๑ 11 ๑

2.2K 317 5
                                    

1K Reads ARIGATHAAANKS! 😭

𓇼 𓇼 𓇼

Isao memesan satu kopi susu, sedang ibu mertuanya memesan teh bunga seruni. Aroma tehnya semerbak menyapa indra penciuman Isao, lebih kuat dari minuman kopinya.

Sesekali Isao memperhatikan, Kumie mengeratkan syalnya. Memang musim dingin, di ruang yang sudah hangat begitu saja pasti masih terasa dingin. Terlebih Kumie sudah tidak muda, bahkan Isao yakin kalau Kumie jauh lebih tua dari ibunya.

Permbicaraan awal mereka hanya obrolan basa-basi. Pekerjaan, kehidupan, kegiatan akhir-akhir ini. Hanya seputar itu saja. Isao enggan memilih topik pembicaraan lain, membuatkan Kumie menjadi pemandu dan Isao mengikuti alurnya. Ia sungguh merasa sungkan dan hormat pada ibu mertuanya ini.

"Isao-kun..."

"Iya?"

"Coba sesekali kau bujuk Katsuki untuk pulang."

Isao diam, agak menunduk, ia lekas tau kemana arah pembicaraan Kumie.

"Ayahnya selalu menanyakan Katsuki, tapi ia seperti sudah tidak peduli dengan keluarganya. Setelah kalian menikah, lalu ada pertengkaran itu, Katsuki jadi menjauh."

"Maafkan aku, Bu."

"B-bukan begitu maksudku, Isao-kun. Aku tidak menyalahkanmu. Katsuki kan memang agak keras kepala, lalu ayahnya juga terlalu memaksanya. Aku sungguh tidak bermaksud apa-apa."

Memang. Isao pun sadar kalau Kumie sekali pun tidak pernah menyalahkan pernikahan Katsuki dengan Isao. Tapi semuanya memang berawal dari pernikahan Katauki dan Isao. Tanpa perlu disalahkan orang lain, Isao sudah sadar diri kalau dirinya yang membuat hubungan orangtua dan anak itu meretak.

Ayah Katsuki tidak merestui pernikahan mereka, namun tetap membiarkan hal itu terjadi karena Katsuki anak laki-laki satu-satunya, anak yang nantinya jadi penerus keluarga Satou. Ayah Katsuki tidak mau menemui Katsuki, hal itu bukannya membuat Katsuki merasa bersalah tapi malah semakin menjauh. Melepas nama Satou dan berganti Oda. Ayahnya makin geram dan makin-makin tidak merestui pernikahan mereka. Padahal bisa saja mereka menikah tanpa mengganti nama keluarga.

Isao tau kalau entah itu ibunya atau kakaknya, selalu membujuk Katsuki untuk pulang, menjenguk keluarganya. Katsuki memang tidak pernah cerita, tapi Isao bisa tau hanya dengan melihat Katsuki. Selalu ada sedikit perubahan pada Katsuki jika ia habis bertemu atau mendapat telpon dari keluarganya. Isao tidak pernah membahas karena... ia rasa, membahas soal keluarganya malah akan sekakin memuat Katsuki penat. Jadi tidak pernah ia lakukan.

Dan pertemuan tidak sengaja dengan Kumie sore ini berakhir pada permohonan untuk membujuk Katsuki. Sudah tergambar jelas di bayangan akan seperti apa reaksi Katsuki nanti di kepala Isao. Katsuki tidak suka dengan keluarganya karena mereka menentang jalan yang Katsuki pilih.

Isao membungkuk dalam, sampai mobil yang ditumpangi Kumie belalu. Napasnya dihela berat. Hari ini seperti rollercoaster. Naik turun dan tidak terduga. Hidup memang seperti roda, kadang di atas, kadang di bawah.

Kakinya melangkah gontai menyusuri jalan pulang. Langit semakin gelap, angin yang berhembus juga makin dingin. Ia baru tau kalau musim dingin bisa sedingin itu, padahal rasanya, di tahun-tahun sebelumnya, Isao tidak pernah merasa begitu dingin.

"Isao!"

Isao menoleh, agak bingung, tapi senyumnya mengembang juga. "Astaga, semakin malam, kenapa kalian di luar."

"Kami habis mengantar ibumu ke stasiun. Sudah kuduga kita akan bertemu di jalan. Mao yang menyadarinya lebih dulu tadi. Ya? Mao?"

Mao yang baru berpindah ke gendongan Isao hanya senyum-senyum lucu seolah mengerti.

Odd Baby (BL) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang