"Cinta bisa menjadi obat, bila disandingkan dengan iman, tetapi cinta juga akan menjadi penyakit bila disandingkan dengan nafsu"
🌿🌿🌿
*****
Pria itu menatap lurus ke arah gadis yang terlihat tidur di bangku taman terlihat kontras sekali dengan teman-temannya yang sedang duduk dan berdiri menunggu semua rombongan terkumpul. Sesekali Dia menggeleng sesekali Dia tersenyum sendiri memikirkan kelakuan gadis itu.
"Pak Fikri kenapa Pak kog geleng-geleng itu?"
"Ha? Oh nggak Pak lagi keinget sesuatu yang lucu aja makanya Saya geleng-geleng"
Mereka melanjutkan pembicarannya kembali. sesekali mata Fikri menatap ke arah Nazla yang terlihat sangat pulas meski tidur dengan posisi setengah badan berada di bangku taman. Sesekali Fikri ikut tertawa ketika mereka membicarakan sesuatu yang lucu, meski bukan itu yang membuatnya tertawa, Dia tertawa karena terheran dengan sosok Nazla yang sama sekali tidak bergeming di tempatnya padahal teman-temannya tertawa begitu keras.
"Selamat Pagi Pak Fikri?" Andra langsung mengambil tempat disamping Pak Fikri dengan membawa semangkuk soto yang masih mengepul
"Selamat Pagi Andra"
"Bapak nggak ngajar Pak?"
"Kebetulan hari ini Saya nggak ada jadwal mengajar jadi setelah ini langsung pulang"
"Wah kebetulan Pak, Ikut kelas Kami safarihome aja kalo gitu Pak?"
"Safari Home?"
"Iya Pak, semacam makan-makan anak kelas tapi tempatnya digilir di rumah anak kelas"
"Nggak papa Saya ikut?"
"Santai Pak, anak-anak pasti juga ikut seneng kog"
"Teman-temanmu itu kan yang dilapangan?" tunjuk Fikri ke arah lapangan dan langsung dijawab dengan anggukan oleh Andra yang tengah sibuk mengunyah makananya.
"Saya fikir mereka mau ngapain soalnya yang di bangku itu keliatannya tidur dan teman-temanya yang lain sibuk ngobrol" Pancig Fikri
"Nazla Pak itu. Dia emang seluarbiasa itu Pak, dimanapun tempatnya pasti Dia bisa tidur nggak di motor di kursi dimanapun deh Pak. Tapi jangan salah Pak begitu-begitu otak Dia nggak kalah encer sama Seli pokoknya Dia itu spesial banget deh" Fikri menatap lawann bicaranya dengan tatapan yang sulit diartikan, melihat binar cerah di mata Andra ketika menceritakan Nazla ada sedikit bagian hatinya yang tercubit
"Kamu suka sama Nazla" sebenarnya ada hal yang lain yang ingin Fikri tanyakan, namun entah mengapa justru pertanyaan itu yag terlontar olehnya
"Iya pak, doain ya Pak Dia mau sama Saya" Fikri diam tak mengangguk ataupun menggeleng
"Menurut Saya Nazla itu biasa saja, apa hebatnya tukang tidur dan mahasiswi ngeyelan seperti Dia?" Pancing Fikri lagi
"Bapak jangan salah ya Pak, Nazla itu ngeyelan karna Dia menyuarakan apa yang ada difikirannya secara gamblang kalo semua sudah sesuai sama apa yang Dia fikirkan Dia bakal nurut kog Pak bahkan kalo Bapak sadar Dia itu paling sopan sama dosen jarang lho Pak mahasiswi ketemu dosen nyium tangan apalagi do fakultas kita, nah Nazla ini nggak pernah absen nyium tangan kalo ketemu dosen yang cewek tapi, yah mungkin karna ajaran dipondoknya begitu tertanam kuat sama Nazla" Fikri kembali menoleh pada Andra
"Nazla, Mondok?" Fikri tercengang dengan fakta baru yang didengarnya menarik sekali batinya
"Iya katanya sih udah dari SMA. Begitulah menariknya Nazla, dilihat sekilas mungkin Dia gadis biasa dandanan biasa tanpa Make up, ngantukan, tapi setelah jauh kenal Dia Bapak akan tau sedewasa dan sebaik apa Dia itulah yang membuat Saya begitu tergil-gila sama Nazla" kata Andra tenang sambil menatap lurus pada gadis yang terlihat tertawa setelah bangun dari tidurnya
Tak berselang lama Andra dipanggil untuk merapat karna semuanya telah berkumpul. Mereka terlihat histeris saat Fikri ikut bergabung bersama mereka. namun semua terhenti saat Andra sudah bersiap untuk memimpin doa,
Sepanjang perjalanan dilalui dengan khimat, jalanan yang berliku hamparan sawah yang luas menjadi hal yang memanjakan untuk mata mereka hingga tak terasa hampir dua jam perjalanan ke rumah Seli di Gunung Kidul telah berjalan sempurna.
Sejak pembicarannya dengan Andra di kantin tadi, Fikri tak henti-hentinya mengawasi apapun hal yang dilakukan oleh Nazla. saat teman-temanya yang lain hanya berjabat tangan dengan tuan rumah Nazla justru mencium tangan mereka dengan Takdzim, saat temannya yang lain mengobrol sambil makan Nazla justru tak canggung ikut membantu di dapur dari menyiapkan hingga mencuci piring dan semua itu tak luput dari penglihatan Fikri.
"Itu nggak Nazla nggak papa kog keliataya merem terus gitu dijalan?" setelah Sholat Asar di tempat Seli mereka memutuskan untuk pamit dan sekarang mereka sedang dalam perjalanan pulang
"Sejauh ini sih biasa aja Pak, malah luar biasa kalo Nazla melek saat dibonceng" Fikri menghela nafas sebagian hatinya merasa takut kalo-kalo Nazla akan jatuh karena beberapa kali Nazla selalu menabrak helm Nani yang memboncengnya.
"Tolong anterin sebrang jalan dong Ma" pinta Nazla pada Ema yang tengah duduk dibangku taman seperti tadi sebelum mereka berangkat
"Sebentar ya La, nunggu minumnya dateng dulu. Mayan tau apalagi gratis dari Andra" Nazla mengangguk
"Sama Aku aja La, tak anterin sampai pondok deh"
"Sama Aku aja La" sahut teman-teman kelas Nazla bersautan seolah mengantar Nazla adalah perlombaan
"Nggak deh sama Ema aja, kalian semua pasti udah capek ngebis juga pasti aman kog lagian lumayan Aku bisa nglanjutin tidur di Bis" jawab Nazla santai seolah perbuatannya adalah hal yang sangat biasa. Fikri tetap diam fikirannya menerawang pada Nazla kembali, kalo begini pasti akan lebih sulit lagi mengingat bukan hanya Andra yang terlihat terang-terangan suka dengan Nazla tapi hampir semua laki-laki dikelasnya menunjukan hal yang sama bahkan mereka sama sekali tidak risih dengan Nazla yang bisa tidur dimana saja. Fikri menggeleng tidak mungkin kan Fik Kamu beneran suka sama Nazla?
Happy maos gaes....
Maafkan semua salah,
Minggu,09022020
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati yang Selesai✓
Chick-Lit"Sejak awal Saya memang sudah salah Mas, Saya salah mengartikan sederet kalimat yang Sampeyan kirimkan. Padahal Sampeyan hanya bercanda ya?" Dia bingung harus menjawab bagaimana. Tangis gadis didepanya seolah ikut menikam ulu hatinya hingga sesak. ...