"Dek..."
Nazla menoleh ke sumber suara itu, dilihatnya suaminya yang masih berpakaian koko lengkap dengan sarung dan kopiah hitamnya mendekat kearahnya. Sejak kejadian Nazla pergi ke Kudus, entah mendapat wangsit dari mana Fikri mengubah panggilannya pada Nazla.
Flashback on
Fikri tersenyum melihat Nazla yang masih bergelung di pelukannya. Tidak seperti biasanya, Adzan subuh sudah berkumandang namun Nazla sama sekali tidak terpengaruh dan bahkan semakin terlelap dalam tidurnya. Apa tadi malam Dia ber'main' kasar? Fikri menggeleng geli dengan pemikirannya. Ada rasa tidak tega dalam diri Fikri untuk membangun kan Nazla, namun bagaimanapun mereka harus tetap menunaikan kewajiban mereka sebagai hamba bukan?
"La... Sayang" Fikri mengusap lembut pipi Nazla. Begitu Nazla membuka mata dan menyadari semuanya. Nazla justru semakin membenamkan diri dalam dekapan Fikri
Fikri tersenyum jahil "Kenapa harus malu Sayang, Mas udah liat semuanya"
"Aw"
Nazla refleks langsung mencubit Fikri, tidak sakit sebenarnya, bahkan cubitan Nazla sama sekali tak terasa di kulit Fikri namun Fikri pura-pura mengaduh agar Nazla tidak lagi malu menatapnya.
"Aduh, sakit beneran ya Mas?"
"Iya"
Bukannya bersalah, Nazla justru -jari nya yang panjang. Fikri hampir kewalahan untuk membuat Nazla berhenti melakukannya. Dengan kekuatannya Fikri menahan tangan Nazla dan memenjarakan tubuh Nazla dalam kukungan nya. Nazla berusaha memberontak namun kekuatannya tak akan pernah sebanding dengan Fikri.
Begitu Nazla berhenti, Fikri langsung memeluk Nazla kembali seperti posisi mereka semula."La"
"Hmmm"
"Hmmm 'itu' masih sakit?"
Bukanya menjawab Nazla semakin menenggelamkan diri ke pelukan Fikri untuk entah yang kesekian kali.
"Terimakasih, terimakasih telah memberikan sesuatu yang selama ini Kamu jaga untuk Mas yang bahkan tidak Kamu cintai. Terimakasih, sudah mau menyerahkan nya pada Mas yang bahkan sudah melukai perasaan mu"
Nazla menggeleng "Sekarang Mas adalah imamku, poros hidupku, sudah menjadi kewajiban ku memenuhi hak Mas sebagai seorang suami. tak peduli perasaan ku sekarang, Aku yakin Mas adalah jawaban terbaik dari Allah atas doaku. Aku sayang Mas"
Yah meski belum cinta, namun Nazla tidak memungkiri rasa sayang itu mulai tumbuh dihatinya, ya...Nazla hanya butuh waktu.Jiwa Fikri menghangat "Mas lebih cinta Kamu Sayang"
"Mas bilang apa tadi?"
"Mas lebih cinta Kamu Sayang. Kenapa?"
Nazla gemas kenapa suaminya ini mengungkapkan kata Sayang seolah kata itu kata biasa, padahal Nazla sudah seperti kepiting rebus dibuatnya.
"Ihhh Mas, kog geli ya"
"Itu kan panggilan romantis dari Aku, tapi kalo nggak suka Mas bisa ganti sama panggilan lain kog misal honey, sweety, love, atau hmmm darling?"
Nazla bergidik tajam kearah Fikri "Aku jadi ragu Mas sama sekali nggak pernah deket sama perempuan lain, kog kayaknya lurus-lurus aja kaya jalan tol kalo lagi gombal"
Cup
"Mas kan udah pernah bilang, Mas sendiri nggak tau kenapa. Bawaannya setiap deket kamu gini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati yang Selesai✓
Chick-Lit"Sejak awal Saya memang sudah salah Mas, Saya salah mengartikan sederet kalimat yang Sampeyan kirimkan. Padahal Sampeyan hanya bercanda ya?" Dia bingung harus menjawab bagaimana. Tangis gadis didepanya seolah ikut menikam ulu hatinya hingga sesak. ...