Kring...
Alarm menjadi pemecah kesunyian di pagi buta. Membangunkan dua insan manusia yang sedari malam bersembunyi di balik selimut. Mata sayu Rere memandangi objek yang pertama kali ia lihat selepas tidur. Laki-laki yang selama ini menjadi incarannya, berada di sampingnya dengan rambut acak. Terlepas dari semua itu, Geo juga menatap lembut manik mata Rere. Mencari pembenaran cinta dari pandangan gadis blesteran tersebut.
"Capek ya sayang?"
Deg
Jantung Rere berdetak tak seirama. Rekaman memori semalam masih tergambar jelas. Perlakuan Geo sangat romantis sampai ia belum bisa melupakan semua, ya semua bagian dari kisah semalam.
Geo menarik sudut bibirnya sambil menaik turunkan alis. "Mau diulang lagi gak?" Tangan Geo menarik badan Rere mendekat.
"Eh aku kebelet nih. Udah gak bisa ditahan soalnya."
Dengan langkah tergesa-gesa, Rere pergi ke toilet. Alhasil Geo memandangi kepergian Rere dengan tawa menggema. Entah kenapa Geo suka sikap malu-malu gadis tersebut ketimbang dulu, yang terkesan berani. Senyum menawan Geo sirna saat bayangan masa lalu itu menguap ke permukaan.
"Maaf. Aku telah membuatmu trauma."
Geo mengambil ponsel di nakas. Terpampang jelas foto seseorang di sana. Air mata itu jatuh tanpa bisa dibendung. Tangan Geo gemetar saat akan menekan ikon sampah. Seperti ada bisikan yang mengatakan "Jangan dihapus" dan benar saja, Geo mengikuti bisikan tersebut.
"Geo." Panggil Rere menyembulkan kepala dari balik pintu toilet. Dia terkesiap dan langsung meletakkan ponsel di nakas.
"Are you okay?"
Hanya anggukan kecil yang dibalas Geo. Rere tak ambil pusing dan ia menampilkan tampang memelas.
"Tolong ambilkan pakaianku, hmm... Geo." Wajah Rere bersemu merah dan hal itu jadi tontonan menarik bagi Geo. Tanpa banyak bicara, Geo berjalan ke lemari pakaian. Mengambil satu persatu pakaian Rere.
"Ini." Ucap Geo singkat masih menatap lekat Rere. Yang ditatap pun kikuk.
"Makasih ya. Byee...."
Pintu ditutup paksa dengan Geo yang mematung di tempat. Dia dapat merasakan perubahan drastis Rere dari yang dulunya cenderung agresif, kini terkesan malu. "Ya sudah lah. Ribet kalau dipikirin terus." Ia menuruni anak tangga untuk mengisi perut.
"Wah udah duluan aja." Girang Rere mengambil posisi duduk di depan Geo. Suapan Geo terhenti sembari menatap jahil Rere.
"Brum brum...mobil mau masuk, ayo dibuka." Kata Geo menyuapkan makanan. Dengan sigap Rere memakannya. Tawa mereka pecah.
"Kamu bisa saja."
Geo mengusap rambut Rere.
"Semangat kerjanya ya."
"Kamu juga semangat kuliahnya. Oh iya, kamu gak perlu lagi kerja sambilan. Aku sudah mengabarkan Harry."
"Tapi, aku ingin menambah pengalaman. Ayolah."
"Dengan kondisimu saat ini? Jangan keras kepala."
Tangan Rere meraba pergelangan tangan Geo secara lambat. Ia bisa merasakan bulu-bulu halus itu meremang.
"Please." Rere tetap saja memohon sedangkan Geo menutup mata.
"Aku tidak akan berubah pikiran."
"Kamu mau apa? Aku bakal nurut kemauan kamu deh."
Geo membuka matanya, mendelik sebal. Ia bangkit dan memutari meja. Diangkatnya tubuh Rere, lalu ia dudukkan di meja.
"Kamu mau nurut? Turuti keinginanku untuk tetap tinggal di rumah. Jangan membantah. Karena aku mau kamu selalu aman. Kesehatanmu lebih penting. Setelah semua ini, aku tidak ingin mendengar celotehan menjengkelkan darimu. Paham?" Ucap Geo lembut tapi penuh penekanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Savior My Affection
Romance✓[REVISI] Aku tahu dia memesona, banyak yang menyukainya. Namun aku hanya sebagian dari orang-orang yang terlalu mengharapkan cinta dari seorang yang telah menolongku... Rere Anastasya "Aku harap semua yang terjadi di antara kita hanyalah kebetulan...