BAB 22 : Meet You

1.1K 71 6
                                    

"Jawab!" Bentak Paul sambil mendekat. Rere terus mundur sampai tubuhnya membentur dinding. Kondisi mencekam tatkala tangan Paul merengsek ke dinding. Badan Rere terkurung sempurna dalam perangkap Paul.

"Pantas saja dia sangat posesif padamu." Senyum jahil tercetak di bibir merah Paul. Dia menatap lekat Rere yang sekarang membisu, Paul terus mendekat. Lelaki itu membisikan sesuatu, "Geo itu selalu mengingatkan agar menjagamu baik-baik. Tidak boleh ini dan itu, dan dia mempercayaiku. Tapi sepertinya dia salah orang." Senyum smirk ia tunjukkan tatkala Rere bergerak gelisah.

"Aku mohon menjauhlah. Kau orang kepercayaan Geo. Tapi kau berlaku kasar padaku. Begini cara mu bertanggung jawab? Menjaga amanah? Cih."

Tinggal 2 senti lagi Paul hendak mencium Rere. "Lepas!" Rere tak dapat melawan, tubuh pria ini lebih besar dan kuat.

Cup

Dengan sekali gigitan, bibir Rere terbuka. Paul dapat mengekspos setiap inci rongga mulut Rere.

"Hmphh..." tangis tak terbendung lagi.

Bukk

Paul ambruk. Dia pingsan begitu saja karena sebuah pukulan yang mengenai bagian kepala belakangnya.

Dia mengelus kepala Rere. "Hentikan!"

"Tenanglah kau aman bersamaku." Rere mendongakkan kepalanya, "Paman Geo." Pelukan itu semakin erat, mereka saling menumpahkan rindu.

"Aku hiks...aku, ta hiks kut...jangan pergi hiks,, lagi." Rere menenggelamkan kepalanya pada dada bidang Geo, tubuh yang selama ini memberikan kenyamanan itu mampu membuat Rere terlelap. Tatapan sendu itu menyulutkan amarah Geo, ia bangkit dan menarik kerah baju Paul.

"Lo tidak bisa menjalankan amanah. Lo bilang mau menjaganya, tapi lo malah perlakukan dia seperti ini. Gue percaya sama lo. Tapi lo rusak kepercayaan itu. Dia cuman anak kecil."

"Bacot! Kalau dia bocah kenapa lo suka? Dia cantik, gue suka. Simpel kan? Bukannya lo juga suka dia. Dan lagi, lo udah tinggal se rumah dengannya. Gue gak yakin kalau dia masih perawan. Dia sama saja dengan..." Bogeman tepat mengenai pipi Paul, darah bercucuran dari sudut bibir.

"Cukup. Lo gak perlu bicara lagi. Sekarang keluar atau gue antar ke polisi?" Paul melongo untuk beberapa detik. "Lo lepas gue gitu aja?" Cicit Paul mengiringi langkah Geo ke pintu.

"Cepat pergi atau gue berubah pikiran?" Dengan langkah tergopoh-gopoh, dia meninggalkan ruangan tersebut.

"Sekarang kau aman, baby." Senyum tipis menghiasi wajah putih Geo, semakin hari pria itu semakin tampan dengan bulu halus yang mulai tumbuh pada bagian dagu dan atas bibir. Sekali lagi, Rere berlari ke Geo dan memeluknya.

"Manja banget, berasa punya pacar deh." Ujar Geo tertawa renyah.

"Iss... Halu bener paman. Ngebet nikah ya?" Cemberut Rere sambil mengerucutkan bibir.

Geo terdiam. Teringat akan perjodohannya dengan wanita pilihan sang ibu. Geo tahu wanita itu kurang baik.

"Kok ngelamun sih paman? Ihh...ntar kesurupan loh."

"Hahaha gak ada. Mau makan dulu? Biar aku buatkan." Gadis itu memgangguk antusias, dia lari jingkrak-jingkrak ke dapur diikuti Geo yang menaikkan sebelah alis "Ini anak seneng banget kek gak ada beban setelah melalui hari yang menegangkan." Batin Geo.

Rere mengambil telur, kaldu ayam, cabe, seledri bawang perai dan garam. Sedangkan Geo menyediakan alat-alat. Geo memisahkan putih dan kuning telur, lalu mengocok telur dengan coil whisk (alat pengaduk). Terus masukin kaldu ayam, irisan seledri bawang perai, cabe, dan garam secukupnya.

My Savior My AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang