Harapan itu tumbuh begitu saja dalam diri,
Mencipta surga semu dengan alas neraka dengan duka menyala.🍂🍂🍂
"Mbak Azla, dipanggil Ibu di dhalem"
"Sekarang?" Tanya Nazla terheran karna baru saja mandi dan bersiap untuk membuat hafalan baru sore ini
"Iya Mbak, dari pagi Mbak sudah di cari beliau. Keliatannya penting sih Mbak, soalnya udah beberapa kali Mbak dhalem kesini cari Mbak"
"Baiklah Aku akan kesana"
"Mau ku temani Mbak?" Nazla tersenyum "Nggak usah Aku bisa sendiri lagipula Kamu juga harus bikin setoran buat nanti malam kan?, Udah nderes sana"
Begitu sampai di dhalem Nazla langsung menyalimi Ibu nyai dengan takdzim lalu duduk iftirosy disamping Bu Nyai sambil menunduk, tak sedikitpun kepalanya mendongak untuk sekedar menatap mata teduh beliau sebagai lawan bicara.
"Baru pulang kuliah Mbak?"
"Nggih Bu"
Tiba-tiba Mbak Santi datang menyalimi ibu lalu mengambil tempat disebelah Nazla, sekarang jadilah Kami bertiga disini.
"Mbak Santi juga baru pulang kuliah?"
"Tidak Bu Saya sudah lulus kuliah, Saya tadi habis pulang dari muqoddaman di langgar desa sebelah"
"Ibu Lupa. Cepat sekali, rasanya baru kemarin Mbak Santi ini jadi mahasiswa baru. Kalo Mbak Nazla sekarang udah semester berapa?"
"Semester Dua Bu"
"Ujian santri itu macam-macam, mulai dari diuji tidak betah di pondok, masalah ekonomi, keluarga, bahkan cinta pun bisa menjadi ujian bila Kita tidak mampu menempatkannya di tempat yang semestinya.
Mbak Azla, Mbak Santi kan sudah lama disini, sudah tidak ada lagi ujian tidak betah, ekonomi, keluarga kalaupun ada pastilah Mbak Azla juga Mbak Santi sudah cukup dewasa untuk menyikapi ujian tersebut.
Kalo usia Delapan Belas tahunan nikah itu masih menggebu-gebu, tapi semakin jauh semakin tua semakin banyak aspek yang perlu difikirkan entah agama, pekerjaan, keluarga semua hal yang sepele menjadi sesuatu yang berat untuk dipertimbangkan.
Maka dari itu kalo sudah ada yang cocok salah satu terutama kesholehan langsung saja diterima tidak usah menunggu semua kriteria cocok karena tidak ada mungkin yang ada.
Ibu sudah mendengar dari Farhan kalo Mbak Santi ini sudah beberapa kali diminta olehustadz Ahmad untuk dijadikan istri tapi sampai sekarang belum ada jawaban, benar begitu Mbak?"
"Nggih Bu"
"Seperti yang Ibu bilang diawal tadi, mungkin banyak sekali hal yang Mbak Santi pertimbangkan untuk menerima ustadz Ahmad. Ibu maklum, Ibu sangat paham sekali. Untuk itu Ibu tidak akan memaksa apapun keputusan yang Mbak santi ambil terhadap lamaran ustadz Ahmad. Tapi... Alangkah lebih baiknya bila 'iya' ya segera bilang 'ya' kalo 'tidak' ya segera bilang 'tidak' jangan bilang 'nanti tak sekolah dulu, tak ngaji dulu' tapi memilih laki-laki lain yang lebih ganteng lebih kaya. Jangan Mbak! Jangan seperti itu, Ibu yakin ustadz Ahmad bukan pribadi yang pemarah jadi apapun keputusan Mbak segera katakan jangan ragu, jangan buat hari-hari yang kalian berdua diisi menunggu berlarut-larut"
Hatiku ikut teriris pilu mendengar nasehat Ibu pada Mbak Santi, Mbak Santi bahkan tidak mampu menahan isak tangisnya.
"Ma..afkan Saya Bu" kata itu yang akhirnya keluar dari mulut Mbak santi disela isak tangisnya
"Tidak, Ibu tidak pernah menyalahkan Mbak. Mbak Santi, Mbak Azla dan semua santri putri disini sudah Ibu anggap sebagai anak putri Ibu, teman santri Ibu. Jadi sebagai orang tua Ibu hanya bisa memberi nasehat untuk anak-anak Ibu"
Aku dan Mbak Santi semakin menunduk dalam saat tangan lembut Ibu membelai kepala mereka yang berbalut kerudung, Ibu... Andai bisa, Aku ingin memeluk beliau, menenggelamkan tubuhku pada rengkuhan kasih beliau yang hangat batin Nazla
"Jadi, kira-kira kapan ini ustadz Ahmad berubah status jadi calon suami?" Goda Ibu Mbak Santi hanya tersenyum malu
Sebenarnya lamaran ustadz Ahmad pada Mbak santi ini sedikit mengejutkan Nazla mengingat baru saja kang Indra yang tidak lain adalah mantan Mbak Santi menikah dengan teman sekamar bahkan sahabat Mbak Santi sendiri yaitu Mbak Aya. Bahkan di pondok putra dan putri begitu santer kabar bahwa Mbak Santi sakit hati karena sampai tidak hadir di pernikahan Kang indra dengan Mbak Aya. Kalo sudah begini Nazla yakin hal ini yang mendasari Mbak Santi belum menjawab lamaran dari ustadz Ahmad.
"Mbak Azla"
"Nggih Bu" tepukan Ibu di pundak ku menyentak lamunan tentang Mbak santi barusan
"Mbak Azla gimana ngajinya?"
"Alhamdulillah Bu"
"Mbak Azla ingin disini sampai khatam seperti Mbak Santi atau ingin nikah dulu?"
Deg
Pertanyaan macam apa ini batin Nazla
"Insyallah Sampai khatam Bu, mohon doanya"
"Kadang manusia itu terlalu berlagak seperti Tuhan, mengira apa yang diinginkan adalah keharusan yang terbaik dalam hidupnya. Hingga lalu Dia menganggap kegagalan terhadap hal mendapatkan keinginannya tersebut adalah sebuah kiamat di hidupnya.
Padahal jika ditelisik lebih dalam, sejatinya manusia ini adalah hamba yang sepatutnya menghamba pada Sang Pemilik Hidup. Meyakini apa yang didapat yang menjadi takdirnya kini adalah takdir terbaik yang tidak akan salah tempat pun waktu bagi hamba-Nya. Bahkan telah termaktub dalam Al-Qur'an bahwasanya siapa tau apa-apa yang Kamu benci itu teramat baik bagimu dan siapa tau apa-apa yang cintai itu teramat buruk bagimu. Bukankah Allah lah yang lebih tau?
Mungkin hatimu akan kecewa tidak bisa mendapatkan apa yang menjadi keinginan dalam hidup. Namun tidak lantas menjadikan nya sebagai kiamat di hidup Kita sendiri. Walapun secara lahiriyah apa yang kita miliki sekarang tidak lebih baik dari apa yang terlepas, tapi yakin saja dengan kita ikhlas, Ridho bersabar dan bersyukur terhadap pemberian yang kita dapat itu akan menjadikannya lebih baik.
Tidak ada lagi rasa putus asa, iri ataupun kecewa. Mungkin saja pondok ini kecil bila dibandingkan dengan pondok yang lain, tapi di pondok kecil inilah generasi Qur'ani lahir, ulama-ulama desa hingga kota lahir. Maka untuk itu Mbak, mari belajar ikhlas diniati ngalap barokah disini, mungkin saja dipondok kecil inilah yang akan mengantarkan Mbak menjadi orang sukses di masa depan karna yang terpenting adalah Ridho kedua orangtua Mbak, kalo orang tua kita Ridho insyaallah Allah pun akan turut serta meridhoi hidup kita"
"Maafkan Saya Bu" hanya kata itu yang keluar dari mulut Nazla
Nazla memang terlihat baik-baik saja setahunan ini, namun siapa sangka dilubuk hatinya yang terdalam masih terbesit rasa tidak ikhlas dalam dirinya. Selama ini Dia menyimpan baik-baik rasa kecewa itu didalam hatinya hingga menjadikannya tak sadar diri bahwa semua hal yang dijalaninya setaunan ini yang berangkat dari sebuah keterpaksaan menjadikan ngajinya pun bermasalah. Mungkin Dia tidak menyadari, Namun Bu Nyai jelas tau seperti apa perasaan santri-santrinya.
Nasehat Ibu Nyai menohok mereka begitu dalam. Bahkan disepanjang jalan menuju kamar dari dhalem tadi mereka berdua saling membisu. Entah mengapa hari ini banyak hal yang membuatku merasa seperti menjadi pendosa yang kehilangan arah, karena sudah sejauh ini Aku melangkah di jalan yang ku anggap wajar, layak dan patut namun ternyata justru jalan itu adalah jalan yang mengantarkanku pada kubangan dosa yang meluap-luap. Ah, agaknya malam ini Aku akan dibuat terjaga untuk merevisi kembali jalan hidup yang benar-benar baik untuk ku pilih. Batin Nazla
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati yang Selesai✓
Chick-Lit"Sejak awal Saya memang sudah salah Mas, Saya salah mengartikan sederet kalimat yang Sampeyan kirimkan. Padahal Sampeyan hanya bercanda ya?" Dia bingung harus menjawab bagaimana. Tangis gadis didepanya seolah ikut menikam ulu hatinya hingga sesak. ...