BAB 28 : Semua Jadi Rumit

812 56 2
                                    

Andai saja aku memiliki akhir kisah indah. Andai aku memiliki perjalanan hidup yang simpel. Dan andai aku bisa menikah dengan orang yang kucintai. Aku tak akan berandai-andai seperti ini

-RA-

Rere memutuskan untuk memberikan surat tersebut kepada Geo di malam hari. Jujur saja ia cemas jika ditempatkan pada posisi ini lagi. Tak ingin kejadian dahulu yang sempat membuatnya trauma akibat di sandra dalam ruangan yang gelap. (Baca lagi di episode 14 tragedi berdarah).

Dengan keteguhan hati yang kuat, iya menuruni anak tangga. pandangannya seolah buram karena pusing kian mendera. Tepat di depan televisi duduklah Geo dengan posisi santai. kedua tangan berisi kertas itu ia sembunyikan di balik badan-masih ragu untuk menceritakan semua ini.

"Oh kok sudah datang. Ayu duduk di sini." Langkah Rere gemetar.

Geo mengusap rambut dengan jemari nya terlihat bingung akan kondisi aneh yang menyergap Rere. "Kok wajahnya pucat gitu? Why?"

Entah kenapa Geo bisa membaca pikiran rere yang hendak memberikan sesuatu di balik badannya. Tanpa perlu persetujuan ya mengambil paksa barang tersebut. Setelah itu membuka dan membacanya. Susah payah hariri menelan saliva.

"Jadi dia berani mengancam mu? Hmm.. aku akan membuat perhitungan."

"Jangan paman aku mohon."

"Lalu membiarkan dia melakukan tindak kriminal ini?" Tatap Geo nyalang. Dia seperti memikirkan sesuatu. Duduk kembali dan mengetukkan jemari ke meja. Dituangkannya air mineral ke gelas. "Minum dulu." Gadis itu menuruti.

"Mulai besok aku akan mengirimkan bodyguard ke kamu. jangan ada penolakan ini semua demi kebaikanmu."

"Kita bersama oke paman."

"Aku laki-laki. Tidak membutuhkan hal itu."

"Tapi kau juga dalam bahaya."

"Dia pikir siapa dirinya? Aku bisa menghancurkan pamornya sebagai politikus ternama di Australia. Kau ingat saat dia bertindak layaknya wanita murahan. Aku mengambil video."

"Kamu yang terbaik paman." Sontak Rere memeluk Geo. Mereka saling menyalurkan kehangatan tak terlebih Geo yang berulang kali membelai ujung kepala Rere, sesekali dikecupnya.

"Ahh iya, aku lupa ada tugas kardiovaskuler dari Dr. Carlos. Aku ke kamar dulu ya paman. Byee.."

Geo menggelengkan kepala. Ia tahu sifat pelupa itu tak akan hilang darinya meski sudah mengingat materi kedokteran sebanyak itu. Tapi dia tetaplah sama, Rere yang tak kan pernah menghilangkan sifat pelupanya.

"Jadi yang ini gimana ya. Ih kok susah banget soalnya." Ponsel yang sedari tadi di atas meja sudah di tangan Rere.

Me : Udah siap tugas lo blom?

Send. 3 detik, notifikasi bunyi.

Salsa : nih lagi ngerjain.

Me : fotoin nomor 11 dong 🥺

Salsa : bentar ni lagi ambil nafas.

Me : i'm waiting for you.

Salsa : iya iya. Otw mau foto.

Me : cepetan.

Salsa : eh ternyata gue masih nomor 5.

Me : f*ck you

Salsa : Santai neng.

"Awas aja, besok gue masukin tuh kepala dalam kuali." Dan Rere kembali mengerjakan tugas. Buku-buku tebal tergeletak di mana-mana. Tumpukan buku itu tak ayal membuat keningnya berkerut. Pemandangan langit malam seolah mencuri perhatiannya. Bintang bertabur indah di atas sana dan tak lupa rembulan menggantung manja di balik gelapnya langit. Pikirannya berkelana melindungi setiap hal yang terjadi dalam hidup ini.

My Savior My AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang