Titik balik

188 15 4
                                    

Suara derap langkah membuat Nazla yang tadinya masih tergugu dalam tangisnya mendongak. Belum lagi keterkejutannya hilang melihat sosok yang begitu dicintainya kini mendekat kearahnya, Nazla yang tak siap berhadapan dengannya memilih untuk berlari.

Bruk...

Aw.

"Nazla!" Mas Tamam yang tadinya memilih untuk tidak mengejar Nazla seketika itu langsung berbalik dan berlari mengejar Nazla yang tak jauh dari tempatnya berdiri

"Kamu nggak papa?" Tamam mencoba mengulurkan tangannya untuk membantu Nazla berdiri namun ditepis oleh Nazla. Nazla memilih untuk tetap diam ditempatnya sambil menangis kali ini isaknya sampai di telinganya Tamam.

Mas Tamam ingin kembali membantu Nazla berdiri dan mencoba menjelaskan baik-baik dengan Nazla, Namun lagi-lagi Nazla telah mencoba berdiri dengan usahanya sendiri.

"Sejak awal Saya memang sudah salah Mas, Saya salah mengartikan sederet kalimat yang Sampeyan kirimkan. Padahal Sampeyan hanya bercanda ya?"

Belum lagi keterkejutan nya hilang saat Nazla meng'saya'kan dirinya. Tamam bingung harus menjawab bagaimana. Tangis gadis didepanya seolah ikut menikam ulu hatinya hingga sesak.

"Aku cinta Kamu" kata Tamam akhirnya
Gadis berjilbab maroon itu mendongak lalu menyeka kasar air mata yang membanjiri pipinya.

"Cinta ya Mas? Haha... apa kalimat itu berguna untuk sekarang saat Mas akhirnya memilih orang lain? Jangan katakan apapun lagi Mas, Saya mohon... bila akhirnya hati kita selesai cukup sampai disini biarkan Saya belajar ikhlas atau setidaknya berpura-pura Ikhlas....  seumur hidup Saya" Nazla meninggalkan Mas Tamam begitu saja

"La" Panggil Mas Tamam lagi, namun sama sekali tak dihiraukan oleh Nazla. Nazla tetap berjalan lurus kedepan meski dengan langkah yang terseok-seok akibat terjatuh tadi.

"Maafkan Aku ya La" lirih Mas Tamam begitu Nazla masuk ke arah gerbang utama pondok, sejak tadi meski dari kejauhan Mas Tamam tetap mengikuti Nazla, menahan sakitnya godam palu yang  menghantam tiap kali melihat gadis yang dikasihinya sesekali hampir terjungkal akibat langkahnya yang tidak seimbang.

"Kamu habis darimana Mas?" Tanya Fira heran melihat tampang kusut calon suaminya "Oh, tadi di depan sebentar nyari angin. Udah selesai po semaannya?"

Fira merasa ada yang disembunyikan oleh Mas Tamam "Belum, kurang sejuz lagi kayaknya" Fira mencoba tetap tersenyum meski hatinya tak berhenti bertanya

"Yasudah ayo masuk" Mas Tamam langsung masuk tanpa memandang kearah Fira.

***
"Kenapa to Le? Kog senyum-senyum dari tadi?" Pemuda itu menjawab dengan gelengan dan senyuman lagi.

"Nggak ada kog Bu Saya cuma senang Dua tahun itu Saya bisa melaluinya dengan baik bahkan bisa lebih Enam bulan"

Bu Nyai tersenyum "Alhamdulillah Le, Ibu juga bersyukur bisa melihat putra-putri Ibu berhasil menjalankan dhawuh dari Abahmu dengan baik"

"Alhamdulillah Bu"

Bu Nyai menoleh kearah putranya "Le, Kamu kenal kang Ilham?"

"Kang Ilham santri putra yang dulu dikhatami itu kan Bu?"

"Iya"

"Ada apa Bu?" Tanya pemuda itu penasaran tak biasanya Ibunya bertanya perihal santri-santri padanya.

"Ibu ini kog rasanya pengen menjodohkan Nak Ilham sama Nazla"

"Jangan Bu!" Jawab pemuda itu cepat Bu Nyai kembali menatap lamat-lamat putranya dengan senyum seolah Beliau telah memecahkan teka-teki tersulit di dunia.

Hati yang Selesai✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang