Berubah

207 15 2
                                    

Setiap detik yang berlalu,
Semampuku begitu maka itulah Aku,
Jika kau mau, beginilah Aku
Jika ragu, lepas Aku....

Nazla menatap hamparan pasir putih di depannya dengan tatapan sendu, sesekali Dia berjalan di tepi pantai lalu berlari saat ombak datang kearahnya, namun Dia hanya berlari dalam diam, tak ada teriakan atau ekspresi lepas seperti teman kelasnya yang lain.

Drrtt

Getar ponselnya membuatnya terkesiap, buru-buru Dia membuka pesan dari seseorang yang sangat Ia tunggu-tunggu akhir-akhir ini.

[Nazla]

[Dalem Mas]

[Sugeng Riyadi, mohon maaf lahir dan batin nggih]

Nanti aja lah Aku balasnya, biar gantian emang Mas Tamam aja yang bisa bales lama, batinya berteriak namun hati yang logikanya sama sekali tidak sinkron karna hanya beberapa menit setelahnya Nazla langsung membalas pesan dari Mas Tamam

[Nggih Mas, sami-sami]

Setelah terlihat centang biru, Nazla pikir Mas Tamam akan kembali membalas pesanya namun hingga malam telah larut tak ada tanda-tanda pesan nya akan terbalas.

Flashback on

"Jadi gitu Ma, Aku udah coba mancing Mas Tamam kaya gini dan ini jawabnya" Nazla menyerahkan hapenya pada Ema

"Syukur deh kalo akhirnya perasaan Kamu terbalas"

"Tapi ini bener kan Ma? Bukan cuma Aku yang kepedean ngartiin pesan ini"

"Nggaklah orang kaya gini pesannya, itu menunjukkan kalo Mas Tamam emang serius sama Kamu. Tapi kayaknya muka mu kusut begitu daritadi"

"Iya Ma, Aku akhirnya udah minta maaf sama Nani ya gitu deh, trus pas mau pulang Aku sengaja pura-pura tanya Dia gimana kalo semisal Aku sama Mas Tamam, trus Dia jawabnya intinya kalo Mas ku pilih Kamu, keputusan Aku yang nggak setuju apa masih berlaku. Itu artinya Dia nggak setuju kan Ma kalo Aku sama Mas Tamam?"

"Ya bisa jadi sih, Aku mau berargumen gimana tentang Nani itu takut soalnya Dia itu tipe orang-yang nggak gampang ditebak. Ya, positif thinking aja, kalopun itu bener itu karena Nani mungkin bakal ngerasa canggung kalo Mas nya dapat sahabatnya sendiri"

"Em, gitu ya Ma,.. trus sekarang Aku harus gimana?"

"Ya tergantung Kamu sendiri kalo itu, dari yang Kamu critain kan Nani sebenarnya fine fine aja Kamu chatting an sama Mas Tamam, yaudah lanjutin aja, perkara kedepannya Nani akhirnya setuju atau nggak ya lagi-lagi itu nggak masalah, toh kalian yang menjalani. Menurut ku mulai sekarang Kamu juga harus pinter-pinter ngambil hati Nani, nggak harus jadi orang lain juga, tapi Kamu harus menunjukan kalo Kamu paling nggak udah layak lah buat jadi kakak iparnya"

"Thanks ya Ma, Kamu emang malaikat yang dikirim Allah buat bantu manusia kaya Aku"

"Bayar, nggak gratis lho ini semua"

"Tenang, Ayo nyoklat"

"Huft, nyoklat lagi"

"Alhamdulillah Ma"

"Nggih Bu Nyai" Ema tertawa melihat ekspresi Nazla setelah mendengar julukannya barusan. Ema tenty sangat tau betapa Nazla tak suka dengan sebutan itu

Flashback off

Nazla kembali menerawang kearah langit, saat ini Dia tengah membaringkan tubuhnya diatas sebuah matras hitam di tengah hamparan pasir pantai. Terhitung hampir enam bulan sejak percakapan terakhirnya dengan Ema, sikap Mas Tamam berubah.

Hati yang Selesai✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang