"Kenapa tadi telponnya tiba-tiba mati?" Selidik Andra
"Nggak papa kog Ndra, tiba-tiba lagi nggak pengen nyusahin Kamu" bohong Nazla
"Udah Aku bilang kan La, Kamu emang nyusahin Aku, tapi Aku seneng bisa jadi orang yang selalu Kamu andalkan"
Nazla menghembuskan nafas kasar "Kapan-kapan kan bisa gantian La, Aku gantian yang nyusahin Kamu" lanjut Andra kemudian
Nazla tersenyum hangat "anytime Ndra"
"Oh iya, mana laporannya biar Aku yang nemuin Bu Desi buat minta tanda tangan"
Nazla menyerahkan laporan yang tadi dijilidnya "kalo udah kumpulin sekalian ya Ndra di Akademik"
"Oke" Andra melenggang meninggalkan Nazla di taman depan rektorat.
Andra berbalik ke arah Nazla "Eh Kamu nggak ikut?"
"Kemarin Aku habis jatuh Ndra, kaki Aku sakit banget apalagi nanti ke lantai tiga. Aku disini aja ya?"
Andra berjongkok di depan Nazla "Kamu boleh minta apa aja deh asal Kamu cepet sembuh ya?"
"Ndra.... Udah sana!" Kali ini Andra pergi begitu saja
"Liat Saya! Apakah mata Saya menunjukkan bahwa Saya ini seorang pembual?" Nazla memalingkan muka
"Baiklah kalo Kamu nggak percaya, Kamu bisa pegang omongan Saya ini mulai detik ini hingga tiga hari kedepan bila Saya tidak datang ke rumahmu maka Saya janji tidak akan mengganggu Kamu lagi"
"Ok Saya catat itu baik-baik dalam otak Saya!"
"Sekarang ayo ikut Saya!" Nazla ingin kembali menepis tangan Fikri namun semua sia-sia karna nyatanya upaya penolakan nya tak lagi di dengar Fikri
"Naik!" Nazla menurut dan memasuki mobil Fikri dalam diam, Dia lelah badannya pun rasanya remuk mungkin akibat jatuh tadi
"Stop Pak, Saya berhenti saja disini" fikri tak lagi membantah, Dia menurunkan Nazla di pos satpam yang tak jauh dari rektorat.
"Nggak nggak Nazla tenang Ok, jangan baper, Pak Fikri tadi cuma becanda.... Tapi kog kaya serius, tau ah pusing" gumam Nazla sampai sesekali menghentak an kakinya ke tanah
"Pusing kenapa La?"
"Cepet banget Ndra, udah dikumpulin?"
"Udah kog"
"Langsung pulang ini?"
"Makan dulu aja yuk La, laper Aku"
"Yaudah yuk"
Nazla memilih mengendarai motornya sendiri daripada membonceng Andra mengingat Dia akan langsung pulang. Warung katsu hokya menjadi pilihan Nazla dan Andra mengingat harganya yang terjangkau dan masakannya enak.
Mereka bercerita banyak hal di sepanjang menunggu makanan datang. Tak jarang Andra menyelipkan kata-kata gombal yang hanya ditanggapi dengan gidikan jijik dari Nazla.
"Itu bukannya Pak fikri ya Ndra?" Tunjuk Nazla tiba-tiba saat melihat sosok Fikri tengah berjalan dengan seorang wanita yang diperkirakan juga dosen
"Oh iya, tadi pagi udah ketemu kog. Beliau mau daftar jadi dosen lagi disini"
"Bukanya dari dulu beliau masih dosen sini ya?"
"Lho Kamu nggak tau, pak Fikri kan pindah juga pas kita liburan semester Dua dulu"
Pupil Nazla melebar mendengar penjelasan Andra "beneran Ndra? Pantes aja udah lama nggak liat beliau"
"Kalo yang sama pak Fikri itu siapa Ndra? Istrinya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati yang Selesai✓
ChickLit"Sejak awal Saya memang sudah salah Mas, Saya salah mengartikan sederet kalimat yang Sampeyan kirimkan. Padahal Sampeyan hanya bercanda ya?" Dia bingung harus menjawab bagaimana. Tangis gadis didepanya seolah ikut menikam ulu hatinya hingga sesak. ...