๑ 24 ๑

1.7K 247 21
                                    

"Isao, tadi itu, rasanya... pertama kalinya Mao menangis sedih begitu ya?"

"Ah? Kau juga sadar akan hal itu?"

"Umm... aku jadi kepikiran. Apa maksudnya ya?"

"Entahlah, yang jelas, pasti ia berpikir kalau Toranosuke-kun mau mengambil Usami darinya, dan.. mungkin, karena Mao hanya mengenal Usami, ia jadi takut kalau Usami punya teman lain."

Katsuki mendelik Tamao, baru saja terlelap setelah habis melahap makanan kesukaannya. Ia agak merasa lega, karena di gathering tadi, setelah Tamao bangun, moodnya membaik, semua berkat Usami yang begitu melek mata langsung menyapa.

Mereka sengaja pamit lebih awal karena masih harus melakukan perjalanan ke rumah orangtua Katsuki. Tamao tidak rewel, mungkin lelah, saat baru masuk kereta tadi ia hanya diam di gendongan Katsuki, memandangi luar, lalu agak merengek minta susu dan kuenya, setelah itu tidur. Padahal baru sebentar jalan.

Waktu sampai di rumah, Tamao malah bangun. Ia clingak-clinguk memandangi pemandangan sekitar. Halaman rumah kediaman Satou ini sangat asing baginya. Matanya melirik Isao, pria itu hanya menepuk-nepuk punggung Tamao, saat beralih pada Katsuki, ia sedang bicara. Tamao masih mengantuk, ia menguap panjang, lalu merebahkan lagi kepalanya di dada Isao.

"Isao."

"Tidak akan terjadi apa-apa, mereka pasti bisa menerima Mao. Ayo."

Katsuki ragu, malah sebenarnya ia ingin membawa Isao dan Tamao pulang saja. Ia tidak pernah suka di rumah, terlebih pada pandangan ayahnya. Keluarganya juga jadi seakan tidak pernah menerima keadaannya. Padahal, hanya ayahnya seorang yang masih belum bisa merestui pernikahan Katsuki dan Isao.

Mereka melangkah masuk ke genkan. Hening, hanya terdengar suara kucuran air mancur dari bambu di kolam. Sedetik Katsuki melirik Isao, suaminya itu mengangguk, lalu pandangannya ia alihkan pada Tamao yang sedang mengemuti ibujarinya, belum benar-benar terbangun. Dengan susah payah Katsuki menegak liurnya sendiri.

"Kami pulang." sapanya.

Isao turut mengucap pelan. Ia sudah tersenyum, dan makin lebar saat terdengar suara derap kaki yang sangat cepat dari dalam. Ia tau itu siapa, bahkan sudah tau apa yang akan diucapkan.

"Isaaaoo-chaaann!" selalu seperti itu. Itulah Yomi. Lebih tertarik dengan Isao ketimbang Katsuki.

"Ekh-" tapi suara sambutan meriah Yomi itu justru buat Tamao yang masih mengawang-ngawang baru bangun tidur, terkejut hebat. "Hwaaaa~!" berakhir menangis lagi.

Isao bisa merasakan dengan tangannya degup jantung Tamao yang jadi sangat cepat saat ia mengelusi punggung Tamao. "Ssh, ssh, tidak apa Mao. Kau hanya kaget. Tidak apa."

Tapi tangisan Tamao tidak begitu saja berhenti, malah makin kencang, memanggil semua penghuni rumah. Mereka pikir Yomi yang memangis karena terjatuh atau apa, tapi suara tangisannya jelas berbeda. Itu yang buat mereka bingung.

"K-katsuki-kun...?" Kumie memandang ragu.

Bukan hanya Kumie, semuanya bingung melihat Katsuki yang melengos, dan Isao yang terus mencoba membuat bayi di gendongannya terdiam.

𓆜 𓆝 𓆞 𓆟 𓆝 𓆟 𓆜 𓆞

Setelah dipersilakan masuk dan istirahat sebentar, menjelang makan malam, semuanya berkumpul lagi di ruang tengah, ruang keluarga. Semua berkumpul disana tidak terkecuali Yomi.

Katsuki masih ogah-ogahan, ia tau pasti akan ditanya macam-macam oleh keluarganya. Berbeda dengan Isao, ia hanya diam, menunduk memperhatikan Tamao di pangkuannya sedang mengemili kue dango yang dihidangkan untuk mereka.

Odd Baby (BL) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang