"lama kelamaan orang akan malas romantis karena takut disebut galau,
Males peduli karna takut disebut kepo,
Males mendetail karna takut disebut rempong, males berpendapat karna dikira curhat"
(Mbah Sudjiwo Tejo)
🍁🍁🍁"Lho La, Ma, kog udah beresin baju?"
"Iya Nan, Aku harus pulang hari ini karena tadi dapet pesan dari anak kamar Aku udah dicari sama pengurus"
"Karena Aku nebeng Lala, Kalo Dia pulang Aku juga pulang, lagian disini Aku Cuma dikamar doang nggak enak lama-lama"
" nanggung La, Ma, semalam lagi lah. Besok berangkat pagi ke kampus bareng Aku"
"Ini udah lama lho Nan Aku disini, takutnya nambah semalam bisa bikin hukumanya tambah parah nanti"
"Iya Nan" Ema menambahkan
"Yaudah kalo gitu"
Nani mengantarkan mereka keluar sampai di depan rumah, disana sudah ada teman-teman yang menunggu
"Lho Nazla mau sekalian ikut pulang?"
"Iya Bu"
"Kenapa nggak besok aja sekalian sama Nani?"
"Betul Bu marain aja tuh Nazla" itu suara Mas Tamam yang baru saja keluar dari rumah
"Apaan sih.." jawab Nazla dengan nada sinis
Setelah Ema Nazla segera meraih tangan Ibu Nani lalu Dia cium, begitu Dia mendongakkan kepala Ibu malah memeluknya. Nazla menegang karena untuk pertama kalinya Dia dipeluk sehangat ini oleh orang lain selain keluargannya,
"Nazla mohon pamit ya Bu, mohon maaf kalo Lala sering ngrepotin ibu, nyusahin Ibu. Terimakasih juga atas kebaikan Ibu dan keluarga Nazla diperlakukan dengan baik disini"
"Iya sama-sama, Ibu nggak merasa repot malah seneng sekali nak Al disini. Sering-sering main ya" Dia mengangguk "Insyaallah Bu" Nazla melepaskan pelukannya. Diapun berjalan ke belakang ke arah Mas Tamam. Aku sebenarnya ragu tapi Aku kuatkan tekad dalam hati batinya
"Aku pamit Mas" Dia menyambut tangan Mas Tamam lalu dicium tanganya takdzim seperti Nazla mencium tangan-tangan guru dan orang tua. Dalam genggamanya Nazla merasakan tangan Mas Tamam sedikit terkejut mungkin Dia juga tidak menyangka Aku akan melakukan ini. batinya
Sebenarnya baru pertama kali ini juga Nazla mencium tangan orang lain setakdim itu dalam artian dalam hal ini adalah laki-laki sepantaran maupun laki-laki yang umurnya diatasnya, kecuali orang tua tentunya. Karena biasanya hanya cukup berjabat tangan saja, itupun bila mereka mengulurkan tangannya terlebih dahulu selebihnya Nazla tidak pernah mengulurkan tangannya untuk dijabat.
Entahlah, yang difikirkan olehnya saat ini hanya Mas Tamam ini selain tuan rumah, orang yang lebih tua tentunya, Mas Tamam ini ternyata juga telah didapuk menjadi salah satu ustadz di pondok nya seperti kata Ibu Nani semalam. Maka dari itu karena Nazla menghormati Mas Tamam selayaknya gurunya sendiri dengan cara mencium tangannya seperti itu tidak lebih
Setelah berpamitan motor Kami melesat menuruni jalan, Nazla tidak begitu mengingat jalan ini, karna sepanjang perjalanan Aku tertidur di boncengan Ira.
"Lho kog berhenti Ma?"
"Sebentar La nunggu anak-anak masih banyak yang dibelakang jauh soalnya"
"Em yaya"
*****
Kembali ke pondok saat hampir semua santri sudah pulang merupakan kebahagiaan tersendiri bagi Nazla.
"Mbak besok pagi habis subuh tolong anterin ke Terminal bisa?"
"Bisa dong, tapi Aku kan haid, jadi kalo besok subuh Aku belum bangun langsung bangunin aja ya Yun?"
"Oke Mbak"
Sebagian besar santri An-Nur berasal dari daerah pantura seperti Demak, Kudus dan sekitarnya, dan selain santri yang mondok sambil kuliah mereka tidak membawa motor. Maka tidak heran bila saat liburan tiba mahasantri alias mahasiswa plus santri selalu banyak orderan untuk mengantar temannya ke terminal atau stasiun yang lumayan jauh dari pondok.
Ting
"Mbak hapemu bunyi" Nazla bergegas mengecek hapenya
+6282243562324 : Assalamu'alaikum...
Nomor baru?
Nazla tak langsung membalas pesan tersebut tapi melihat profil wa nomer asing itu. tampak Foto profilnya adalah kaligrafi bismillah berbentuk burung dengan tulisan HaidarTM pojok kanan.
Ini Mas Tamam?
Buru-buru Nazla membalas pesan tersebut.
{Wa'alaikumussalam}
Nazla berdesir kala kontak yang kini telah dinamai dengan Mas'e Nani ini berstatuskan mengetik. 'e' dalam bahasa jawa sama dengan 'nya' dalam bahasa Indonesia maka maksud Nazla memberi nama kontak Tamam dengan mas'e Nani adalah Mas Tamam adalah kakaknya Nani
[Sudah sampai?]
[Sudah]
Balasnya singkat
[Kog cepat sekali, ngebut y?]
[Nggak i, B aja kog]
[Jurusan Kamu apa?]
Ngapain ini tanya-tanya jurusan segala'
[Jurusan akhirat mas, di surga] balas Nazla mencoba bercanda
[Maksudnya?]
Maksudnya maksudnya? Dia nggak paham?
[Hehe canda Mas, Saya jurusan hukum keluarga]
[Satu jurusan sama adekku?]
Hellow, yakali cuma sejurusan Aku berani nginep dirumah orang...
[Iya Mas, kita sekelas]
[Alhamdulillah]
Ha? Maksudnya Alhamdulillah?
[Iya Mas]
[Kamu yg tekun ya belajarnya]
Nazla lagi-lagi dibuat bingung
[Maksudnya gimana ya Mas?? Salah kirim??]
[Tadi iya,Sekarang nggak]
[Ilmunya di matengin dulu, jgn neko-neko]
Nazla memegang hapenya kuat,
Jangan baper jangan baper Al, Dia uda punya pacar, mungkin itu nasehat karena kamu udah dianggep adik
[Baik Mas, insyallah...]
Balas Nazla akhirnya lalu bergegas mematikan hapenya dan terlelap.
.
.
.
.
.
Terimakasih atas partisipasi teman semua....cerita ini alurnya sedikiet, um., mungkin bisa dibilang lambat karna memang sampai disini author yang amatir ini merombak segalanya mulai dari alur, sudut pandang hingga tokohnya....
selamat membaca dan semoga suka.......
selasa,09062020
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati yang Selesai✓
ChickLit"Sejak awal Saya memang sudah salah Mas, Saya salah mengartikan sederet kalimat yang Sampeyan kirimkan. Padahal Sampeyan hanya bercanda ya?" Dia bingung harus menjawab bagaimana. Tangis gadis didepanya seolah ikut menikam ulu hatinya hingga sesak. ...