8. Bos Selalu Benar

305 46 6
                                    

Perkataan Jennie tentang Hanbin yang tengah di kantornya terus menerus mengiang dikepalaku. Hanbin kemana? Karena sampai aku pulang pukul sembilan malam pun pria itu tidak terlihat kehadirannya.

Aku buru-buru menggelengkan kepalaku keras. Itu adalah urusan pribadi Hanbin Dan Jennie, Dan sebaiknya aku tidak ikut campur didalamnya. Ya! Melelapkan kepalaku kurasa lebih baik, jadi aku buru-buru tidur agar pikiranku tidak kacau.

***

Kafe pukul tujuh pagi sangat sepi, aku baru datang. Setelah Sebelumnya Bosku juga datang, pria penjaga kasir belum datang, memang sih jam kerja dimulai dari pukul setengah delapan pagi.

Aku telah mengganti pakaianku dengan baju serba putih ala chef. Bosku datang menghampiriku yang kelihatan kebingungan didapur.

"Kau pernah membuat red velvet?" Tanya pria itu hampir mengangetkanku.

Aku mengangguk.

"Coba buat...!" Ucapnya sangat amat dingin. Aku menatapnya sekali lagi, untuk memastikan.

Aku mulai membuat red velvet cake seperti yang diperintahkan pria itu. Aku tahu Ia memerhatikanku dalam-dalam meski aku membelakanginya. Sialan, aku jadi gugup.

Pria penjaga kasir sepertinya baru datang, terdengar dari grasak-grusuk didepan. Aku tetap fokus membuat kueku.

"Telat hmm?" Samar-samar terdengar suara Bos yang dingin.

Pria penjaga kasir atau Chanyeol itu pasti kaget Dan takut.
"Maafkan saya Bos, ban bus nya bocor jadi saya harus menunggu bus selanjutnya" suara Chanyeol terdengar lemah.

"Kau tahu ini ketiga kalinya membuat alasan yang sama... Kau pikir aku sebodoh itu?" Suaranya berat Dan menakutkan, sungguh aku tidak bisa membayangkan jika aku diposisi Chanyeol.

Chanyeol kupastikan sedang menunduk lesu, walau pria itu bertubuh jauh lebih besar Dan tinggi dari Mino, tapi sudah kubayangkan hanya dengan suara maut menyeramkan Mino membuat Chanyeol tunduk.

Aku melanjutkan membuat red velvetku. Mencicipi adonan mentahnya sedikit untuk memastikan tidak ada rasa yang kurang ataupun kelebihan.

100, aku beri point 100 untuk red velvet ku, entahlah sepertinya ada Ikatan tertentu antara aku Dan red velvet hingga rasanya begitu sempurna.

Aku melanjutkannya ke panggangan tua yang kemarin kupakai. Ayolah, zaman sekarang sudah banyak panggangan yang lebih canggih, tapi kenapa pria itu masih memelihara panggangan tua sialan ini?

Setelah beberapa saat Dan red velvetku matang, aku mengangkat ya hendak menyimpannya di etalase kaca depan. Aku melihat Chanyeol yang tengah merapikan meja kasir.

"Menyeramkan sekali kan?" Tanyanya sambil mengelap audit meja.

Aku menutup etalase kaca itu.
"Memangnya dia selalu seperti itu ya?" Tanyaku penasaran.

Chanyeol mengangguk cepat. Ia menumpukan sikutnya pada meja kasir itu.
"Kau tahu... Mana mungkin aku bohong kalau tahu sifat bosku seperti beruang kutub begitu?"

Aku terkekeh dengan ejekan Chanyeol merasa 100% setuju dengan julukan beruang kutub yang dingin itu.

"Kau jangan tertawa... Kau belum merasakannya saja saat ditatap seperti ini..." Ucap Chanyeol sambil menyipitkan matanya dengan tegas mirip sekali dengan Mino.

"Apakah ini waktunya untuk mengobrol?" Suara menyeramkan itu!

Aku Dan Chanyeol buru-buru berbalik menuju arah suara. Tiba-tiba melihat mata bos yang terpaku kearah kami berdua membuat jantungku hampir jatuh.

"A...a...aku harus merapikan tanaman di depan pintu..." Ucap Chanyeol dengan semprotan berisi air Dan lap yang ia pegang. Sialan Chanyeol! Ia pergi kedepan pintu Dan meninggalkanku dengan beruang kutub menyebalkan itu.

"Kenapa ini sudah dipajang?" Tanya Mino dingin sembari telunjuknya menunjuk pada red velvet buatanku.

Aku kikuk.
"Karena sudah jadi..." Bodoh! Aku tahu jawabanku bodoh sekali.

Mino mengambil kembali red velvet yang sudah dipajang itu. Memotongnya dengan pisau kue yang disimpan di laci etalase.

Ia mencomotnya dengan tangan kanannya. Memakannya. Aku menunggunya, sambil menelan banyak-banyak ludahku.

"Tidaklah Kau lihat ini belum matang? Kau mau membunuh para pengunjung?" Ia menatap tajam kepadaku.

Aku sampai tersentak. Tapi aku tidak bisa bicara apa-apa jika didepannya. Sangat aneh.

"Cepat buat lagi, Dan yang kemarin buat juga itu..." Ia memerintahku Tanpa melihat kearahku, ia langsung kembali lagi ke ruangan menyeramkannya diatas.

Chanyeol buru-buru menghampiriku, ia membelalak kepadaku.
"Memang kuenya belum matang ya?" Tanya jangkung itu.

Aku memelas sambil menaikkan bahuku.
"Cobalah, apa menurutmu belum matang juga?"

Chanyeol langsung memakan kue sisa comotan Mino, aku menunggu Chanyeol sampai menelannya.

"Ini enak kok, sempurna... Bagaimana Kau bisa membuat kue seenak ini?" Chanyeol berucap terlihat bersungguh-sungguh.

"Iyakan? Mana ada aku mengangkatnya jika belum matang? Memangnya aku amatir apa?" Ucapku sebal.

Chanyeol mengelus-elus pundakku.
"Yaah, Kau tahu peraturan nomor satu?"

Aku menggeleng pelan.

"Bos selalu benar...!"

Jelaga Yang PayahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang