Hidupku, bukanlah hidup yang kamu dambakan.
Aku terlahir sebagai Kim Jungwoo.
Ayahku seorang petani dan Ibuku punya toko bunga. Kami hidup cukup dan sederhana. Aku adalah anak satu-satunya dan mereka sangat menyayangiku.
Saat itu.
Aku masuk usia 10 tahun. Ayahku kedatangan tamu yang kemudian mengubah hidup keluargaku. Beliau menawarkan kerjasama kala itu. Aku tidak paham dengan jelas namun yang kutahu pasti, ketika aku beranjak ke usia 13 tahun, Ayahku memiliki perusahaan agro-pangan yang cukup sukses. Menjadi awal mula ketamakkan Ayahku dan obsesinya untuk menjadikanku anak 'pintar' dan 'sukses' versinya.
Aku masuk SMP. Dimana, aku juga berteman dengan mayoritas alumni SDku. Kebanyakan teman SD ku tahu bagaimana masa laluku. Menjadikan alasan bagi mereka meledekiku.
Hanya candaan anak SMP biasa.
Kami tetap berteman.
Bahkan, kami bersahabat.
Mereka sering bermain kerumahku. Bertemu Ayahku yang kian hari kian galak bahkan tidak jarang membuat Ibuku menjerit diikuti suara pukulan yang menggema dirumah kami.
Kian hari waktu bermainku berkurang. Aku diminta untuk belajar dengan didikan Ayahku yang kejam. Beliau tidak segan untuk memukulku apabila aku salah menjawab barang satu soal saja.
Ponselku disita.
Waktuku diambil.
Jam mainku terkikis jam demi jam, sampai aku jarang bisa meluangkan waktu dengan teman-temanku.
Ibu tidak bisa apa-apa selain mengantarkan makanan saat aku tengah belajar dan dikunci didalam ruang belajarku.
Ibuku tidak bisa apa-apa selain terkadang menangis memelukku saat aku tertidur.
Kami berdua merasakan Ayah berubah menjadi monster.
Kami—aku dan sahabat-sababatku— masuk ke SMA yang sama.
Ayahku bangga, tentu saja.
Beliau selalu membanggakan kepintaranku pada koleganya karena berhasil masuk ke SMA terbaik di Seoul atas kerja kerasku sendiri.
"Jungwoo selalu belajar tiap malam. Dia meraih kesuksesannya sendiri tanpa perlu 'dorongan' seperti yang lainnya"
"Woah, anak Bapak pasti pintar sekali"
"Tentu. Sayangnya dia masih bermain dengan anak-anak miskin dan bodoh. Aku ragu, kalau nanti dia jadi ikut bodoh seiring berjalannya waktu"
Begitulah yang Ayahnya katakan kepada koleganya saat aku diam-diam masuk kerumah membawa tiga sahabatku.
Detik itu jugalah hidupku semakin berubah.
"Oy, Kim Jungwoo. Aahh, kamu tidak main dengan kami? Tidak main dengan anak miskin dan bodoh seperti kami?"
Kerah bajuku dicengkram.
Yangyang bahkan meludah disampingku.
"Kau tahu siapa ayahku?" ucapnya dengan memperkuat cengkraman tangannya pada kerahku, nafasku mulai sesak.
"Yang Corp, bagian media yang dipercaya oleh Ayahmu adalah milik Ayahku. Detik ini juga aku bisa menghabiskanmu sekeluarga, anak pintar"
"Tapi dimana serunya kalau dia langsung menderita?"
Kepalaku kemudian dijambak dengan kasar.
Jeno, menatapku dengan matanya yang tajam bagai bilah pisau.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIMONS SAYS: PLAY THE GAME
Fanfiction[Jihyo Twice X NCT 127] [COMPLETE] Permainan yang mereka mainkan berujung pada petaka yang mengejar mereka. Johnny, Yuta, dan Jaehyun tidak tahu bahwa langkah mereka untuk memainkan Jihyo merupakan gerbang neraka bagi mereka, bahkan untuk teman-tema...