Welcome

568 104 1
                                    

Kau tahu apa yang menyebalkan?

Scenario Tuhan punya banyak kejutan disetiap detiknya.

Manusia mampu membuat kejutan itu lebih meriah.

Mereka bisa nyalakan ratusan kembang api.

Kemudian membakar seisi kota.

-fullsun, Chapter 7

------

"Jihyo-ya," seorang wanita paruh baya dengan tampilannya yang menarik perhatian datang membelah kerumunan. Wanita itu datang dengan tas channel di tangannya dan topi barret louis vitton dikepalanya. Bajunya dengan berbagai tone coklat dengan coat coklat tua yang semakin membuat orang tidak percaya bahwa ia adalah Ibu dari Jihyo.
          
"Mama.." Jihyo melepaskan genggaman tangan Jaehyun ditangannya, kemudian memeluk Ibunya yang baru datang.
         
Gadis itu gemetar lagi.

Coat coklat tua Ibunya mempertegas bahwa air mata anak gadisnya tengah luruh dengan derasnya.

Ibunya hanya mengelus kepala putrinya dengan tenang, ia tidak berkata apa-apa, matanya lurus kearah kepala Jihyo yang tengah ia elus. Berharap dengan begitu anaknya bisa lebih tenang.

"Maaf," Jaehyun yang sedari tadi duduk disamping kasur uks Jihyo berdiri, kemudian membungkukkan badannya dihadapan Ibu Jihyo, "Maaf karena kami tidak bisa menjaga Jihyo dengan baik"

Ibu Jihyo menoleh, kemudian menaikkan alisnya sebelah, "Oh? Kamu temannya Jihyo yang kemarin itu, ya?"

Tatapan serius Jaehyun berubah menjadi bingung.
          
Tunggu.
          
Apakah sebelumnya ia pernah bertemu dengan Ibunya Jihyo?
          
Ah!
          
Tentu saja!
          
Kemudian terlintas ingatan saat ia mengantar Jihyo pulang dan bertemu dengan Ibunya dirumah untuk berpamitan sebelum akhirnya pulang ke rumahnya.
          
Ia cukup terkejut Ibu Jihyo masih mengingat wajahnya.

"I-iya"
         
"Kami? Memangnya kalian ini bodyguard Jihyo?" desis Ibu Jihyo tanpa memandang ke seluruh anak 127 yang hadir didalam UKS – tidak semua hadir disana, sih, hanya ada Jaehyun, Yuta, Johnny – kemudian lanjut memeluk Jihyo yang tengah mengeratkan pelukannya pada Ibunya, "Tidak apa-apa, ini bukan salah kalian. Tapi,bolehkan aku tahu siapa dibalik semua ini?"
          
"Kami masih mencari tahu siapa yang melakukannya, dari tadi Jihyo belum berani buka mulut mengenai ini" jawab Jaehyun.
          
Ibu Jihyo menganggukkan kepalanya.
          
"Anda sedang bicara dengan wakil osis kami, kami akan pastikan menemukan pelakunya dan akan segera kami beritahukan kepada Anda" Yuta dengan suaranya yang kaku dan tatapannya yang tak lepas dari tubuh Jihyo yang bergetar hebat, bersuara.
          
"Ah, baiklah" Ibu Jihyo melemparkan tawa kecil untuk menenangkan suasana. Ia terlihat menahan amarahnya dengan terus mengelus punggung dan kepala Jihyo, "Bisakah aku bertemu dengan guru yang bertanggung jawab masalah ini?"
          
"Akan kami tunjukkan jalannya," ucap Johnny, mempersilakan Ibu Jihyo.
          
"Jihyo-ya, kamu tunggu disini sebentar bersama temanmu. Setelah ini kita pulang. Perlu kopi?" Ibu Jihyo melepaskan pelukannya, kemudian mengelus sisi wajah Jihyo dengan lembut.
          
Jihyo menganggukkan kepalanya perlahan.
          
"Jaehyun?" Ibu Jihyo menolehkan kepalanya kepada Jaehyun, "Tolong jaga Jihyo sebentar sampai aku kembali, boleh?"
          
Jaehyun membeku.
          
Dia cukup kaget karena Ibu Jihyo mengetahui namanya.
          
Kini, ia yakin Jihyo cerita cukup banyak mengenai dirinya dan bagaimana jalan-jalan mereka di perpustakaan kemarin.
          
Namun, tak lama kemudian, Jaehyun membuka mulutnya untuk menyetujui ucapan Ibu Jihyo. Mempersilakan Ibu Jihyo bersama Johnny dan Yuta untuk segera ke ruang konselor dan ditinggalkan bersama Jihyo yang terlihat masih sangat kaget.
          
"Mau minum lagi?" tawar Jaehyun. Jihyo menggelengkan kepalanya.
          
"Mataku ditutup" ucap Jihyo lemas.
          
Jaehyun mematung, membiarkan Jihyo melanjutkan ucapannya.
          
"Mataku ditutup dari belakang. Mereka menyerbuku dari belakang." Jihyo menerima teh panas dari Jaehyun, kemudian menggenggam gelas itu dengan kedua tangannya, "Aku tidak tahu siapa mereka, suara mereka tertutup masker dengan efek suara. Ketika mereka bicara, aku tidak bisa mendengar suara mereka" ia meneguk teh panas itu, dengan tangannya yang masih bergetar, "Aku tidak tahu ada berapa orang, yang pasti mereka lebih dari satu. Aku di seret kesana kemari, mulut dan hidungku ditutup agar aku cepat pingsan. Bajuku hampir di robek, untung kamu mendobrak pintu di waktu yang tepat" tangan Jihyo semakin bergetar.
          
"Maaf Jaehyun, telah merepotkanmu" Jaehyun tidak tahu harus bicara apa. Bahkan, disituasi seperti ini, dia hanya bilang maaf kepada Jaehyun. Padahal, dia adalah korban yang paling dirugikan dan Jaehyun perlu disalahkan karena gagal menahan bully dilingkungan sekolah.
          
Namun, gadis ini mengucapkan permintaan maaf didepan matanya.
          
"Bukan salahmu, Jihyo"
          
"Maaf"
          
Suara Jihyo masih bergetar hebat.
          
Sementara Jaehyun tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menenangkan Jihyo.

SIMONS SAYS: PLAY THE GAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang