BAB 53 : Sadar

393 32 2
                                    

Dua Minggu sudah Geo dirawat dan kondisinya mulai membaik. Cidera di bagian kepala tak terlalu parah, hanya banyak lecet di bagian tangan. Dokter mengatakan tak lama lagi Geo akan siuman dan hal itu jadi kabar baik bagi teman-teman Geo serta keluarganya tak terkecuali Rere yang menunggu kabar dari jauh. Rere selalu berdoa untuk kesembuhan Geo. Dan ia tak sabar menunggu Geo siuman.

"Dimana Rere? Seharusnya dia menjenguk Geo." Ibu Geo mondar-mandir di depan ruang inap. Sedari tadi ia berceloteh panjang lebar tentang Rere. Meski Salsa dan Caroline memberitahu yang sebenarnya, tetap saja ia tidak percaya. Chatlen masih berpikir Rere hamil anak pria lain.

"Apa sih maunya? Udah syukur Geo terima dia. Kalau gak udah jadi gelandangan tuh orang."

Callista baru saja balik dari kantin dan ia mendengar perkataan Chatlen barusan.

"Sttt... Ga boleh kayak gitu, Tante."

"Gimana gak kayak gitu. Emang kenyataannya. Aku gak percaya Geo bisa se bejat itu." Callista mendekatinya dan berusaha menenangkan Chatlen.

"Jangan pikirkan yang lain dulu. Sekarang fokus ke kesehatan Geo. Kita gak tahu bagaimana kelanjutannya. Jadi yang jelas sekarang kita harus perbanyak berdoa."

"Andai kamu jadi menantuku. Aku akan sangat senang." Kata Chatlen sambil memeluk erat tubuh Callista. Sedangkan yang dipeluk terlihat canggung.

Geo baru saja dari rumah sakit. Setelah bertemu Harry dan Callista, ia berniat pulang karena tidak ingin mengganggu Rere. Sejujurnya, Geo ingin bertemu tapi dia sadar diri. Bukan sekarang waktu yang  tepat. Sebelum pergi, Harry memberikan alat peretas suara. Entah apa maksudnya dan Geo heran karena pria itu tersenyum misterius.

Di dalam mobil, Geo mencoba alat tersebut. Didekatkan nya alat itu ke telinga dan terdengar suara perempuan.

"Kok pusing ya?" Geo tahu betul siapa pemilik suara itu. Perasaan tak enak bergelayut di hatinya. Kata-kata selanjutnya membuat Geo panas. Ada suara lelaki di sana.

"Mau kemana nona? Biar saya bantu." Nada bicara pria itu sengaja dibuat-buat. Emosi Geo semakin diaduk dengan kelanjutan ucapan pria tadi. "Tidak usah malu. Kau hanya perlu rileks nona." Tanpa basa-basi lagi, Geo mempercepat laju mobil. Dia semakin cemas. Geo berusaha menelusuri jalan sepi mencari letak posisi GPS Rere.

Posisi Rere sekarang ada di sebuah hotel. Geo merasa was-was. Ia membuka pintu mobil setelah sampai di kawasan sepi. Geo menerima panggilan sambil berjalan cepat mencari keberadaan Rere.

"Ada apa!"

"Hei kenapa lo?"

"Nanti gue susul lo."

"Gak usah bentak juga..." Sambungan terputus. Geo kembali berlari kencang. Melihat dimana posisi Rere. Gadis itu ada di lantai 7.

Geo memasuki pintu lift dan ia semakin ketakutan sesuatu yang buruk menimpa Rere. Kotak besi itu membawanya ke lantai 7. Saat pintu lift terbuka, seorang petugas hotel berdiri di depannya. Geo keluar dari lift.

"Maaf menggangu, apakah anda melihat seorang pria..hmm, menggendong seorang wanita muda?"

"Wanitanya berambut pirang kan. Dia baru saja masuk, di sana." Belum sempat Geo mengucapkan terimakasih, dia sudah meninggalkan pria itu. Petugas hotel hanya mengerutkan dahi bingung dan kembali bertugas.

Geo mengejar lelaki itu sebelum sempat menutup pintu.

Brak!

Geo mendobrak pintu kamar hotek hingga terbuka. Dengan cepat ia menutup pintu kamar agar pertengkaran mereka tak diketahui banyak orang. Geo menatap Rere yang ada di atas tempat tidur.

Geo menatap tajam pria itu dan tanpa diduga sudah terlebih dahulu memberikan pukulan. Geo tersungkur di lantai. Kemudian bangkit lagi.

Geo meninju pria itu sampai ia tersungkur. Geo mengambil kesempatan dengan mencengkram kerah baju pria itu. Geo menatap nyalang.

"Apa yang kamu lakukan hah!"

"Siapa kamu dan apa masalahmu!"

"Aku suaminya. Beraninya kau berniat menyentuhnya."

Bug!

Tinju kembali dilayangkan. Wajah pria itu habis babak belur setelah dipukul berkali-kali oleh Geo yang notabennya memiliki tubuh kekar dan berotot. Karena sudah kalah telak, ia mundur secara teratur meninggalkan Geo dan Rere. Geo mendorong kasar pria itu keluar.

"Pergi dari sini atau aku akan melaporkanmu ke kantor polisi!"

Geo menutup pintunya dengan bantingan kasar. Napas Geo tersengal-sengal sambil bersandar di belakang pintu. Hampir saja pria tadi memperkosa Rere.

Geo menatap Rere yang masih tak sadarkan diri. Bermenit-menit telah berlalu. Segala macam bentuk pemikiran dan perang batin memenuhi isi hatinya.

Sebuah keputusan yang besar.  Rasa takut dan bersalah bercampur. Tapi ia tidak bisa mengelak begitu pria tadi meletakkan Rere secara asal di tempat tidur. Ada sebuah godaan yang sangat sulit untuk dipendam.

Geo mengusap wajahnya kasar. Pandangannya begitu lemah jika dihadapkan masalah ini. Gairah terpendam yang sudah seharusnya dia salurkan diusianya yang siap menikah pun tertunda karena Rere yang semakin menjauh. Gadis itu sukses mengombang-ambing hatinya. 

Dengan ragu Geo mendekati Rere. Sebuah bisikan syaitan untuk menuruti hawa nafsunya membuat ia tak terkendali. Tanpa ragu dan secepat itu, Geo menyentuh Rere dalam kondisi tak sadarkan diri. Merenggut kehormatannya yang masih suci dan menjadikan Rere miliknya seutuhnya.

Rasa penyesalan itu semakin besar ketika memandangi wajah damai Rere di bawahnya. Gadis polos yang dulunya dia rawat saat kedua orang tuanya meninggal. Terekam jelas dalam ingatannya saat gadis itu ketakutan dalam gelap. Meringkuk di sudut ruangan sambil terisak.

Dan dia adalah pria pengecut yang meninggalkan Rere setelah menodainya. Geo berusaha untuk tenang dengan mengerjakan beberapa tugas kantor yang belum terselesaikan. 

Bayang-bayang wajah terpukul Rere setelah sadar nanti menghantuinya. Tiba-tiba tubuh Geo melemas. Hatinya tersayat. Ia sudah menghancurkan masa depan gadis yang dicintainya. 

Dengan ragu, Geo membuka ponsel pria tadi yang sempat tertinggal. Pria itu berniat merekam perbuatannya. Geo baru tahu video itu sebelum dia pergi dari kamar hotel. Tangannya menekan ikon berbagi. Video itu dikirim ke hpnya. Di satu sisi Geo senang karena ia telah menjadikan Rere miliknya namun di satu sisi dia merasa bersalah karena telah merenggut paksa kehormatannya. Geo menutup ponsel tersebut dan kembali menatap layar laptop dengan rasa yang bercampur aduk. Geo mengusap kasar rambutnya.

"Aku akan bertanggung jawab suatu hari nanti."

"Rere."

Sahut Geo nyaris tercekat. Deru napas Geo tak beraturan. Ia terbangun setelah lama koma. Chatlen dan Callista kaget bukan main, mereka berteriak memanggil dokter.

My Savior My AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang