BAB 33 : Pertunangan

1K 54 9
                                    

Bonus nih. Author sedang berbaik hati, jadi aku bikin ceritanya lebih panjang. Tolong budayakan vote ya. Hargai setiap karya penulis dengan memberi vote terlebih dahulu:) have a good day

Alat itu terus berbunyi walau Rere belum
bangun. Dia yang terus memberi tahu apakah Rere masih hidup atau tidak. Geo sudah frustasi dibuatnya. Dia tak dapat lagi berpikir jernih.

"Bos, banyak investor pergi. Mereka enggan menanamkan saham di perusahaan kita." Pekik Steven dari ambang pintu. Geo kaget dan berjalan ke arah sahabatnya.

"Baiklah aku akan menemui mereka." Jawab Geo jutek. Terkesan datar dengan mimik wajah kesal. Dia yakin wajahnya sekarang seperti naga.

"Aku akan mengantarmu ke sana. Dia belum bangun juga?"

"Belum." Balas Geo sekenannya. Ia tak benar-benar ingin bicara saat ini. Yang dia inginkan hanya satu, menuntaskan segala masalah.

"Aku berharap dia segera bangun dari tidur panjang."

🦄🦄🦄

Para karyawan di perusahaan menundukkan kepala saat Geo datang. Dia melakukan penerbangan ke Indonesia tanpa memberitahu siapa pun. Steven sudah mengingatkan berulang kali agar Geo mempercayakan seseorang untuk menjaga Rere, tapi belum ia lakukan sampai sekarang. Ruang kerja sangat berantakan bagai kapal pecah. Steven sadar akan perubahan raut wajah sahabatnya. Ia lekas membersihkan ruangan.

"Sebaiknya lo telfon teman Rere atau siapa gitu yang bisa memantau dia."

"Gue susah percaya sama orang."

"Terus Rere dibiarin sendiri gitu aja?"

Pikiran buruk mulai membayang, Geo tak dapat memikirkan jika Rere pergi. Ia pun menelpon Salsa dan menyampaikan maksud.

"Kamu bisa kan temenin Rere di rumah sakit? Kalau nanti capek, ganti-gantian aja sama Raka dan Caroline." Dengan berat hati Geo membiarkan musuh terbesarnya merawat Rere.

"Hmm...gak papa nih om kalau Raka yang jagain Rere?" Tanya Salsa memastikan.

Geo menghela napas sejenak. Menimbang-nimbang sesuatu dan akhirnya memutuskan.

"Gak papa. Asal jangan lukai Rere."

"Baiklah. Sampai jumpa om." Salsa menyudahi telpon.

Ruangan kembali bersih. Geo dapat bernapas lega setelah pemandangan di sini terlihat menarik karena ada tambahan lampu serta tumbuhan sintetik.

"Sebentar lagi klien datang. Bersiap-siaplah." Ujar Steven, berlalu ke ruang sebelah. Geo sebenarnya tak dapat berpikir jernih. Pikirannya masih tertuju ke Rere. Tak tega meninggalkan gadis itu sendirian di ruangan bersuhu rendah. Gadis itu suka kehangatan hingga tiap malam dia habiskan bergelung dalam selimut. Terkadang dia juga menyandar di dada bidang Geo untuk mencari kehangatan.

"Maaf, tapi gue ingetin sekali lagi. Mereka udah di ruang rapat. Sadar woi!" Steven menjentikkan jari tepat di depan wajah Geo. Ia tersadar dan merapikan map untuk di bawa ke ruang rapat.

Ternyata benar ruang rapat sudah ramai. Semua pasang mata tertuju ke Geo yang dengan santainya memasuki ruangan. Steven hanya tersenyum kikuk ke orang-orang yang sudah lama menanti.

"Maaf atas keterlambatan saya. Baiklah seperti yang kita ketahui selama sebulan ini saya ada di Amerika. Jadi tidak bisa mengurus perusahaan ini dari jarak jauh. Untuk itu saya akan menyelesaikan semuanya sekarang." Geo menjelaskan secara rinci bagaimana visi dan misi perusahaan serta usaha untuk menaikkan harga jual produk di pasaran. Perusahaan Geo bergerak di bidang industri. Sebelumnya Geo tidak fokus ke masing-masing anggota. Sekarang dia menyadari ayah tirinya duduk di deret tengah sambil bertopang dagu serta menatap layaknya memandang rendah. Pria itu tak terima, ia berusaha melontarkan kata-kata yang dapat menarik minat para investor dan menjanjikan keuntungan berlimpah. Steven takut dengan janji-janji tersebut. Dia tak yakin bosnya bisa menepati semua janji itu.

My Savior My AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang