Tak Hancur

287 16 0
                                    

Dunia tidak boleh tau kamu sedang babak belur. Dunia hanya boleh tau kamu masih tegak dan tak hancur selepas badai menerjang
(Taufik Aulia)
☘️☘️☘️

Nazla masih fokus menatap jam dinding yang berada di kamarnya. Haduhhh, .... Udah jam 7 kurang seperempat tapi Ustadz Farhan belum juga keluar dari kamar beliau gelisahnya.

Setiap pagi di pondok, setiap santri di Pondok An Nur memiliki jadwal untuk setoran murojaah hafalan mereka masing-masing pada para Ustadz. Begitu pula dengan Nazla, Nazla setiap pagi menyetorkan murojaahnya pada Ustadz Farhan di Ndhalemnya (rumah/ tempat tinggal). Tepatnya di ruang tamu.

Di Pondok An Nur memang berbeda dengan pondok-pondok Qur'an lain yang biasanya hanya menyetorkan hafalan atau murojaah hanya pada Bu nYai atau Pak Yai. Pak Yai sudah wafat beberapa tahun lalu jadi hanya tinggal Bu Nyai, mengingat banyaknya santri Bu Nyai mengutus beberapa ustadz yang merupakan alumni pondok untuk mengampu para santri. Meskipun begitu Bu nyai tetap ikut andil dalam mengajar meski hanya beberapa kali dalam seminggu dan tentu hanya santri putri. Maka tak heran bila Bu Nyai bisa mengetahui santri putri secara lebih detail.

Tak berselang lama Ustadz Farhan muncul dibalik tirai yang memisahkan antara ruang tamu dan ruangan inti yang berupa kamar dapur hingga kamar mandi. Alhamdulillah... Batin Nazla.

Tuk

Ustadz memberi aba-aba dimulainya mengaji dengan mengetukan jari beliau di meja. Santri yang bisanya datang dan mengantri duluan, langsung membaca Alfatihah dilanjutkan dengan membaca doa yang diijazahkan oleh Abah Yai Pendiri pondok. Setelahnya mereka mulai menyetorkan muroja'ah kami satu-persatu.

Berbeda dengan setoran hafalan baru yang dilakukan setiap malam dan hanya semampu para santri, bila setoran murojaah santri wajib memurojaah hafalannya seperempat atau dua setegah lembar yang berarti lima halaman. Bila tidak lancar maka lima halaman itu akan terus diulang setiap harinya hingga benar-benar lancar dan dilanjutkan untuk seperempat berikutnya.

Setelah selesai menyelesaikan muroja'ah, buru-buru Nazla berlari menuju pondok yang tepat di depan ndhalem.

"Masuk jam berapa Mbak??"

"Biasa jam 7"

"Gila, ini aja udah jam 7 tepat, sampe ke kampus jam berapa itu??

"Jam delapan kurang paling. Biasa, habis mau gimana? Lebih baik telat daripada nggak masuk sama sekali kan??" Jawab Nazla yang terlihat sok santai. Padahal sebenarnya hatinya sedikit gelisah karena takut telat tapi begitulah Dia, Nazla selalu memegang teguh prinsipnya untuk selalu terlihat tegar dihadapan orang lain meskipun kenyataanya Dia sendiri babak belur.

"Ya...ya...ya..., Eh tadi tinggal berapa orang Mbak di ndhalem?"

"Tadi sih enam, kurangi aku ya tinggal 5 orang sekarang"

"Okedeh..."

"Aku berangkat dulu, Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumussalam hati-hati. Jangan lupa doa" jawab Fina yang memang tinggal dia seorang diri dikamar, karna yang lain masih di musholla untuk dheres"

******

Setelah memarkirkan motornya di parkiran fakultas. Nazla langsung berlari ke kelas yang berada di lantai Empat. Selama perjalanan Nazla tak henti-hentinya menggerutu karna seolah tak sampai-sampai.

Nazla perlahan masuk ke dalam kelas. Baru sampai di depan pintu kelas, tatapan dosen sudah menyambutnya. Nazla melihat sekitar sekilas, tampak teman-temannya menahan tawa mereka. Dengan keberanian secuil Nazla menatap Pak dosen kemudian cengengesan tanpa dosa sambil berjalan mendekati kursi.

"Nama kamu siapa??"

Belum samapi pantatnya menempel di kursi suara pak dosen sudah menginterupsi.

"Nama Saya Nazla Pak" Jawab Nazla dengan senyum yang sangat kentara dibuat-buat

"Berapa nilai UTS kamu??"

"Kayaknya 90 Pak"

" Harusnya nilai Kamu itu Lima Puluh!"

Wattttheeee??....

"Kog bisa Pak??" Tanya Nazla yang tak percaya dengan apa yang baru saja dosennya Katakan

"Kamu itu udah telat, dikelas tidur terus, pencilaan........"

Nazla tertegun mendengar ucapan dosenya.

"Nggak diabsenin gitu juga dong pak dosa Saya. Yang pentingkan saya sudah membuktikan kalo saya itu orangnya konsenkuen. Nyatanya soal UTS bapak yang kemarin itu beda-beda ya pak sekelas dan Saya bisa membuktikan kalo nilai Saya sebanding dengan dosa Saya yang Bapak sebutkan tadi"

Nazla memang terkenal sebagai pribadi yang selalu santai menghadapi apapun namun tidak dengan ketidakadilan terutama bila itu sudah menyangkut tentang dirinya maka Habis sudah kesabaran yang dimiliki. Nazla tau betul perbuatannya ini termasuk kategori su'ul adab terhadap guru. Tapi entah kenapa bawaannya dibikin setenang apapun awalnya akhirnya harus urat-uratan bila dengan Pak dosen yang satu ini.

"Ya..ya .. ya... Sayangnya gitu" jawab Pak Dosen dengan tampang cengingisan

"Baiklah sekarang kita lanjutkan pelajaran...."

Lima belas menit bertahan, setelahnya Nazla sudah tidak sadarkan diri yang merajut asa di alam mimpi persis seperti yang disebutkan oleh dosennya.

......
Tbc






Salam hangat,
Happy Maos nggeh gaess.....😁😁😁

Hati yang Selesai✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang