Kring kring kring...
Bel bertanda pulang berbunyi membuat seluruh siswa SMA Rajawali berhamburan keluar kelas menuju gerbang sekolah.
"Emm, Ray. Gue...gue du..duluan ya?" Ujar Tiara dengan rasa tidak enak. Raya tersenyum lalu mengangguk.
"Iya!" Jawab Raya.
"Lo gapapa sendiri?" Tanya Tiara memastikan sahabatnya itu.
Raya menggeleng, "gapapa kali santai aja" Raya terkekeh kecil sambil mengibahkan tangannya di udara.
Tiara pun mengangguk, "yaudah gue duluan ya udah ada Sam di depan" ujar Tiara seraya menunjuk cowok yang berdiri di ambang pintu.
"Iya"
Setelah kepergian Tiara, Raya pun memutuskan menelpon supirnya untuk menjemput diirnya dan melangkahkan kakinya keluar menuju gerbang untuk menunggu sang supir di pos satpam.
Tak lama kemudian supir yang menjemput Raya pun tiba. Raya segera masuk dan mobil itu melaju meninggalkan pekarangan sekolah.
Hanya membutuhkan waktu 20 menit, Raya sudah sampai di rumahnya. Ia bergegas turun dan masuk ke dalam.
"Assalamualaikum" salam Raya ketika sudah membuka pintu rumahnya.
"Waalaikumsalam, eh anak bunda udah pulang?" terlihat seorang wanita yang kemungkinan adalah bundanya Raya.
"Iya bun" Raya menyalimi punggung tangan bundanya.
"Yaudah kamu ganti baju terus kita makan bareng" ujar Yurita, bunda Raya seraya tersenyum.
Raya pun mengangguk dan berlari menaiki tangga dimana kamar nya berada.
***
Disisi lain, Ardhan tengah menonton TV di ruang keluarga bersama adiknya, Alya.
"Bang, Alya pengen es krim dong!" Ujar Alya sambil memasang wajah puppy eyes nya.
Ardhan menoleh lalu mengusap rambut adiknya itu. "Nanti abang beli" ujar Ardhan yang membuat Alya senang.
"Yang banyak ya bang hehe" Ardhan mengangguk mengiyakan sambil tersenyum.
Ara yang baru saja tiba langsung duduk di samping anak-anaknya.
"Ayo anak mama makan malam dulu" ajak Ara, mama Ardhan. Ardhan dan Alya pun langsung mengangguk.
Setelah makan malam selesai, Ardhan memutuskan untuk pergi ke kamarnya. Ia duduk di balkon kamar ditemani gitar yang berada di pangkuannya.
Ardhan menatap bintang di tengah gelapnya malam. Ia tersenyum. Ia rindu sosok perempuan yang kini tak ada lagi di sampingnya.
'Vir, aku kangen kamu. Udah 5 bulan kamu pergi rasanya hari-hari aku jadi hampa tanpa kamu' Batin Ardhan lirih. Ia rindu dengan Vira nya. Perempuan yang sangat berarti di hidup setelah mama dan adiknya. Perempuan yang selalu mewarnai hari-harinya. Kini semua hanya nama dan menjadi kenangan.
Pintu kamar terbuka menampilkan sang mama, Ara. Ara yang melihat anaknya seperti ini pun merasakan apa yang tengah di rasakan anaknya. Ia mendekat dan duduk di samping anaknya itu.
Ardhan yang menyadari kehadiran mama nya menoleh lalu tersenyum. Ara mengusap punggung anaknya.
"Abang kangen Vira ya?" Tanya sang mama yang di angguki Ardhan. Ara tersenyum.
"Ikhlasin Vira" ujar Ara dengan lembut. Ardhan mengangguk lemah, tak terasa air matanya terjatuh begitu saja. Ara menghapus air mata anaknya itu.
"Abang boleh sedih, tapi gak boleh lama dan terhanyut dalam kesedihan abang. Abang gamau kan liat Vira disana sedih?" Ardhan menggeleng lemah.
"Abang gak bisa lupain Vira ma, abang udah coba tapi tetep gak bisa!" Lirih Ardhan.
"Abang gak perlu lupain Vira, abang hanya perlu ikhlasin Vira agar disana Vira tenang. Masa depan abang masih panjang, gak mungkin kan abang terus terusan sedih? Mama yakin suatu saat nanti abang bakal temuin perempuan yang lebih baik dari Vira!" ujar sang mama menasehati anaknya. Ara tidak mau kalau anaknya terlaut dalam kesedihannya terlalu lama.
"Tapi menurut abang Vira yang lebih baik ma" lirih Ardhan.
"Mama ngerti. Tapi gak mungkin kan abang tetep sama Vira? Vira udah tenang bang di sana dan abang harus mencoba untuk membuka hati dan mulai semuanya dari awal." Ardhan paham apa yang di ucapkan mama nya. Ia juga tidak akan mungkin terus terusan cinta kepada orang yang sudah meninggal. Masa depannya masih panjang dan Ardhan tidak mau mengecewakan sang mama dengan terus menerus terlarut dalam kesedihan.
Ardhan tersenyum lalu mengangguk, "Abang bakal ikhlasin Vira ma. Abang bakal bangkit dan berusaha membuka hati abang" ujar Ardhan mantap. Ara tersenyum lalu memeluk putra pertamanya itu.
***
Di lain tempat, Raya tengah mengerjakan tugas sekolahnya di temani dengan cemilan yang tidak pernah ia lupakan.
"Yah habis" ujar Raya karena botol minun nya sudah kosong.
Raya pergi keluar kamarnya untuk mengisi kembali botol minumannya. Ia menuruni tangga dan melihat bunda dan ayah nya tengah menonton TV di ruang keluarga.
Raya menuju dapur dan setelah botolnya terisi penuh, ia beranjak ke kamarnya lagi.
Yurita dan Reyhan, ayah Raya. Ketika melihat putri satu-satu nya itu sudah kembali ke kamar nya tersenyum dan melanjutkan pembicaraan mereka.
"Bun, bagaimana kalo kita jodohkan Raya dengan sahabat ayah?" Tanya Reyhan. Yurita terkekeh kecil ketika mendengar ucapan Reyhan, suaminya. Apa katanya? Dijodohkan?
"Tapi kenapa yah? Raya masih sekolah apalagi dia baru kelas 11" ucap Yurita.
"Ayah tau dia baru kelas 11, tapi ayah mau liat putri ayah satu-satu nya ketika menikah dan memilihkan suami yang terbaik untuk Raya bun." Ucap Reyhan pelan tapi masih bisa di dengar oleh istrinya.
Yurita menggeleng-gelengkan kepala bertanda tak percaya.
"Kenapa ayah bilang gitu?" Tanya Yurita karena merasa ada yang di sembunyikan oleh suaminya itu.
Reyhan menghela nafas lalu menghembuskannya secara perlahan sebelum ia berucap dan memberi tau semuanya kepada istrinya.
"Ayah sakit" kata Reyhan, Yurita mengernyit kala mendengar ucapan suaminya.
"Sakit?" Reyhan mengangguk mengiyakan. Reyhan menghembuskan nafasnya pelan sebelum berucap kembali.
"Tapi bunda janji jangan sampai Raya tau kalo ayah sakit. Ayah gamau Raya sedih dan khawatir nantinya" Yurita mengangguk tanpa menjawab dan membiarkan suaminya melanjutkan ucapannya.
"Kemarin, ayah pergi ke dokter saat kepala ayah selalu pusing. Terus dokter bilang kalo ayah..." Reyhan menjeda ucapannya. Ia belum siap untuk memberi tau istrinya. Ia tidak mau kalau istrinya akan bersedih.
"Kalo ayah?" Tanya Yurita penasaran.
"Kalo ayah sakit ...."
Vote itu gratis lohhhh!!!
Jangan lupa Vote dan Follow alvirasalmah
KAMU SEDANG MEMBACA
RayArdhan [Completed]
Teen Fiction[Sequel DhaVira] Sebuah takdir memang misterius. Tak ada yang tau dan tak ada yang bisa di perkirakan. Seperti kepergian orang yang di sayang apalagi cinta adalah hal yang tak terduga bahkan tak di inginkan, hingga orang itu pergi untuk selamanya. S...