Aku kini tengah menyiram bunga didepan kafe seperti yang diperintahkan Chanyeol. Menghela napasku dalam. Yaah... Biarlah Chanyeol dengan segala pemikiran gilanya.
Chanyeol terlihat sedikit berlari kearahku.
"Irene...! Sudah kubilang tutup pintunya... Kau tidak mau dituntutkan kalau pelanggan melihat kalian berdua sedang-..." Ucapnya sembari menghentakkan kakinya kesal.Aku mendelik kearahnya.
"Apa yang aku lakukan adalah terserah aku..."Chanyeol malah mendengus kearahku sambil terkekeh.
"Sebegitu hebatnya Bos Mino huh?"Aku membelalakan mataku mendengar ucapan Chanyeol.
"Yakkk!!!" Teriakku sambil memukul-mukul tubuh Chanyeol.***
Aku kembali menekukkan tubuhku diranjang, seperti sudah menjadi kebiasaanku dikala banyak pikiran.
Entah apa yang harus aku katakan pada Jennie nanti. Aku menyayangi Jennie, aku juga bersahabat baik dengan Dahyun di Seoul.
Aku tahu bagaimana Hanbin yang berselingkuh dengan Dahyun, aku tahu Hanbin sering ke Seoul untuk menemui Dahyun, aku tahu...
Tapi lagi-lagi aku tidak bisa memberitahu baik Jennie mengenai perselingkuhan Hanbin atau kepada Dahyun untuk memberitahu bahwa Hanbin sudah beristri. Aku tidak ingin...
***
Aku tidak menyangka niatku untuk menyenangkan diriku disini malah membuatku semakin mendapat masalah.
Aku berjalan gontai menuju rumah Jennie, menceritakan semuanya. Dan alasanku untuk tidak memberitahunya.
Jennie terlihat didepan sedang membersihkan halamannya, aku mendekat kearahnya. Dia menyadari kehadiranku hanya melengos akan masuk kedalam rumahnya.
"Jen..." Ucapku getir.
Jennie menghentikan langkahnya menatap kearahku.
"Apa lagi?!" Bentaknya."A...a...aku tahu alasanmu marah kepadaku..." Ucapku sambil menunduk, tidak sanggup menatap kearahnya.
"Kalau sudah tahu kenapa kesini? Meminta maaf huh? Kau tahu Hal ini sudah lama Rene..." Ujar Jennie sambil matanya mencelos.
Aku mulai menangis.
"Aku...aku bisa jelaskan Jen, aku minta maaf..."Jennie mendelik kearahku.
"Aku tahu soal Kau lebih memilih Dahyun dibanding aku, aku sedang hamil Rene... Kau Lupa? Kau tega!" Jennie mulai menitikan air matanya.Aku semakin menangis, tidak tahan dengan lidah ini yang tidak bisa mengeluarkan sedikitpun kata Dan tubuh ini yang tidak bisa berjalan untuk memeluk tubuh Jennie.
"Kukira Kau benar-benar sahabatku Rene..." Pungkas Jennie sambil berlalu.
Aku hanya menatapnya getir sambil menahan tangisku yang terus menerus keluar.
Seseorang merengkuh tubuhku yang merosot. Aku menutup wajahku dengan telapak tanganku.
Dia membalikkan tubuhku, mengusap pipiku yang berlinang air mata. Pria itu lagi. Aku semakin menangis, ia kembali merengkuhku untuk menenangkanku. Aku kembali didekapnya.
***
Aku masih menangis sesegukan, dengan Bos yang kini didepanku membuatkanku teh hangat.
"Ada masalah dengan Jennie?" Tanya pria itu sambil meletakkan cangkir didepanku.Aku menggeleng.
"Kau tidak pandai berbohong..." Aku mencelos. Dalam hatiku ingin berteriak.
'ya, aku punya masalah besar dengan Jennie!!!'"Masalah dengan Hanbin kan?" Tebaknya.
Aku menatap lurus ke matanya, bagaimana bisa dia menebaknya.
"Waktu Kau mabuk Kau menceritakan semuanya..."Mendengar Hal itu, aku kembali menangis. Aku bahkan tidak bisa menjaga mulutku kepada orang lain tapi aku tidak bisa memberitahu sedikitpun kepada Jennie.
"Maafkan aku..." Ujarku pelan sambil sesegukan.
"Kau harus bertanggung jawab karena bajuku jadi kena ingusmu..." Ia berkata.
Aku sedikit tertawa. Dia bisa melucu juga...
"Yasudah, aku pulang dulu..." Ucapku sambil berbalik kearah pintu.
Ia mencengkram lagi tanganku. Menatapku dengan intens.
"Kalau yang kemarin? Ingin jelaskan?"Aku manatap gugup kearahnya, wajahnya berkali-kali lipat terlihat serius dibanding biasanya.
"A...a...a...ku..." Hanya itu yang bisa aku katakan itupun dengan tidak jelas.
"Kau salah jika bermain-main denganku, lady" ia menyentuh daguku, mendekatkan wajahnya pada wajahku.
Aku mengerjap. Belum sempat aku menjawab ia sudah mendaratkan bibirnya padaku.
***
Aku memukul kepalaku keras-keras. Bodohnya aku yang malah menutup mata saat Bos Mino sialan itu menciumku. Harusnya kan aku menamparnya lalu pergi, tapi aku malah memejamkan mata seolah aku memang ingin untuk diciumnya.
Aku langsung berjalan cepat setelah Bos menciumku, setengah berlari hingga sampai rumahku.
***
Hari senin terakhir dibulan ini, sekaligus Hari terakhir aku menjadi anak magang di kafe Bos Mino.
Urusanku dengan Jennie sama sekali belum selesai, aku takut menghadapinya Dan Jennie yang seolah Tak sudi menemuiku.
Aku menemukan Johnny didekat pintu kafe, ia mengeong kearahku. Aku berjongkok untuk mengelusnya.
Johnny terlihat santai Dan Tak lama terlelap setelah aku mengelusnya. Aku menghela napasku dalam. Terkadang menjadi seekor kucing lebih baik. Dia tidak punya masalah apapun untuk dipikirkan.
"Chan..." Aku menghampiri Chanyeol yang tengah duduk di meja kasir. Chanyeol menoleh kepadaku.
"Waktu aku mabuk, aku bercerita apa saja?" Ucapku ragu.
Chanyeol terlihat berpikir.
"Entahlah aku Lupa, soal Hanbin? Dia katanya berselingkuh juga ya dengan temanmu di Seoul?" Tanyanya.Aku mengernyit.
"Ada lagi...?"Chanyeol menggelengkan kepalanya.
"Tidak, Kau hanya meraung-raung bilang bahwa Hanbin brengsek, Hanbin sialan, Hanbin merebut kedua sahabatku..."Aku bernapas lega. Tidak ada seorangpun yang tahu tentang Hal itu. Aku bersyukur aku tidak menceritakan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jelaga Yang Payah
FanfictionAku pulang, kembali kerumah tua yang reyot itu. Aku pulang, kembali ke desa yang menjadi pusat memoarku. Aku pulang, kembali pada kenanganku dulu. Aku pulang, kembali lagi jadi wanita penuh rasa ragu. Aku pulang, memulai Hal yang baru. Tapi aku data...