Dengan hati terluka, Rere bersandar di samping mobil. Menghirup napas dalam-dalam lalu menghembuskan nya. Berkali-kali ia menahan sesak namun masih saja terasa berat. Derap kaki seseorang menyadarkan Rere dari lamunan. "Kamu gak apa-apa kan?" Tanya suara maskulin itu. Hanya gelengan kepala diberikan oleh Rere.
"Bagus. Ayo kita pulang."
Sebelum sempat Rere membuka pintu mobil, Geo sudah terlebih dahulu membukanya. Dan Rere mulai curiga, di satu sisi pria ini bersikap manis dan di satu sisi dia dekat dengan gadis lain. Ingin rasanya Rere berteriak saat ini juga. Menyuarakan pada dunia bahwa Geo milikku. Ya hanya milikku seorang.
"Re."
"Ya?" Tepat mereka saling menatap dalam hening. Menyelami rasa lewat sorotan mata. Dan Geo membuka suara. "Kok sejak tadi diam? Gak biasanya."
"Lagi males ngomong."
"Lah kok gitu?"
"Sibuk banget deh."
"Aku suamimu. Wajar kalau aku menanyakan ini." Rere bertopang dagu pada pintu mobil, sekaligus memutar bola mata. Geo heran dengan perubahan yang terjadi pada Rere. Dia bersikap aneh dan Geo semakin penasaran.
"Mungkin aku bisa membantu."
Rere tak bergeming. Pemandangan diluar lebih menarik perhatian ketimbang memandangi Geo. Akhirnya situasi kembali canggung. Kondisi ini berlanjut sampai di rumah. Tak ada yang memulai pembicaraan. Keduanya memilih bungkam.
Rasa penasaran itu masih menguap ke permukaan. Dengan gerakan lambat, Rere membuka ponsel Geo. Rere duduk di pinggiran kasur. Jarinya sibuk menyentuh layar ponsel dengan rasa penasaran tinggi, ia membuka aplikasi chat. Satu nama yang menjadi targetnya sekarang. Caroline.
Caroline : "Maaf jika nanti aku tak bisa menyimpan rahasia mu." Itu pesan terakhir yang dikirim Caroline. Hati Rere semakin panas. Kembali Rere melanjutkan ke atas.
Caroline : "Segera beritahu Rere. Jangan sampai terjadi salah paham."
Me : "Aku takut."
Caroline : "Beritahu sebelum terlambat."
Me : "Akan ku usahakan."
Dan Rere tak kuat melanjutkan. Dibukanya galeri Geo dengan tangan gemetar. Air mata sudah menggenang di pelupuk mata, seolah menahan pilu yang semakin memuncak. Dan pada detik itu, ada rahasia lain yang disembunyikan Geo. Memori kelam itu kembali berputar. Seakan tak puas, Rere memerhatikan video tersebut dengan seksama. Dan benar saja itu dirinya. Namun satu hal yang membuat Rere tidak percaya. Pria bejat itu Geo, suaminya. Dia yang merenggut kehormatan Rere secara paksa. Disaat dirinya pingsan dan Geo memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Rere kira pria asing yang telah menodainya, namun pria itu adalah orang terdekat. Dia yang sekarang jadi bagian hidup Rere. Kelak menemani dirinya sampai tua menjelang. Wajah Rere seketika pucat pasi. Tidak tahu harus mengapa dan bagaimana menyikapi semua ini. Tangan Rere masih gemetar begitupun hatinya yang ikut terguncang hebat.
"Rere?"
Rere menundukkan pandangan, dia masih sulit menerima kenyataan tersebut. Orang yang selama ini dia suka, orang yang selama ini jadi panutan ternyata orang yang meninggalakan luka amat dalam. Hingga dia trauma, yang berkepanjangan.
"Are you okay?"
Pria itu mendekat dengan aura maskulin, masih mengenakan seragam kantor. Dia semakin mendekat, memandang iba Rere. Setelah lama bungkam, Rere bangkit. Menampar Geo. "Kamu kan pria bejat itu?" Wajah Geo tetap datar meski hatinya ikut terguncang. Diamnya Geo menjawab semua pertanyaan Rere. Dengan penuh emosi, Rere mengambil barang-barangnya dan memasukkan ke dalam koper. Geo mulai panik dan ia segera menenangkan Rere.
"Aku mohon. Maafkan aku, aku salah waktu itu." Ungkap Geo mendekap gadis itu. Dia tak akan membiarkan Rere kabur lagi. Sudah cukup kehilangan yang dia rasakan dulu.
"Lepas!"
"Jangan pergi lagi." Teriak Geo mendekap erat Rere. Tak habis pikir, Rere pun menggigit pergelangan tangan Geo. Secepat kilat ia berlari membawa koper. Geo mulai panik, berlari mengejar Rere yang sudah lebih dulu menghilang.
"Maaf, Re." Isak tangis tak terbendung. Geo terus mengejar sampai ke halaman rumah. Dan di sana, Rere sudah naik taksi.
"Tunggu!"
Geo masuk ke mobil, mengemudikan mobil tersebut secara ugal-ugalan. Sudah berapa lampu merah yang dia terobos demi mengejar taksi itu. Sampai-sampai mobil dan motor polisi mengikutinya dari belakang.
"Aku tidak akan membiarkanmu pergi!" Kata Geo lantang memukul setir mobil. Dia tak memedulikan polisi yang mengikuti. Yang ada dipikirannya sekarang yaitu Rere.
Terdengar tembakan dari arah belakang. Mobil mulai oleng, dengan sigap Geo menghindar. Dia terus membawa mobil dalam kecepatan maksimum. Ditambah jalanan tak terlampau padat, membuat Geo leluasa membawa mobil dengan kecepatan maksimum.
"Peringatan kepada mobil bernomor 34**, untuk segera memberhentikan mobilnya." Suara dari belakang semakin memekakkan telinga dan konsentrasi Geo mulai buyar.
Dari arah berlawanan, ada truk yang mengendara dengan kecepatan tinggi. Secepat mungkin Geo membanting stir. Menghindar dari sebuah kecelakaan yang hampir merenggut nyawa.
"Tolong berhenti!" Perintah itu semakin jelas terdengar. Dan Geo pun panik, berusaha menormalkan kecepatannya. Namun mobil tak terkendali.
Brakk
Mobil Geo menabrak pembatas jalan. Bunyi tabrakan amat keras hingga orang-orang berlarian melihatnya. Dan pada saat itu kesadaran Geo berkurang. Semua terasa kelam ketika banyak orang berdatangan.
"Mohon beri jalan." Perintah polisi. Semua orang menyingkir. Hampir saja mobil masuk ke jurang, tinggal sedikit lagi. Mungkin Allah masih memberi kesempatan untuk tetap hidup.
Geo dibawa ke dalam ambulans dengan balutan darah serta luka di sekujur tubuh. Kondisi Geo saat ini terbilang parah karena kepalanya terbentur hebat. Setelah kepergian ambulans, masih berkumpul sekumpulan masyarakat yang penasaran bagaimana kejadian tadi berlangsung sekejap mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Savior My Affection
Romance✓[REVISI] Aku tahu dia memesona, banyak yang menyukainya. Namun aku hanya sebagian dari orang-orang yang terlalu mengharapkan cinta dari seorang yang telah menolongku... Rere Anastasya "Aku harap semua yang terjadi di antara kita hanyalah kebetulan...