Nazla menggendong bayi didepannya dengan hati-hati seolah Dia membawa berlian paling mahal diseluruh dunia.
"Wah, Udah pantes banget La" celetuk Mbak Yeni si Ibu dari bayi yang tengah di gendong Nazla.
"Oh iya, wah jadi pengen buat satu yang kaya gini"
"Bahasanya... Buat buat kaya donat aja. Nikah sana deh La, kayaknya udah kebelet nikah Kamu tuh" Nazla bergidik "Dih... Siapa juga yang kebelet nikah"
"Alah, lagakmu La dari matamu itu udah kelihatan ngode 'nikahi Aku nikahi Aku'" Yeni terbahak setelahnya, Nazla hanya menatap tajam pada Yeni
"Kalo bukan karna bayi Kamu ditanganku udah Aku sobek itu bekas sesar Kamu"
"Astaghfirullah... Anarki sekali gadis ini" Yeni berbicara seolah dirinya adalah korban penganiayaan
"Dasar bumud banyak drama"
Tadi pagi waktu Nazla mengambil hapenya dari kamar pengurus, Dia agak terkejut mengingat banyaknya pesan masuk dari ibunya bahwa istri saudara sepupunya telah melahirkan. Nazla bahagia bukan kepalang mendengar kabar baik itu, bahkan demi menyambut keponakan barunya setelah ngaji Nazla langsung ijin pulang pada pengurus.
Nazla memandang lurus bayi di dekapannya, alangkah bahagianya bila dan mas Tamam kelak mempunyai satu yang seperti ini. Astaghfirullah... Nazla hanya mampu beristighfar dengan lamunannya barusan
"Lah kamu ngapain La geleng-geleng kaya gitu, Aku tau Kamu pasti bayangin yang iya-iya kan"
"Bumud sok tau"
"Idih, kita itu udah temenan dari jaman ileran sampe sekarang lho La, apasih yang nggak Aku tau dari Kamu"
Nazla dan Yeni memang sahabat baik dari mereka masih bayi hingga SMP, mereka berpisah waktu Nazla memutuskan untuk mondok dan Yeni melanjutkan pendidikannya di SMK yang tidak jauh dari rumah. Setelah lulus SMK yeni memilih untuk bekerja sebagai buruh di pabrik boneka hingga setahun yang lalu Yeni akhirnya menikah dengan kakak sepupu Nazla yang memang usianya tak terpaut jauh dari Nazla.
"Hem, jadi mikir apanih?"
Nazla menggeleng rasa enggan bercerita kembali muncul dalam benaknya, orang berumah tangga itu kan udah ribet mikir ini itu masak iya Dia mau berbagi beban dengan teman sekaligus istri kakak sepupu iparnya ini "biasalah Bumud semester tua mah fikirannya nggak jauh-jauh amat dari skripsi"
"Kirain, untung Aku nggak kuliah" mendengar itu Nazla hanya bisa diam sambil tersenyum simpul, rendahnya kesadaran akan pentingnya pendidikan memang telah mendarah daging dari generasi ke generasi di kampung Nazla, maka tak heran jika rata-rata teman sebayanya sudah menikah ya karna mereka sudah tamat sekolah dan bekerja.
"Kamu ingin bekerja dengan baik atau hidup dengan baik?"
"Tentu saja Aku ingin hidup dengan baik"
"Kalau hidup dengan baik, maka belajarlah menuntut ilmu, bukan gelar atau perspektif pekerjaan. Karna sejatinya pendidikan adalah membentuk Pola fikir serta kekritisan seseorang, terlebih bagi calon ibu yang nantinya akan menjadi pendamping bagi calon bapak, ups.. terlebih bagi calon ibu yang nantinya akan menjadi sumber ilmu bagi anak-anak nya"
Nazla kembali terngiang percakapan antara Reza dan putri. Saat itu putri tengah galau karena dia bingung harus memilih satu dari dua universitas yang sama-sama baik. Lalu dengan ditemani Nazla Putri dan Reza saling bertemu dan saling menyemangati satu sama lain dihadapan Nazla pula. Kalo diingat-ingat hal itu adalah hal terbodoh yang Nazla lakukan. Bagaimana tidak, dulu Nazla begitu mencintai Reza tapi mengapa dengan sukarela nya Dia menemani sahabat nya pacaran dengan orang yang Dia cintai. Tapi dari semua itu setidaknya Dia bisa mendengar banyak petuah indah dari Reza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati yang Selesai✓
Chick-Lit"Sejak awal Saya memang sudah salah Mas, Saya salah mengartikan sederet kalimat yang Sampeyan kirimkan. Padahal Sampeyan hanya bercanda ya?" Dia bingung harus menjawab bagaimana. Tangis gadis didepanya seolah ikut menikam ulu hatinya hingga sesak. ...