Part 14

235 14 0
                                    

"Gak!" Tolak Ardhan.

"Gak apa-apa ko kak, kakak anterin kak Seli aja dulu nanti Raya bisa naik angkot atau ojek" ujar Raya karena ia tidak mau berlama-lama dengan cewek yang menurutnya kecentilan.

"Tap-"

"Udah gapapa, aku duluan ya" potong Raya dengan cepat lalu pergi meninggalkan keduanya.

"Yaudah yuk!" Ardhan pun dengan terpaksa mengantarkan Seli pulang.

***

Disepanjang jalan, Raya terus berjalan dengan tatapan kosong. Begitu sulit untuk dirinya mendapatkan kata bahagia. Pasti selalu ada orang yang akan mengganggunya atau menjadi penghalang. Ia merelakan suaminya sendiri hanya untuk mengantarkan perempuan lain.

Saat Raya berada di jalanan yang begitu sepi, tiba-tiba ada seorang preman yang menghampirinya. Raya ingin lari pun rasanya percuma karena preman itu sudah dekat dengannya. Dengan perasaan takut, Raya harus memberanikan dirinya.

"Hallo cantik, sendiri aja?" Ujar preman tersebut sembari mencolek tangan Raya. Raya menepisnya dengan kasar.

"Jangan kurang ajar ya!!" Tajam Raya membuat preman itu tertawa.

"Ayo abang anterin!" Preman itu langsung menarik tangan Raya dan Raya berusaha melepaskannya. Air matanya pun sudah mengalir di pipinya. Ia takut. Ia harap semoga ada orang yang menolongnya.

"Lepass!!" Berontak Raya namun apa daya, tenaga preman itu lebih kuat dari pada tenaganya.

"Tolongg!!" Teriak Raya meminta tolong.

"Gak usah teriak-teriak gak bakal ada yang tolong kamu cantik!" Seringai preman itu.

Namun, tiba-tiba preman itu tersungkur akibat dorongan seseorang. Raya menoleh mendapati Ardhan suaminya yang telah menolongnya. Ia bersyukur karena Tuhan mengabulkan doanya.

"Jangan ganggu dia!" Tegas Ardhan membuat preman itu tersenyum meremehkan.

"Emang lo siapa hah? Mau so jadi pahlawan lo?" Ujar preman itu meremehkan.

"DIA ISTRI GUE!!" bentak Ardhan dengan tatapan tajamnyam

"Apa? Istri? Masih bocah udah jadi istri" ejek preman itu. Ardhan yang sudah emosi pun langsung memukul rahang preman tersebut.

Bughhh

Preman itu tersungkur, namun ia langsung bangkit dan menghajar Ardhan. Terjadilah perkelahian antara mereka. Raya hanya menutup mulutnya ketika preman itu membogem suaminya.

Akhirnya preman itu pun menyerah dan langsung pergi begitu saja. Raya yang melihat Ardhan terluka pun langsung menghampirinya. Banyak luka lebam di wajah tampan Ardhan. Bahkan sudur bibir nya sampai sedikit mengeluarkan darah.

"A..aduh kak, muka kakak berdarah!" Ujar Raya panik. Ia bingung harus bagaimana. Ardhan yang melihat Raya seperti itu hanya tersenyum tipis.

Raya pun langsung membawa Ardhan pulang ke rumahnya. Setelah sampai di rumah, Raya segera berlarian menuju dapur untuk mengambil obat dan mengompres luka lebamnya. Ardhan pun duduk di sofa yang berada di ruang keluarga.

Tak lama kemudian Raya datang dengan membawa obat dan kompresan. Ia duduk di samping Ardhan lalu mulai mengompres luka-lukanya. Ardhan sedikit meringis kesakitan ketika Raya sedikit menekankan pada lukanya.

"Maaf ya kak, gara-gara aku kakak jadi gini" lirih Raya sambil terus mengobati luka-lukanya.

"Aku gapapa"

"Gapapa gimana orang ini muka udah luka gini" khawatir Raya.

Kini jarak keduanya begitu dekat. Raya dengan teliti ia terus mengobati luka lebam di wajah Ardhan. Sedangkan Ardhan ia menatap lurus wajah Raya yang sangat serius.

'Ternyata lo baik Ray. Lo perhatian" batin Ardhan.

Tak sengaja Raya menatap mata Ardhan. Seketika tatapan itu seolah mengunci keduanya. Hingga Raya yang tersadar pun langsung memutuskan tatapan itu lalu memalingkan wajahnya ke lain arah. Ardhan terkekeh ketika melihatnya.

"Udah kak" ujar Raya seraya membereskan kembali peralatannya.

"Makasih" Raya tersenyum lalu mengangguk.

***

Malam ini Raya dan Ardhan tengah menonton TV di ruang keluarga. Dengan posisi Raya yang bersandar di bahu Ardhan.

"Kak bosen" rengek Raya. Ardhan menundukkan kepalanya menatap istrinya.

"Bosen?" Tanya Ardhan dan Raya mengangguk.

"Ambilin gitar" Raya mengernyitkan dahinya tapi ia langsung bergegas ke kamar nya untuk mengambil gitar.

Setelah itu ia memberikannya kepada Ardhan dan Ardhan menerimanya lalu menaruh di pangkuannya.

"Mau ngapain kak?" Tanya Raya polos. Ardhan memutar bola matanya.

"Mau berenang!" Jawab Ardhan asal.

"Berenang? Masa berenang bawa gitar?" Gumam Raya heran yang masih bisa di dengar oleh Ardhan.

"Ya nyanyilah" Ardhan pun mulai memetikkan gitarnya tak lama kemudian ia pun bernyanyi.

Bidadari tak bersayap datang padaku
Di kirim Tuhan dalam wujud wajah kamu
Di kirim Tuhan dalam wujud diri kamu

Sungguh tenang kurasa saat bersamamu
Sederhana namun indah
Kau mencintaiku
Sederhana namun indah
Kau mencintaiku

Sampai habis umur ku
Sampai habis usia
Mau kah dirimu
Jadi teman hidupku

Kaulah satu di hati
Kau yang teristimewa
Mau kah dirimu
Hidup denganku

Diam-diam aku memandangi wajahnya
Tuhan ku sayang sekali
Wanita ini
Oh Tuhan ku sayang sekali
Wanita ini

Sampai habis nyawaku
Sampai habis usia
Maukah dirimu
Jadi teman hidupku

Kaulah satu di hati
Kau yang teristimewa
Mau kah dirimu
Hidup denganku

Katakan yes i do
Jadi teman hidupku
Katakan yes i do
Jadi teman hidupku

Raya memejamkan matanya menikmati suara Ardhan yang menurutnya sangat merdu dan indah. Lirik terakhir pun telah Ardhan selesaikan. Raya bertepuk tangan. Tidak menyangka jika suaminya memiliki suara yang begitu indah.

"Udah malam, kita tidur!" Raya pun mengangguk mengiyakan. Mereka pun melangkah menaiki tangga menuju kamar mereka.

Raya dan Ardhan langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur. Raya menatap Ardhan di samping begitupun dengan Ardhan.

"Selamat malam kakak" ujar Raya tersenyum.

"Selamat malam istrinya Ardhan" ujar Ardhan terkekeh sedangkan Raya langsung menutup wajahnya dengan selimut karena sudah di pastikan wajahnya yang memerah akibat ucapan Ardhan.

Saat Ardhan memejamkan matanya, ia pun harus membukanya kembali karena pertanyaan yang di lontar kan Raya.

"Kak, Vira itu siapa?"

Ardhan menoleh menatap Raya. Ia tersenyum kikuk.

"Kenapa?" Tanya Ardhan balik.

"Emm gapapa sih cuma nanya aja. Apa Vira itu yang ada di bingkai foto di kamar kakak ya?" Tanya Raya hati-hati. Ardhan mengangguk mengiyakan.

"Iya"

Raya pun hanya ber'oh ria. Ia ingin sekali menanyakan lebih jelasnya kepada Ardhan namun ia urungkan. Ia takut jika Ardhan akan marah.

"I...iya deh kak" putus Raya pada akhirnya.

"Besok aku kasih tau!" Ujar Ardhan dan Raya mengangguk mengiyakan.

Mereka pun memejamkan matanya dan tak lama kemudian mereka terhanyut ke dalam alam bawah sadar nya.

Vote itu GRATIS lohhhh!!!!
Jangan lupa vote dan follow alvirasalmah

RayArdhan [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang