[28 Februari 2020]
Jihyo mengatur bukunya di loker.
Kemudian beralih kembali ke kelasnya.
Hari terakhir ujian tengah semester dan dia sudah belajar semaksimal yang bisa dia lakukan.
Harapannya masih sama, dia punya nilai cukup tinggi untuk mendapatkan beasiswa sekolah. Bagaimana juga, tentu sebuah kebanggaan untuknya, selain itu bisa meringankan Mamanya untuk tidak membayar kuliahnya nanti.
Ditangannya hanya alat tulis.
Disekitarnya, teman-temannya yang ribut satu sama lain.
Mereka dengan lingkaran mereka masing-masing.
Dia, dengan dirinya sendiri.
Rasanya, dunia kembali normal, berjalan dengan sebagaimana mestinya.
Tidak dinaungi tatapan-tatapan tajam anak kelas.
Walaupun sempat beredar begitu panas tentang kejadian dua minggu lalu, namun Taeyong cukup cepat tanggap untuk menutup mulut mereka, sekali lagi, lelaki itu menyelamatkannya.
Sekali lagi.
Setelah menangkap Jungwoo, orang yang merundunginya, setidaknya Taeyong benar-benar menepati janjinya.
Gurunya datang.
Mata pelajaran terakhir, kesenian, tidak terlalu sulit baginya untuk bisa menyelesaikannya tepat waktu.
Doyoung, lelaki itu kembali bersikap seperti biasanya. Dingin. Matanya yang tajam menyisir seisi ruangan, memastikan tidak ada yang membawa contekan diatas meja seraya membagikan kertas soal dan jawaban.
Walaupun, terkadang ketika tatapan mereka bertemu, sering kali tatapan Doyoung melemah. Menatapnya agak lama, kemudian menyimpulkan senyum untuknya, sebelum kembali ke tatapan dinginnya.
Entah apa yang terjadi pada 127Gang setelahnya, Jihyo tidak pernah mau tahu.
Sudah cukup untuknya berurusan dengan mereka.
Hal terpenting untuknya kini adalah dia sudah mampu menjalankan harinya seperti biasa. Tidak lagi tiba-tiba menangisi dirinya sendiri. Mamanya tidak tahu apa yang terjadi, sehingga cukup berat untuknya menyembuhkan dirinya sendiri.
Waktu berjalan seiring dia menjawab semua soal yang telah disediakan.
Kepalanya fokus pada setiap memori yang dia punya, atas semua yang telah dia pelajari, kemudian memastikan semua jawabannya terjawab dengan benar.
Matanya dengan awas mengecek jawaban satu persatu.
Sampai akhirnya bel berdering, menandakan waktu mereka habis.
Gurunya menarik jawaban dan kertas soal mereka satu persatu. Ditangannya, mulai bertumpuk lembar demi lembar jawaban serta soal milik anak kelasnya.
"Berhubung ada pengumuman tentang ulang tahun sekolah, silakan semuanya untuk pergi aula sekolah"
Lenguhan panjang dari anak kelas karena mereka tidak bisa langsung pulang. Mau tidak mau, mereka menggotong tas mereka menuju aula sekolah yang sudah mulai dipadati anak seisi sekolah.
Jihyo hanya melihat dari kejauhan.
Sebenarnya, dia tidak berminat untuk datang.
Dia rasa, dia tidak akan datang ke acara itu.
Dia belum siap untuk datang ke sebuah pesta.
Pesta pertama dan kedua sekaligus terakhir untuknya, keduanya berakhir mengenaskan.
![](https://img.wattpad.com/cover/215769495-288-k767189.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SIMONS SAYS: PLAY THE GAME
Fanfic[Jihyo Twice X NCT 127] [COMPLETE] Permainan yang mereka mainkan berujung pada petaka yang mengejar mereka. Johnny, Yuta, dan Jaehyun tidak tahu bahwa langkah mereka untuk memainkan Jihyo merupakan gerbang neraka bagi mereka, bahkan untuk teman-tema...