๑ 05 ๑

3.3K 337 17
                                    

Sekali-sekali Isao mengecek ponselnya, tidak ada pesan atau telpon yang masuk. Napasnya dihela dalam, kepikiran soal Katsuki, juga soal Tamao. Gimana Katsuki kuliah? Gimana dengan Tamao? Senuanya menumpuk di pikirannya.

"Oda-kun, Oda-kun, ayo makan."

"Aah~ kau dengan yang saja, Mugiwara-san. Masih ada yang harus aku selesaikan. Lagipula aku harus ke perusahaan yang kemarin datang, ada pertemuan disana."

"Eeh? Begitu?"

"Hm. Lain kali saja."

Mugiwara menarik alisnya. Isao tidak terlihat semangat, bahkan seperti orang yang sudah benar-benar kehilangan semangatnya. Tidak biasanya. Pikirnya, mungkin Isao sedang ada masalah. Tapi ya biarlah, tidak perlu mencampuri masalah Isao. Toh ia hanya seorang senior di kantor, bukan kerabat dekat.

Isao mendelik, ponsel di samping tumpukan berkas di mejanya bergetar. Cepat ia ambil, ia kira Katsuki, tapi ternyata hanya ibunya.

"Iya Bu?"

"Isao! Dengar! Semalam aku mimpi aneh!"

"Bu.. aku sedang bekeja, dan, apa kau harus memceritakan mimpimu padaku?"

"Harus Isao. Harus! Ini penting. Ini berhubungan denganmu dan Katsuki-kun."

"Baiklah.." Isao menyerah, matanya masih fokus ke layar PC, tapi telinganya terbuka lebar siap menedengar cerita ibunya.

"Semalam, mimpiku aneh sekali. Aku lihat kalian punya bayi! Aneh kan?"

"Ha..? Bayi? Bu, aku dan Katsuki kan-"

"Iya aku tau. Tapi mimpi ini terlihat nyata. Ada seorang perempuan cantik datang membawa keranjang. Ia seperti bidadari Isao, sangat cantik. Dan dalam keranjang itu, isinya bayi. Aku yakin ini pertanda baik. Mungkin kau memang akan mendapat bayi."

Isao mendelik, "Suah kudapatkan, Bu.." batinnya. Ia merasa aneh juga kenapa mimpi ibunya bisa mirip dengan kejadian di rumah tangganya. Kedatangan Tamao.

Tapi apa benar Tamao membawa keberuntungan? Setaunya, sejak kedatangan Tamao, ia dan Katsuki jadi agak kerepotan siapa yang harus tinggal di rumah untuk menjaga Tamao.

Tunggu.

Tinggal di rumah?

"Ah. Bu.. sebenarnya ada yang ingin aku ceritakan juga padamu. Tapi tidak bisa di telpon. Besok Ibu bisa datang ke tempatku?"

"Bisa? Memang ada apa?"

"Ibu datang saja dulu atau.. biar aku dan Katsuki yang kesana."

"Tidak, tidak, Katsuki-kun masih kuliah, akhir pekan itu waktu yang penting untuk istirahat, ia pasti capek kalau harus ke sini. Biar aku saja yang kesana."

"Oh.. baiklah, ibuku sendiri lebih peduli pada menantunya dibanding anaknya." batin Isao lagi. "Ya sudah Bu, besok aku tunggu. Ini agak berkaitan dengan mimpimu."

"Kau akan mengadopsi anak?!"

"Bi-bisa dibilang seperti itu."

"Aku pasti datang!"

Isao memutar bola mata, ibunya di sebrang sangat antusias dan Isao sangat pahan karena apa. Ibunya ini seroang janda, ayah Isao sudah pergi, Isao anak satu-satunya dan ia gay. Tidak bisa memberikan cucu untuk ibunya. Soal mengadopsi anak inilah yang membuat ibunya jadi sangat antusias. Bahkan Isao sangat yakin, begitu telponnya dimatikan tadi, ibunya akan langsng pergi mencari oleh-oleh. Untuk Katsuki, mana mungkin untuk Isao?

Agaknya Isao sudah bisa tenang, ibunya mungkin bisa menerima kondisi Tamao. Tapi Isao belum benar-benar bisa tenang, ia masih memikirkan Katsuki, mana anak itu juga sama sekali tidak membalas pesan Isao. Gimana tidak buat kepikiran?

Odd Baby (BL) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang