"Jihyo, Jihyo, wake up"
Jihyo membuka matanya.
Kepalanya terasa pening, mungkin karena dia terlalu banyak tidur semalam.
Dia tidur pukul delapan malam dan bangun pada pukul tujuh pagi—terima kasih untuk Mamanya yang selalu membangunkannya tiap pagi.
Dia langsung meluncur ke kamar mandi, segera membersihkan tubuhnya agar tidak terlambat.
Hari ini hari pertamanya, dia merasa sangat semangat.
Pakaiannya disampirkan dengan rapi diatas kasur oleh Mamanya, yang kemudian dengan cepat dia pasangkan pada tubuhnya.
"Langsung turun, sarapan, aih sudah Mama bilang pasang alarm" omel Mamanya.
"Hehee maaaf" soraknya dari dalam kamar.
Dengan cepat dia menyisir rambutnya, menyisipkan jepit rambut diatas telinganya. Memoleskan sedikit bedak, lip tint, dan sedikit blush on agar wajahnya terlihat lebih segar.
Barulah kemudian dia melangkah turun ke arah dapur, menemui Mamanya yang tengah sibuk di dapur.
"Mama hari ini kerja jam berapa?"
"Jam 9, jadi bisa antar kamu dulu"
"Aku berangkat dengan temanku saja"
Mamanya mengernyit, "Yasudah, hati-hati"
Dia melahap roti sandwich buatan Mamanya, saling kejar antara kunyahan dimulutnya dengan jam dinding yang terus berdenting.
Sampai akhirnya ponselnya berdering. Layarnya memperlihatkan notifikasi terbaru untuknya.
Dia langsung bangkit, meraih tasnya dengan cepat, kemudian memeluk Mamanya dari belakang.
"Mama! Momo di depan, aku berangkat dulu!"
"Hm, hati-hati"
"Dah Mama!"
Dia langsung berlari ke luar rumah. Mendapati sahabatnya, Momo tengah memarkir mobil merah nyalanya yang baru saja dia dapatkan dari Ayahnya.
"Masuk!"
Gadis itu dengan cengiran lebar di bibirnya mengajaknya untuk segera berangkat.
Dia membuka pintu mobil Momo, melihat isi dalam mobil itu yang masih belum tersentuh apa-apa. Jelas, dia baru mendapatkan mobil itu kemarin, pasti dia belum sempat untuk mempretelinya dengan berbagai macam hiasan.
"Are you excited?"
"Sangat"
Momo memacu mobilnya cukup kencang. Melewati jalan raya yang lumayan padat pagi ini. Kemudian, menelusuri beberapa gang untuk sampai ke tempat parkir rahasia dimana hanya 'mereka' yang tahu tempatnya.
Dia butuh berlari beberapa ratus meter sebelum pintu gerbang tertutup oleh satpam.
Momo menarik tangannya agar dia bisa mempercepat langkahnya, atau mereka akan lolos dan melewatkan acara yang begitu sakral untuk mereka.
Untungnya, berkat sandwich yang diberikan oleh Mamanya tadi pagi membangkitkan segala energi yang dia punya sehingga dia bisa memacu kakinya untuk berlari lebih kencang dari biasanya.
Satpam sudah mulai hitung mundur.
Hitungan ke lima, dia dan Momo berhasil melewati gerbang.
"Ah, gila"
Momo mengatur nafasnya.
"Seharusnya kamu menjemputku lebih cepat" balas Jihyo yang juga tengah mengatur nafasnya. Dadanya naik turun seiring dia meraup oksigen sebanyak yang ia bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIMONS SAYS: PLAY THE GAME
Fanfiction[Jihyo Twice X NCT 127] [COMPLETE] Permainan yang mereka mainkan berujung pada petaka yang mengejar mereka. Johnny, Yuta, dan Jaehyun tidak tahu bahwa langkah mereka untuk memainkan Jihyo merupakan gerbang neraka bagi mereka, bahkan untuk teman-tema...