๑ 29 ๑

1.9K 243 42
                                    

Jelas Isao dan Katsuki mau tidak mau harus mengindahkan perintah Kyogo untuk bermalam, memikirkan Tamao yang memang sudah tertidur lelap, dan hari yang semakin malam. Angin malam selalu tidak baik untuk anak.

Jam di kamar Katsuki sudah menujukan hampir jam sepuluh malam. Rumah sudah sepi, Kyogo dan Kumie juga sudah masuk kamar. Tamao terlelap pulas di balik selimutnya dan tidak lupa memeluk boneka kelinci kesayangannya. Katsuki masih berkutat dengan ponsel, pun Isao. Keduanya tidak mengobrol, malah seperti tenggalam dengan dunia masing-masing. Padahal sudah malam, harusnya mereka tidur. Meski besok akhir pekan, tapi mereka sedang tidak di rumah mereka, bangun siang adalah hal yang dilarang.

“Isao.”

“Hmm.”

“Lain kali kita ajak Mao ke Aquarium lagi yuk.”

“Boleh saja. Kita tidak perlu mencocokan waktu senggang seperti sebelumnya.”

Senyum Katsuki ditarik lebar, “Hm.” dan menyahut pelan. Ponselnya ia simpan di bawah bantal, lalu membalikan tubuh mengadap Tamao yang dengan kata lain menghadap Isao juga. Iya, untuk malam ini Tamao tidur di antara orangtuanya. Biasanya tidak, selalu di samping Isao saja. Itu karena, kadang Katsuki yang tidur terlalu lelap bisa lupa kalau ada Tamao. “Isao.”

“Hm.”

“Apa kau menyesal sudah berhenti bekerja?”

“Tidak juga.” Jawab Isao datar, masih tidak menoleh, matanya masih fokus pada layar ponsel. “Temanku di tempat kerja kadang masih mengajakku untuk pergi minum, aku menolak. Ada beberapa orang juga yang cerita kalau suasaannya jadi berbeda semenjak aku dan Mugiwara-san meninggalkan kantor. Aku mengakui kalau kepemimpinan Mugiwara-san itu memang baik sekali.”

“Hmm.. jadi kau menyesal atau tidak?”

“Tidak Katsuki. Sudah aku jawab kan?” Isao baru menoleh, menemukan Katsuki memandanginya. “Keputusan berhenti itu kan bukan hanya karena permintaan Ayah, aku juga pernah mengatakan padamu aku ingin berhenti bekerja dan mengurus Mao. Sekarang sedang aku lakukan. Aku bisa mengurus Mao, menghabiskan waktu bersamanya, tidak seperti sebelumnya.”

“Hmm.” Katsuki lagi-lagi hanya berdeham. Senyumnya melebar, lalu tangannya mengusap rambut Isao. “Isao, menurutmu, apa kita bisa merawat Mao sampai ia besar?”

“Bisa, harus bisa.”

“Saat ia sudah jadi pria dewasa nanti, ia pasti meninggalkan kita ketika ia menemukan pasangannya. Saat itu, pasti rasanya menyakitkan ya?”

Tarikan napas Isao terdengar sangat dalam. Ia mengambil tangan Katsuki yang terus mengelus rambut depannya. Matanya menatap lekat mata suaminya. “Katsuki, Mao sekarang masih satu tahun, waktu sampai ia dewasa nanti masih lama sekali.”

“Tapi hal itu tidak akan terasa. Kurasa.”

“Iya. Aku tau, aku juga paham maksudmu. Justru karena itu Katsuki, selagi Mao masih bersama kita, kita bahagiakan ia, kita buat diri kita bahagia karena adanya Mao. Kelak, saat ia menemukan pasangannya dan meninggalkan kita, kita punya kenangan yang manis saat bersama Mao. Kan?”

“Umm..”

“Kau memikirkan terlalu jauh Katsuki. Meski nanti ia pergi, ia masih anakmu.”

Wajah Katsuki terasa panas, pun matanya. Ia tidak lagi memandangi Isao, tapi memandangi wajah terlelap Tamao. Matanya terasa semakin panas saat tangan Isao yang semula menggenggam tangan Katsuki, kini digunakan untuk mengelusi kepala Katsuki. Saat itu, airmata Katsuki benar-benar terjatuh.

Benar, mungkin Katsuki memikirkannya terlalu jauh. Katsuki masih punya banyak waktu yang bisa ia habiskan bersama Isao dan Tamao, sampai waktu itu tiba, Katsuki bisa melakukan apa saja, termasuk membuat Tamao mencintai dirinya dan Isao sebagai orangtua.

Odd Baby (BL) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang