6. Hari yang Gila

312 51 10
                                    

"Kau pernah bekerja di Seoul Hotel?" Ia bertanya dengan dingin padaku.

Aku mengangguk.
"Iya, Pak..."

Matanya berubah beralih kepadaku, menatapku dengan intens, membuatku sedikit terintimidasi.
"Kenapa keluar?"

Aku terlamun sebentar, kenapa itu jadi urusannya? Atau memang seperti ini rasanya melamar pekerjaan?

Aku baru pertama Kali melamar pekerjaan, jika Kau bertanya bagaimana aku bisa diterima di hotel sebesar Dan sekeren Seoul Hotel, ahhh... Tidak itu akan panjang.

"Aku merasa kurang cocok bekerja disana..." Ucapku setelah berpikir agak lama.

Ia menaikan sebelah alisnya membuatnya tampak menyeramkan dengan cara yang lucu.
"Apakah Kau orang yang selalu pilih-pilih pekerjaan?"

Oh tidak, melamar kerja tidak semudah yang aku Kira!
"Eeuuhhmm... Tentu saja tidak..."

Ia kembali menatapku.
"Di depan tertulis aku membutuhkan patissier, tapi pekerjaanmu Sebelumnya di makanan utama kan? Apa Kau yakin Kau bisa membuat kue?"

Wahh... Harga diriku sebagai Bae Irene, wanita dengan nilai paling tinggi di Le Cordon Bleu Korea Selatan, Dan apa dia tidak melihat jurusanku diploma di bidang patissier?
"Seperti yang tertera di riwayat pendidikan, saya mengambil jurusan Diploma de Patissier pak, tentu saja saya bisa membuat kue"

Ia menopang dagunya, mengangguk-angguk tidak jelas.
"Bagaimana kalau Kita test dulu kemampuan membuat kuemu itu?" Ia berkata seolah aku pasti akan setuju saja.

"Test apa pak?" Tanyaku bodoh.

"Tentu saja test membuat kue, biarkan aku kue sedehana, menarik, tapi enak..." Ia memerintah seolah aku sudah jadi pegawainya saja!

Aku masih diam duduk ditempat tadi. Ia menatapku heran dengan cara yang menyebalkan.
"Cepatlah! Kau bisa menggunakan dapur dibawah, untuk pertanyaan lebih lanjut, tanyakan pada pria yang tadi membawamu kesini..."

Aku kikuk, dengan bingung aku pergi meninggalkan ruangan pria menyebalkan bernama Mino sialan itu.

Aku menuruni tangga yang aku lewati tadi, menghampiri Pria yang tadi membantuku.
"Maaf boleh aku tahu dimana dapurnya?"

Ia menoleh kepadaku.
"Pasti Kau sedang ditest ya? Kau bisa menggunakan dapur disebelah Sana, bahan-bahan semuanya ada di kulkas sebelah sana, kalau Kau tidak menemukan bahan yang Kau perlu, itu berarti Kau tidak bisa mendapatkannya..."

Aku mengerjap bingung dihadapan pria yang tadi sudah menunjukan letak-letak dapurnya.

"Bos memang seperti itu, Kau tahu sudah ada 10 pelamar untuk posisi ini, tapi belum ada yang masuk juga..." Pria itu melanjutkan dengan raut yang kecewa.

Aku kemudian menunduk sopan kepada pria itu Dan hendak berlalu.

"Semangat...!" Teriak pria itu tiba-tiba, aku menoleh kearah suara Dan melihat pria itu senyum kembali dengan lesung pipi dalamnya.

***

Aku melangkah menuju tempat yang pria tadi tunjuk, melihat-luhat dulu sebentar dengan keadaan dapurnya.
Sialan! Mana bisa aku membuat kue dengan bahan yang sangat seadanya Dan panggangan yang sangat usang?

Keadaanya jauh berbeda dengan tempat kerjaku dulu, yah... Seharusnya tidak untuk dibanding-bandingkan sih.

***

Sudah 25 menit adonan sederhana yang aku buat berada dipanggangan, kue yang sangat amat sederhana.

Kuangkat dari panggangan, Kutuangkan perasan jeruk lemon diatasnya.

Aku menghela napas sebentar, mengangkat kue itu Dan hendak menuju lantai atas dimana Bos Mino berada.

Saat aku akan menaiki anak tangga itu, pria penjaga kasir itu memanggilku.
"Heeyy...!"

Aku menoleh ke arah suara. Mendapati ia tengah tersenyum kepadaku. Aku tersenyum balik kepadanya.

"Wanginya enak sekali, aku yakin Kali ini pasti bos akan menerimamu..." Ucapnya menyemangati.

Aku hanya tersenyum kearahnya Dan melanjutkan perjalananku menuju tempat menyeramkan tadi.

Aku ketuk pintu berwarna cokelat itu Dan terdengar didalamnya.
"Masuukk...!"

Aku masuk kedalam ruangan yang tadi hampir menyerap seluruh jiwaku. Meletakan kueku diatas meja aneh didepan pria itu.

"Apaan ini?!" Ucapnya dengan nada merendahkan. Aku mengangkat sebelah alisku.

"Lemon drizzle cake..." Jawabku pelan, kurasa jiwaku kalah duluan jika bicara dengannya.

Ia menyendok kueku dengan sendok besar yang aku bawa. Menyuapkannya hanya secuil saja kemulutnya.

Ia menelan kueku, aku sekarang hampir menyesal karena tidak memasukan bubuk racun diatasnya.

Ia menatap tajam kearahku, sambil belum meletakan kembali sendok yang berada di tangannya.

"Kau beli ini?" Tanyanya merendahkan lagi. Sialan! Sudah berapa Kali aku tersinggung karena ucapannya hari ini?

Aku menggeleng kencang.
"Tentu tidak pak, kalau tidak percaya bisa tanyakan kepada pria penjaga kasir dibawah..."

Ia memakukan pandangannya terhadapku sebentar.
"Baiklah, Kau masuk masa training mu, berlangsung satu bulan, jika Kau mengecewakanku akan langsung kupecat..." Cerocosnya lumayan panjang.

Aku senang, tentu saja. Fakta bahwa bos menyebalkan ini menyukai makananku pertanda bahwa memang masakanku enak.

Aku terlena dalam pikiranku. Sampai-sampai aku tidak Sadar bahwa ia menatapku tajam bahkan patung-patung gila diujung ruangan juga ikut menatapku tajam.

"Apa yang Kau tunggu, Kau harus mulai bekerja besok, pakai pakaian rapi Dan ikat rambutmu!" Perintahnya dingin. Aku hanya mengangguk pelan Dan setelahnya menuju pintu untuk keluar.

Oh tidak! Hari yang gila ditemani bos yang sama gilanya!

Jelaga Yang PayahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang