BAB 26 : Kesepakatan

918 56 3
                                    

Jadi aku di sini nambahin tokoh baru. Si Mr. Harry dosen muda berbakat di kampus Rere. Well..aku jadiin dia tokoh baru karena terinspirasi sama film Harry Potter😍 haduhh, film fantasi terbaik yg pernah aku nonton.

"Apa yang kau inginkan?" Rere menatap horor. Dia sudah salah bicara. Seharusnya kata itu tak terlontar dari mulutnya.

Pria muda yang ada di depannya sekarang maju perlahan. Ia tersenyum, bisa dibilang sangat menawan hingga Rere lupa dalam keadaan bahaya. Mata biru Mr. Harry seolah mempermainkan pikirannya akan kedalaman warna biru dari sorot mata tajam tersebut. Sembari memasukkan kedua tangannya dalam saku celana ia menundukkan kepala. Badannya semakin condong hingga ia sekarang sangat dekat dengan Rere.

"Tidak banyak." Mr. Harry menyisir rambut dengan jemarinya. "Aku hanya ingin dia kembali."

"Maksud anda?"

"Callista. Wanita yang kau bawa bersama pengusaha Indonesia tadi." Tanpa aba-aba, dia mendorong badan Rere ke dinding. Rere menjerit kesakitan.

Pria itu menatap nyalang Rere, tampak beringas dan ada kebencian dalam pesonanya. "Apa yang kalian lakukan padanya sampai pingsan?"

"Itu sebuah kecelakaan. Tidak disengaja Mr. Harry." Kedua tangan pria itu menekan kuat bahu Rere.

"Kalau kalian sampai melukai dia untuk kedua kalinya. Aku takkan segan-segan berbuat lebih daripada ini." Rahang pria itu mengeras. Menunjukkan sisi tergelap yang tak banyak orang tahu dengan ke ramah-tamahan yang selama ini ia tunjukkan di depan umum. Rere sungguh takut, ia mati ketakutan. Tak tahu apa yang harus diperbuat. Di situasi yang menegangkan ini, suara Geo memecah keheningan. Tanpa menunggu waktu lama, Mr. Harry menjauh. Lantas melayangkan tatapan intimidasi. "Jangan bicarakan ini pada siapapun jika ingin nyawa mu selamat."

Mr. Harry menghilang di tengah gelap koridor rumah sakit. Suara Geo semakin terdengar nyaring. Secepat mungkin Rere berlari ke sumber suara. Rere tak sanggup melihat kecemasan yang kentara di wajah pucat Geo. pria itu terlihat ling-lung dan berlari tak tentu arah.

"Kenapa paman?" Gadis itu berusaha untuk terlihat baik-baik saja.

"Kau malah bertanya? Tidak lihat betapa cemas nya aku kehilanganmu." Badan Rere limbung, tepatnya dia digendong oleh Geo layaknya karung goni.

"Jangan kabur lagi. Nanti akan lebih parah dari ini." Rere memukul punggung Geo. Namun ia tak merasakan apapun, berjalan santai tanpa menghiraukan tatapan orang sekitar.

"Malu diliatin orang paman."

"Diam atau aku cium."

Dia terdiam. Mengaku kalah dan tak memberontak lagi. Hanya saja sekarang lebih menutup muka untuk menutupi rasa malu.

🦄🦄🦄

Pergantian jam sudah berlangsung lama. Tidak ada dosen yang masuk. Otomatis kelas hari ini berisik dengan berbagai macam kegiatan mahasiswa. Lain halnya, Rere terdiam di bangku belakang sambil memutar lagu menggunakan headset. Alunan lagu meresap indah dalam pikirannya. Karena bosan, ia melemparkan pandangan ke luar jendela. Berharap menemukan sesuatu yang menarik.

Pria itu lagi. Rere mulai jengah dengan pikirannya yang terus membayangi sosok dosen killer nan ganteng. Kembali pada rutinitasnya yaitu menenggelamkan kepala ke buku lalu menutup kepala dengan lengan.

"Duduk. Jangan sampai suara kalian memenuhi seantero kampus." Serentak orang-orang berkeliaran. Duduk rapi di bangku masing-masing berlanjut mengeluarkan buku serta alat tulis. Dosen itu cuman menggelengkan kepala. Langkah telapak kakinya menggema. Dia duduk di singgasana kebanggan untuk menghakimi dan mengajar mahasiswa. Tangannya terulur memeriksa map. Ia mengangguk takzim lalu mengedarkan pandangan. Mata itu terfokus pada mahasiswa yang tidur di bangku belakang. Sekali lagi ia menemukan gadis yang dapat mengarahkan dirinya pada wanita yang amat dicintainya sedari kecil.

My Savior My AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang