksakan kesini kemarin?"

Isao mengehela napasnya agak dalam, lalu mengelus pipi Katsuki yang merengut cemberut. "Aku tidak memaksa, Ibu minta kita datang, ya kita datang. Tidak salah kan? Lagian, kau masih harus mengenalkan Mao pada Ayah."

"Hmm~" Katsuki makin-makin merengut, bahkan setelah diberi kecupan gemas oleh Isao, ia masih merengut. "Sampai kapan kita disini?"

"Sampai Ayah bisa menerima Mao, dan kita. Ah, setidaknya Mao. Oke? Aku berangkat sekarang ya?" dikecup sekali lagi bibir Katsuki, lalu pucuk kepalanya setelah Isao bangkit. "Mao, aku pergi kerja dulu yaa."

"Chaoo~" Tamao yang sedang meminum susu, lekas dilepas, ia merangkak ke pinggir kasur meminta gendong Isao. "Chao ja!"

"Iya, aku kerja dulu. Mao disini sama Katsuki, oke? Jadi anak baik ya."

"Ei~! Chuki iik!"

Isao cekikikan seraya mengacak rambut Tamao, ia mendelik Katsuki yang masih misuh-misuh. "Dengar, Mao sendiri yang mengatakannya."

"Hm! Aku anak baik kok!" tegas Katsuki, tapi malah terdengar lucu.

Acara pamitan itu tidak lama, karena Isao juga harus segera berangkat agar tidak tertinggal kereta. Dari rumah ia diantar ke stasiun oleh Ryosuke, sekalian mengantar Yomi ke sekolah TK.

Selesai memandikan Tamao, dan sebagainya, Katsuki membawa Tamao ke ruang tengah. Sepi, karena semua orang bekerja, termasuk kakaknya. Kyogo memang tidak berangkat ke kantor, tapi tetap bekeja dari ruangannya. Berbeda dengan Katsuki, yang hanya tiduran di lantai, membiarkan Tamao menindihinya untuk tiduran juga.

Pikiran Katsuki mengawang, sebenarnya entah awalnya memikirkan apa, tapi kemudian ia jadi ingat soal pertanyaan Isao dulu, soal berhenti bekerja. Selama ini Isao bagi Katsuki sudah bekerja keras, Katsuki jelas ingin menggantikan posisi Isao, sebagai pria yang bertanggungjawab atas rumah tangganya. Katsuki sebenarnya ingin bekerja dengan sungguh-sungguh, tidak ogah-ogahan seperti saat ini, tapi masalah dengan ayahnya itu yang menghambat Katsuki.

Ia jadi terlanjur malas dengan semuanya.

"Chuki~"

"Ya Mao?"

"Ain uay." Tamao yang masih duduk di atas perut Katsuki menunjuk-nunjuk halaman samping rumah. "Uay."

"Main disini tidak sebebas main di rumah. Kau mengerti?"

Tamao mengangguk, seketika Katsuki menaikan sebelah alisnya, lalu menyeringai. Heran saja, rasanya mustahil Tamao yang baru satu tahun ini langsung mengerti apa kata Katsuki.

Sambil menggandeng tangan Katsuki, Tamao berjalan senang menuju beranda. Matanya berbinar-binar. Halamanya luas dan banyak pepohonan, berbeda dengan di rumahnya. Lalu ada kolam ikan, matanya makin berbinar.

"Uwaah~ Uwaaah~"

Katsuki cekikikan. Menurutnya Tamao berlebihan, tapi ya akhirnya paham juga. Ini pertama kalinya untuk Tamao melihat halaman rumah yang luas. Biasanya ia main di tempat yang luas hanya di taman, tapi di taman tidak ada kolam ikannya. Di rumah ini ada, ada air mancurnya juga.

Tangan Katsuki ditarik-tarik untuk cepat turun ke halaman. Tapi tentu saja Tamao tidak bisa turun sendiri, Katsuki harus menggendongnya, lalu membawa Tamao mendekati kolam, dimana ada beberapa ikan hias, dan di tengahnya, di bebatuan air mancur, ada dua kura-kura hijau yang sedang berjemur.

"Tuu! Tuu! Apa tuu! Chuki~ appaa tuu?"

"Kura-kura, kita pernah lihat yang serupa saat ke aquarium kan? Ingat tidak?"

Odd Baby (BL) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang