๑ 26 ๑

1.8K 252 13
                                    

"Maaf Isao-kun, kurasa Mao-kun jadi seperti itu karena aku. Seandainya aku tidak mengajak mengobrol Katsuki-kun, mungkin ia tidak akan celaka."

"B-bu."

"Aku tidak lihat kalau ada Mao-kun tadi, kukira ia sedang tidur karena Katsuki hanya sendiri. Aku benar-benar minta maaf."

"Tidak, Bu. Tidak perlu minta maaf, kami yang kurang hati-hati. Maafkan kami jadi seperti ini, padahal kau sudah menyiapkan sesuatu untuk malam ini. Maafkan kami."

Isao terus membungkuk-bungkuk minta maaf pada ibu mertuanya. Ia merasa tidak enak. Isao tau seberapa senang ibu mertuanya akan kelulusan Katsuki, ditambah kehadiaran Tamao. Harusnya malam ini mereka merayakannya, makan-makan besar di rumah keluarga Satou dengan semua anggota keluarga. Tapi malah ada kejadian Tamao yang terjatuh.

Pun, Katsuki. Isao bingung, ia panik juga. Waktu dapat telpon dari Katsuki yang katanya Katsuki dan Tamao ada di Rumah Sakit, Isao lekas ijin untuk pulang. Awalnya Katsuki tidak cerita, hanya diam, hanya mengatakan Tamao jatuh, sudah. Begitu sampai di rumah, Katsuki baru buka suara.

Isao tau Katsuki menyalahi dirinya, sudah begitu ia juga merasa orang-orang turut menyalahi Katsuki, termasuk Isao. Terlebih, rasanya baru kemarin Tamao jatuh dan membuat luka di pipinya, kini sudah celaka lagi, dan semua saat Tamao sedang bersama Katsuki.

Karena kesal dan ingin lekas pergi, Katsuki hanya menggantikan pakaian Tamao seadanya. Di perjalanan pulang Tamao sama sekali tidak berhenti menangis. Katsuki makin panik, pusing juga, bingung. Rasanya ingin menangis karena merasa gagal dan lainnya. Ia membawa Tamao ke Rumah Sakit yang diberitau Iwako waktu itu, Rumah Sakit yang menangani Half Human. Dokter disana bilang, Tamao akan demam. Katsuki makin menyalahi dirinya. Seandainya ia tidak kesal, seandainya ia mengganti pakaian Tamao dengan benar dan memastikan Tamao benar-benar kering, bayi itu tidak akan sakit. Sayangnya, karena terlalu kesal, Katsuki jadi membawa Tamao pergi dengan rambut dan telinga Tamao yang masih basah.

Katsuki kecewa dengan dirinya, merasa gagal.

Isao yang melihat hanya bisa menghela napas. Katsuki masih diam, tidak beranjak dari kasur dan terus berada di samping Tamao yang terlelap. Tamao memang demam, tidak begitu tinggi, Tamao juga tidak rewel, tapi Katsuki tetap tidak mau beranjak.

"Katsuki." Isao duduk di tepi ranjang, memandangi Katsuki yang memunggunginya. Ia elus rambut Katsuki lembut, memanggilnya lagi, tapi tetap tidak ada jawaban. "Makan dulu yuk, setelah makan bisa menemani Mao lagi."

"Nanti."

"Katsuki..." elus Isao terhenti, ia agak menarik Katsuki untuk melihatnya. Jelas terlihat mata Katsuki yang memerah, Isao lekas tau suaminya itu pasti menangis. "Kau bawa Mao ke Rumah Sakit tadi, dokter juga sudah memberikan obat. Ia bilang Mao akan cepat sembuh kan? Saat kau membawanya kesana tadi, itu pilihan paling tepat. Menurutku kau hebat, kau tanggap."

"Tapi Mao selalu jatuh saat denganku."

"Tidak, Katsuki. Mungkin saat denganku juga sama. Waktu itu kau sedang menjemur, Mao main sendiri. Tadi juga sama."

"Mao anak-anak, ia masih satu tahun, mana mengerti? Aku tidak bisa menjaganya dengan benar, maafkan aku."

"Katsuki.." akhirnya, Isao hanya bisa memeluk Katsuki, membiarkan Katsuki memelukinya erat-erat, sambil terisak sedih. Mungkin mereka pikir Katsuki cengeng, tapi Isao tidak berpikir begitu.

Pernikahan mereka sejak awal tidak pernah terpikirkan adanya anak, lalu tiba-tiba Tamao datang, mereka yang memiliki nol pengalaman, harus menghadapi Tamao, mengurusnya, membesarkannya. Mungkin lama-lama jadi terbiasa dan terlatih, tapi tetap... saat anak sakit atau mengalami hal yang tidak enak, sebagai orangtua, pasti merasa sedih juga.

Odd Baby (BL) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang