Aku berjalan menelusuri tanah yang sekarang sudah mulai ditutupi salju. Aku berjalan cukup jauh, dengan boots merah tinggiku yang kupakai sejak aku berada di Kota.
Ini juga Kota, tentu saja. Tapi jauh lebih jauh, lebih damai, lebih dingin. Aku mengeratkan syal hitamku, merasa udara Hari ini lebih dingin dari hari-hari kemarin.
Tak Lupa koper besarku yang berwarna cokelat tua dengan sisi-sisinya yang sudah mulai rangsek karena seeing kupakai bepergian.
Desa ini sepi, semakin sepi karena kini musim dingin, tidak banyak aktivitas yang bisa dilakukan disini. Hanya berkumpul dengan tetangga mungkin menjadi satu-satunya Hal yang bisa dikerjakan.
Aku membuka pintu tua yang mulai berderak jika dibuka, bahkan rumah ini tidak pernah ia kunci, namun tidak Ada satupun yang berubah. Aku mulai menyetel penghangat ruangan, Dan mulai memasak air panas untukku.
Aku duduk dikursi reyot yang tidak pernah aku ganti. Ibu bilang ini Kursi Mahal, tidak mungkin akan reyot. Aku tersenyum ketika mengingatnya.
Mataku teralih pada sebuah foto besar didekat akuarium yang kosong itu. Itu foto keluargaku! Ketika masih lengkap tentu saja. Semuanya tersenyum! Ya kecuali wanita yang duduk ditengah sana! Kentara sekali ia membenci saat-saat sewaktu diphoto.
Ya! Wanita kecil yang duduk ditengah dan nampak tidak ramah itu adalah aku, aku sewaktu berumur 10 tahun. Saat itu Ibu menyuruhku memakai gaun warna merah muda dengan rambut yang dikepang dua dan sepatu kaca khas untuk anak-anak.
Kalau mengingat lagi Hari itu lucu rasanya, aku tidak mau Mandi Dan tidak mau diphoto karena aku ingin main berlama-lama dengan sahabatku yang sebentar lagi akan pergi ke luar negeri.
Oh iya! Air panasku sudah mendidih, meminum segelas air hangat merupakan suatu kenikmatan ditengah cuaca yang sangat buruk. Aku meneguk segelas penuh langsung air itu.
Setelah itu aku mulai merangkak Naik ke ranjang lamaku, terlalu lelah untuk sekedar beres-beres atau Mandi sekalipun. Dikarenakan Hari yang mulai malam, aku putuskan untuk tidur dan tidak memikirkan Hari esok.
***
"Tuk...tuk...tuk..." Suara pintu menggedor. Aku lirik jam diponselku, sudah jam 9 pagi ternyata.
Aku beranjak dari kasurku, menuju pintuku yang terus-menerus bersuara. Kubuka pintu yang berderak itu, seorang wanita seumuran denganku tersenyum hangat kepadaku.
"Hey! Irene...!" Ia menampakan Gigi depannya yang kecil.
Aku yang belum sepenuhnya terbangun, melongo sebentar sebelum Sadar bahwa wanita itu sahabat kecilnya.
Aku balas dengan senyum lebar, melihat Jennie membuatku semakin berada bahwa aku sedang di kampung halamanku.
Jennie meringsek memelukku erat, aku hampir kehabisan napas sebenarnya belum lagi otakku belum sampai untuk mulai bekerja.
***
Jennie sekarang tengah duduk di sofa reyotku, menungguku membuatkannya air panas. Jennie memberenggut lucu.
"Kenapa sih Kau tidak bilang akan pulang kesini?" Jennie menuntut jawaban.
Aku tersenyum kearahnya sambil membawa dua cangkir air hangat.
"Tidak ada bandingannya, dengan Kau yang menikah Dan tidak mengundangku..." Aku berbalik kesal menatap tajam Jennie.Wanita itu terkekeh sampai mata kucingnya tertutup.
"Aku bukannya tidak mau memberitahumu, acaranya begitu mendadak sehingga aku tidak sempat memberitahumu siapapun, hanya keluargaku Dan keluarga dia yang hadir..."Sulit dipercaya memang, seorang Kim Jennie yang sangat menyukai keramaian Dan pesta mengadakan acara sedehana.
"Ya sudahlah, tapi Kau belum memperkenalkan suamimu kepadaku..." Aku berbicara setelah menyeruput air hangatku.
Jennie menyengir kearahku, ia membinarkan matanya, aku sampai silau terhadapnya.
"Ayo...ayo... Aku kenalkan Kau pada pujaan hatiku..." Ucap Jennie sembari mengapalkan tinjunya Dan memukulnya pelan pada dadanya.Aku melongo, antara kaget Dan jijik. Yah, Jennie memang seperti itu.
"Kau yakin Kau sedang sehat?" Tanyaku sembari mengulurkan tanganku pada kening wanita itu.Jennie mengangguk semangat.
"Aku hanya mabuk cinta, hehe..." Ia kembali terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jelaga Yang Payah
FanfictionAku pulang, kembali kerumah tua yang reyot itu. Aku pulang, kembali ke desa yang menjadi pusat memoarku. Aku pulang, kembali pada kenanganku dulu. Aku pulang, kembali lagi jadi wanita penuh rasa ragu. Aku pulang, memulai Hal yang baru. Tapi aku data...