๑ 09 ๑

2.5K 302 18
                                    

"Mao sedang tidur. Ia sudah meminum obatnya lagi Bu, setelah makan dan minum obat, ia tertidur. Tidak, tidak, sudah tidak demam kok." Isao terus menjawabi cecaran pertanyaan dari ibunya.

Sebenarnya Irumi kurang yakin membiarkan Isao membawa Tamao pulang tadi pagi. Tapi memang Isao agak memaksa mau membawa Tamao pulang, alasannya, karena Tamao sudah lebih baik. Jadi sedikit-sedikit Irumi menelpon menanyakan kabar Tamao.

Kondisi Tamao memang terus membaik setelah sampai, memang masih lebih banyak diam dan tidur, tapi setidaknya tidak rewel seperti semalam, sampai buat Isao dan Katsuki sama sekali tidak tidur.

Isao melihat-lihat di internet cara menangani bayi yang sedang demam, ia mengikutinya, hampir semua. Bahkan ia sampai meminta Katsuki untuk membeli beberapa barang yang disebutkan di internet tadi.

Ada satu hal gila yang Isao lakukan, mengecek di internet, bagaimana menangani kucing yang sakit. Ternyata tidak terlalu jauh berbeda, makanan sehat dan vitamin memang menjadi kuncinya. Lagipula, meski Tamao memiliki telinga dan ekor kucing, ia tetap manusia.

Matanya mendelik, mendengar suara kunci pintu dibuka. Lalu mendelik ke arah jam, lebih lama dari dugaannya.

"Aku pulang."

"Selamat datang." Isao mengembangkan senyum lebarnya. "Dapat semua?"

"Hm, untuk apa memang? Mao?"

"Iya, aku lihat di internet tadi cocok untuk bayi yang demam."

"Ooh." Katsuki mengangguk, lalu melenggang ke samping Isao untuk mencuci tangan, matanya mendelik Isao yang sedang mengupas telur rebus. "Itu juga untuk Mao?"

"Hm. Kalau kau mau, sudah aku pisahkan kok. Lagipula Mao tidak akan banyak makan, mungkin."

"Oke." senyum Katsuki memgembang, lalu mengecup pipi Isao. "Aku lihat Mao dulu."

Isao hanya tersenyum, melanjutkan mengupas telur rebus dan siap mengeksekusi barang belanjaan Katsuki tadi. Malam ini ia akan masak makanan khusus untuk Tamao. Ibunya benar, mungkin Tamao memang harus berhenti diberi makan makanan instan. Meski Isao juga masih belajar membuat makanan bayi.

Waktu masuk ke kamar, Tamao masih tidur memegangi boneka kelincinya. Katsuki hanya tersenyum, lalu senyumannya berubah miris karena ingat kejadian semalam yang ia sama sekali tidak tidur karena Tamao terus menangis. Sesaat ia pikir, mungkin itu yang dirasakan orangtuanya dulu saat Katsuki rewel di tengah malam.

Matanya mendelik begitu mendengar suara agak merengek dan grasak-grusuk. Katsuki cepat menoleh, melihat Mao sudah duduk memegangi bonekanya.

"Halo. Aku sudah pulang." senyumnya kaku.

"Uh.. Uh.." Tamao bersuara pelan, sambil tangannya diangkat minta digendong. Katsuki langsung sadar akan itu, sudah dua minggu Ia mengurus Tamao.

"Bagaimana demammu? Sudah turun kan? Apa masih ada yang sakit?"

Mungkin Tamao mengerti, mungkin juga tidak. Bayi itu hanya mendusel di ceruk leher Katsuki dan merebahkan kepalanya di pundak Katsuki, tangannya memegangi kerah kaos Katsuki, membuat posisi nyamannya sendiri.

"Isao, ia sudah tidak demam."

"Oh? Bangun?"

"Hm. Padahal waktu aku masuk ia masih tidur."

"Hee.." Isao memperhatikan Tamao di gendongan Katsuki. "Ah, Katsuki, beri ia minum. Mungkin haus."

"Kay~" Katsuki hanya mengacungkan jempol, lalu melenggang ke sofa membawa botol minum Tamao.

Sesaat tadi, Isao sempat melamun melihat Katsuki menggendong Tamao. Benar-benar seperti ayah dan anak. Dalam pikirannya, mungkin kalau mereka tidak bertemu, Katsuki akan menikah dengan perempuan kelak, lalu akan menimang bayinya sendiri. Isao hanya bisa tersenyum memikirkan itu. Mungkin dadanya jadi terasa sesak, tapi itu ulahnya sendiri.

Odd Baby (BL) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang