Nazla memberanikan diri untuk membuka pintu kamar Fikri yang tertutup, dhalem sudah sangat sepi sekali karena begitu sampai mbak-mbak dhalem sudah ingin pamit untuk tidur sedangkan Bu Nyai mertuanya pasti juga sudah tidur.
"Assalamu'alaikum" lirih Nazla lalu menutup pintu perlahan. Dari tempatnya berdiri, netranya memandang lurus kearah ranjang terlihat Fikri yang membolak-balik tubuhnya untuk memejamkan mata, Nazla terkikik geli karenanya.
Belum sampai tangan Nazla menggapai tubuh Fikri tangan Nazla sudah ditarik oleh Fikri hingga membuat tubuhnya oleh dan ambruk dalam pelukan Fikri.
"Mas ihhh, lepas!" Nazla mencoba melepaskan diri namun Fikri semakin mengeratkan pelukannya
"Nggak, ini hukuman buat istri nakal kaya Kamu"
"Ihh padahal kan Mas sendiri yang mancing, eh Mas sendiri yang baper" Fikri tidak menanggapi Fikri malah semakin membenamkan kepalanya pada ceruk leher Nazla yang masih berbalut kerudung itu
"Mas"
"Hemm"
Nazla berdecak "Ngapain nyuruh Aku kesini coba?"
"Kamu bisa diem nggak sih, ini udah malem ayo tidur aja"
"Tapi posisinya nggak gini juga Mas, Aku kan belum sikat gigi belum bersih-bersih juga"
"Nggak usah nggak papa"
"Ihhh tapi nggak nyaman Mas, ini juga masih gamis tadi sore, lagian Aku juga harus ganti pembalut"
"Oke fix. Cepetan!" Nazla buru-buru kearah kamar mandi, untungnya Dia sempat menyelipkan pembalut di dalam sakunya yang terbilang dalam jadi hanya tinggal menggantinya saja.
Nazla kemudian mengganti gamisnya dengan kaos pendek milik Fikri yang berwarna navi.Fikri tersenyum melihat Nazla yang sudah tanpa malu membuka sendiri lemarinya bahkan mengambil bajunya untuk dipakai seolah-olah dialah memang pemiliknya.
"Kenapa nggak tidur duluan?" Nazla kembali membaringkan diri di ranjang dan kini berhadapan dengan suaminya
"Nggak tau, nggak bisa tidur dari tadi"
"Mas capek? Mau Aku pijetin?" Fikri menggeleng lalu kembali membawa Nazla kedalam pelukannya
"Aku cuma butuh Kamu" Pipi Nazla bersemu merah mendengar penuturan dari Fikri, untung saja ini sudah malam dan lampu mereka sudah dimatikan jadi Nazla tidak perlu menyembunyikan wajahnya.
"Mas"
"Hmmm"
"Mas cinta sama Aku?" Beberapa menit kemudian Nazla menunggu namun tak kunjung ada respon dari lawan bicaranya, Nazla sontak mendongak dan benar saja Fikri telah terlelap dalam tidurnya. Nazla pun menyusul nya.
***
"Kita mau undangan kemana Bu?" Tanya Nazla begitu mobil yang mereka tumpangi memacu membelah jalanan Kota.
"Ke pernikahan putrinya Bu Is"
Deg
Jantung Nazla seperti di beri bogeman mentah, begitu sesak rasanya Dia ingin menangis saja sekarang.
Sehabis membantu menyiapkan pakaian yang akan dibawa Fikri workshop di malang, Nazla memang diminta oleh Bu Nyai untuk menemani beliau kondangan. Nazla senang bukan main karena untuk pertama kalinya Dia bisa merasakan rasanya menemani Bu Nyai untuk bepergian, walaupun Bu Nyai sudah berstatus sebagai mertuanya namun kebahagiaan itu masih sama besarnya .
"Kamu nggak papa Nak?" Tanya Bu Nyai khawatir melihat memantunya yang meneteskan air mata sambil memegang dadanya
Nazla segera tersadar lalu menghapus butiran air mata yang menetes begitu saja di pipinya
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati yang Selesai✓
Chick-Lit"Sejak awal Saya memang sudah salah Mas, Saya salah mengartikan sederet kalimat yang Sampeyan kirimkan. Padahal Sampeyan hanya bercanda ya?" Dia bingung harus menjawab bagaimana. Tangis gadis didepanya seolah ikut menikam ulu hatinya hingga sesak. ...