Aku menuruni anak tangga dengan gontai. Fakta bahwa bos itu akan menjadi bosku membuatku gila.
Pria penjaga kasir itu kini terlihat sedang santai, tidak ada pelanggan baru yang terlihat.
Aku menghampirinya. Memberi senyum kepadanya.
"Aku pulang duluan ya..." Ucapku kepadanya.Ia menatapku antusias.
"Bagaimana? Bos?"Aku mengangguk pelan. Ia meninjukan kepalan tangannya keudara.
"Yesss...! Aku jadi tidak usah bersama bos ketika pagi-pagi..."Aku menaikan alisku.
"Memang kenapa?"Ia terlihat sedang mengingat sesuatu Dan menggeleng cepat.
"Aku lega sekali, karena jika tidak ada Kau, Bos pasti datang pagi-pagi sekali untuk membuat kue Dan seketika suasana jadi sangat menyeramkan..." Ia menjelaskan."Jadi selama ini dia yang membuat kue?" Tanyaku sedikit penasaran.
Pria itu mengangguk. Aku menatap heran kepadanya.
"Dia tidak punya tampang yang bisa memasak air sekalipun..."Pria dihadapanku tertawa.
"Memangnya kalau membuat kue harus punya tampang seperti apa?""Hehe...seperti apa ya...? Pokoknya aneh saja..." Ucapku terkekeh.
Ia menatapku lama, aku balik menatapnya.
"Oh iya namamu siapa?" Tanyanya ramah.Aku menerima uluran tangan pria yang punya lesung pipi itu.
"Aku Irene..."Dia tersenyum, entahlah sorot matanya terlihat berbinar.
"Aku Chanyeol..."Cukup lama juga pria itu tidak melepaskan jabatan tanganku. Aku menarik tanganku sopan.
***
Aku keluar dari kafe itu, mukaku masih cemberut sebenarnya mengingat bos gila yang akan jadi bosku untuk setidaknya satu bulan kedepan.
Aku duduk di halte yang jaraknya hanya dua blok dari kafe, menunggu bus datang. Jennie bilang bus disini jarang sekali datangnya, kalaupun ada pasti langsung penuh. Bisa kupercaya, terlihat dari orang-orang yang kebanyakan 40 tahun keatas sedang duduk-duduk Dan mengantri di halte.
Setelah lebih dari tiga puluh menit aku menunggu, bus berwarna hijau datang. Aku naik, kutunggu sampai mesin pembayaran bus berbunyi 'beep' benar saja, semua orang di halte langsung masuk bus itu.
Aku duduk dibaris kursi ketiga dari belakang. Ketika hendak aku menyalakan ponselku yang hampir dua hari ini aku sengaja matikan, seorang Nenek tua datang, ia melihat-lihat sekitar, tidak ada satupun Kursi yang kosong. Aku langsung berdiri menawarkan kursiku kepada Nenek tersebut. Ia tersenyum Dan berterimakasih kepadaku, aku balas senyumannya.
Kurang dari tiga puluh menit kemudian aku turun di halte bus dekat rumahku. Tidak terasa sekarang sudah pukul dua siang, padahal tadi aku pergi pukul delapan.
"Irene...!" Suara pria memanggilku, aku menengok kebelakang.
"Hey...!" Aku tersenyum, kepada pria yang tadi telah mengantarkanku pergi ke kafe.
Kim Hanbin membuka kaca mobilnya.
"Mau kuantar?" Tanyanya ramah.Aku menatapnya.
"Bukannya ini masih jam kantor?"Ia menyunggingkan senyumnya.
"Jennie katanya sakit, aku izin pulang..."Aku sedikit terhentak.
"Jennie sakit apa?" Tanyaku khawatir.Hanbin mengangkat kedua bahunya.
"Entahlah, dari tadi pagi kulihat dia sangat pucat, jadi aku buru-buru pulang..."Aku mengangguk-angguk mengerti.
"Kau cepat pulang, aku bisa sendiri... Tolong kabari aku jika kondisi Jennie memburuk..."Hanbin mengangguk kecil.
"Baiklah... Nanti aku akan menghubungimu..." Ia berlalu setelah menutup kembali kaca mobilnya.Aku lanjut berjalan, cuaca hari ini tidak sedingin kemarin, jadi berjalan-jalan sebentar tidaklah buruk.
Aku menyusuri jalan kerumahku, jalanan tidak terlalu sepi, beberapa orang bahkan berlalu lalang. Kadang juga aku melihat para pria mengangkat kayu bakar dipunggungnya.
Aku terus memikirkan Jennie, mendengar wanita itu sakit membuatku khawatir. Aku putuskan untuk lanjut kerumahku setelah Sebelumnya aku membeli beberapa buah apel untuknya.
***
'tuk...tuk...tuk...'
Jennie membukakan pintu untukku. Ia tersenyum sumringah terhadapku, memelukku, Tanpa kulihat bahwa ia kesakitan.
Aku menaikan alisku ketika Jennie memelukku erat.
"Bukannya Kau sakit?" Tanyaku.Jennie melepaskan pelukannya, ia malah menatap heran padaku.
"Sakit apanya? Aku baik-baik saja... Baik sekali malah, aku punya kabar gembira untukmu..." Ucapnya dengan senyum lebar.Otakku masih mencerna apa yang terjadi, tunggu... Bukankah Hanbin bilang bahwa Jennie sakit?
"Suamimu dimana?" Tanyaku hati-hati.Ia menyeretku kesofa biru ruang tengah, setelah Sebelumnya aku menyapa bibi Jieun.
"Tentu saja Hanbin di kantor..." Jennie berucap Dan berlalu untuk membawakan segelas air untukku.
Dikantor? Bukankah Hanbin tadi baru saja pulang untuk memeriksa kondisi Jennie?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jelaga Yang Payah
FanfictionAku pulang, kembali kerumah tua yang reyot itu. Aku pulang, kembali ke desa yang menjadi pusat memoarku. Aku pulang, kembali pada kenanganku dulu. Aku pulang, kembali lagi jadi wanita penuh rasa ragu. Aku pulang, memulai Hal yang baru. Tapi aku data...