Saat pertama kali Nazla membuka mata Nazla Dia hampir terkejut mendapati dada bidang dan lengan kekar yang mendekapnya erat, Dia hampir saja berteriak namun kesadaran segera menguasainya bahwa sejak tadi malam statusnya sudah menjadi istri orang, yah... Istri dari dosen yang dulu begitu menjengkelkan baginya.
Nazla dengan perlahan berusaha menyingkirkan lengan itu dari tubuhnya, namun bukannya lepas justru si empunya tangan malah semakin erat memeluk tubuhnya. "Pak... Lepas dulu Saya ingin bangun" rintih Nazla
"Jam berapa?" Tanya Fikri tanpa membuka mata "Jam 2"
Fikri masih tidak bergeming di tempatnya rupanya dia sudah tertidur lagi "Pak"
"Sebentar lagi La, Ayo tidur lagi Saya masih capek" Kali ini Nazla pasrah bahkan Nazla ikut terlelap kembali di pelukan suaminya.
Mereka akhirnya terbangun setengah jam sebelum adzan berkumandang, meski begitu mereka masih tetap menunaikan sholat sunah tahajud meski hanya dua rakaat ditambah sholat witir 1 rakaat Secara berjamaah. Begitu Adzan subuh terdengar Fikri memilih untuk sholat berjamaah di masjid terdekat dengan ayah Nazla, sedangkan Nazla dan kedua Ibunya memilih sholat berjamaah di rumah.
Seperti kebiasaannya setelah subuh Nazla menyempatkan membaca Al Qur'an meski hanya seperempat halaman entah itu memurojaah hafalannya atau hanya sekedar membacanya saja ketika Dia sudah dirumah. 'nanti dirumah jangan tidak dheres, minimal tetap ngaji walaupun satu ayat ya' pesan Ustadz Farhan waktu pertama kali Nazla ijin untuk pulang kerumah setelah 40 hari Nazla dipondok, Nazla menanamkan pesan itu kuat di hatinya untuk itulah hingga kini Nazla selalu melakukannya dimanapun ketika Dia tidak dipondok.
Begitu Nazla ingin mengaji sendiri Bu Nyai telah lebih dulu mengintrupsi Nazla "Sini biar Ibu yang nyimak, mau berapa Juz? Dua? Tiga?"
Nazla hampir saja melupakan keberadaan mertuanya, hah... Kalo sudah gini alamat kaya ngaji dipondok ini mah... Batin Nazla tentu saja. Namun bagaimanapun Nazla tidak berani membantah jadilah yang Dia lakukan duduk di depan Bu Nyai dan mulai menyetorkan murojaahnya, Dia memilih juz 3 karna menurutnya Juz 3 adalah yang paling Dia sukai dan paling lancar. Ibu Nazla hanya menyimak seperempat lalu pamit untuk belanja di pasar.
"Alhamdulillah, Kamu semakin lancar dhuk" ucap Bu Nyai
"Alhamdulillah Bu, doakan Saya selalu Istiqomah menjaganya"
"Tentu saja, Ibu akan selalu mendoakan santri-santri ibu, anak-anak Ibu"
"Nggeh Bu"
"Dhuk" Nazla mendongak mendengar nada suara Bu Nyai yang terlihat sangat serius.
"Mungkin hati Kamu belum bisa menerima anak Ibu seutuhnya, Tapi Ibu yakin putra Ibu akan berusaha yang terbaik untuk membahagiakan Kamu. Dia memang agak tegas mungkin dalam beberapa hal kalian kelak akan berselisih paham, saat itu terjadi Ibu minta Kamu sedikit merendah siapapun diantara kalian yang salah mulailah minta maaf duluan dan usahakan sekecil dan sepahit apapun, kalian harus jujur satu sama lain. Mungkin cinta bisa saja dijadikan pijakan untuk membangun rumah tangga namun untuk mempertahankannya cinta saja tidak cukup, butuh kepercayaan dan komitmen yang kuat kedepannya"
Nazla mengusap air matanya, rasanya tak pernah nasehat Bu Nyai nya ini tidak membuatnya menangis "Nggeh Bu, terimakasih"
"Sudah, Ayo bantu Ibu Kamu" Bu Nyai merapikan mukenah diikuti Nazla. Mereka berdua lalu menyusul Ibu Nazla memasak di dapur.
***
"Pak, kita mau kemana?"Bu Nyai telah lebih dulu pulang ke pondok dikarenakan ada kepentingan yang tidak bisa diwakilkan bersama Ilham, mereka pun telah ikut pamit pulang kepondok sekalian. Namun entah bagaimana tiba-tiba mobil hanya tinggal ditumpangi oleh Nazla dan Fikri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati yang Selesai✓
Literatura Feminina"Sejak awal Saya memang sudah salah Mas, Saya salah mengartikan sederet kalimat yang Sampeyan kirimkan. Padahal Sampeyan hanya bercanda ya?" Dia bingung harus menjawab bagaimana. Tangis gadis didepanya seolah ikut menikam ulu hatinya hingga sesak. ...