Flashback on
Bel rumah tiba-tiba berbunyi pada malam hari membuat seorang wanita melangkah untuk membuka pintu.
Saat pintu terbuka, matanya membulat ketika melihat gadis di hadapannya. Gadis itu tersenyum lalu berhamburan memeluk wanita itu.
"Bunda" lirih Raya.
"Raya? Kenapa kamu ke sini sayang?" Tanya Yurita.
"Raya kangen sama bunda" ujar Raya yang masih memeluk sang bunda.
Yurita membawa anaknya masuk ke dalam. Lalu mereka duduk di ruang keluarga.
"Kamu gak lagi ada masalah kan sama Ardhan?" Tanya Yurita dan Raya menggelengkan kepalanya.
"Enggak bun"
"Terus kenapa kamu kesini sendirian? Ardhan tau?" Lagi-lagi Raya menggelengkan kepalanya.
Yurita mengernyit heran karena sedari tadi anaknya itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Raya mendongkak menatap bundanya.
"Raya bingung bun" ucap Raya membuat Yurita semakin di buat bingung oleh putrinya.
Raya melerai pelukannya dengan sang bunda, ia pun mulai menceritakan dari dirinya mendengar ucapan Ardhan dengan Samuel di belakang vila hingga dirinya harus di paksa memilih pilihan dari Seli kakak kelasnya.
Yurita yang mendengar itu tersenyum lalu mengelus punggung putrinya dengan lembut.
"Jadi kamu pilih pilihan kedua?" Raya mengangguk mengiyakan.
"Abisnya Raya gamau mati di tangan kak Seli bun. Tapi di sisi lain Raya gak mau tinggalin kak Ardhan"
"Raya harus gimana? Apakah Raya harus mengorbankan perasaan Raya bun?" Ujar Raya menundukkan kepalanya.
"Pilihan kamu udah tepat!" Ujar Yurita membuat Raya mendongkak menatapnya.
"Maksud bunda?"
"Yaa, pilihan kamu tepat. Kamu memilih pilihan kedua jadi kamu bisa terbebas dari kakak kelas kamu itu. Jadi sekarang kamu gak harus mengorbankan perasaan kamu" Raya masih diam mencerna ucapan bundanya.
"Kamu kembali ke Indonesia dan kamu harus tetep sama Ardhan. Mau bagaimana pun kamu yang lebih berhak bukannya kakak kelas kamu itu. Kamu kan Istrinya sedangkan Seli? Bukan siapa-siapanya Ardhan kan?" jelas Yurita membuat Raya tersenyum. Ia bersyukur karena memilik bunda yang selalu mendengar keluh kesahnya.
Raya pun memeluk bundanya,"makasih ya bun, sekarang Raya udah gak bingung lagi"
"Iyaa" balas Yurita.
"Tapi Raya disini dulu ya bun untuk dua atau tiga hari mungkin" pinta Raya dan Yurita mengangguk mengerti.
Flashback off
Tiara mengangguk paham setelah Raya menceritakan semuanya.
"Ya emang bener sih kata bunda lo. Lo kan istrinya kak Ardhan jadi lo yang berhak bukan nya nenek lampir itu!" Kesal Tiara sedangkan Raya terkekeh kecil.
"Tenang aja gue bakal dukung lo neng!!" Ujar Tiara mantap.
"Makasih ya Ra. Lo emang sahabat gue yang paling the best" sahut Raya langsung memeluk Tiara.
"Iya sama-sama"
***
Ardhan dkk saat ini tengah bersantai di kantin karena bel istirahat sudah berbunyi sejak 5 menit lalu.
Mereka semua tertawa tapi tidak dengan Ardhan yang masih memikirkan keberadaan istrinya, Raya.
Samuel yang melihat Ardhan hanya terdiam saja pun menepuk pelan pundak Ardhan membuat sang empu menoleh sambil mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya 'apa'.
"Udah gak sedih. Nanti kan kita cari Raya lagi" Ardhan tersenyum kikuk sebagai jawabannya.
"Hallo sayang!!" Teriak Seli yang tiba-tiba muncul dan langsung duduk begitu saja di samping Ardhan.
Ardhan tak mempedulikkannya begitu pun dengan Samuel, Raihan dan Raka mereka tetap diam dengan kesibukkannya masing-masing.
Seli mengerucutkan bibirnya karena dirinya di abaikan begitu saja.
"Ish ko kamu diem aja sih?" Manja Seli langsung bergelayutan di tangan Ardhan. Dengan kasar Ardhan menepisnya.
"Pergi!" Ujar Ardhan datar bahkan dingin.
"Ko aku di usir sih?" Kesal Seli tapi tetap di beranjak dari tempat duduknya.
Tiara pun datang dan duduk di samping Samuel. Ia menatap Seli dengan tatapan tajamnya. Seli yang di tatap seperti itu pun hanya mengedikkan bahunya acuh.
"Heh nenek lampir! Mending lo pergi deh. Kalo bisa lo pergi aja dari dunia ini!!" Ujar Tiara tiba-tiba membuat yang lain menatapnya heran.
"Kenapa Ra?" Tanya Samuel namun tak di gubris oleh Tiara. Tiara yang fokus kepada orang licik di hadapannya.
"Apasih? Sewot aja lo!" Ketus Seli tak terima
"Gue mau tanya sama lo!" Tiara menjeda ucapannya. Seli menaikkan sebelah alisnya menunggu Tiara melanjutkannya.
"Dimana Raya?" Ujar Tiara dengan tajam. Mereka yang mendengar pun langsung memperhatikan obrolan antara Tiara dan Seli.
"Mana gue tau!" Jawab Seli mencoba menutupi rasa gugup nya.
"Gak usah pura-pura bego lo! Jangan licik lo jadi orang!!" Ketus Tiara. Saat ini ia sudah sangat marah. Ingin rasanya ia melenyapkan orang licik seperti Seli.
Seli membulatkan matanya lalu bangkit dan menggebrak meja membuat yang lain terlonjak kaget.
"JAGA YA MULUT LO!!" Teriak Seli membuat Tiara tertawa sinis. Tiara pun bangkit dan berdiri di hadapan Seli.
"Kenapa?" Bukan Tiara yang berucap tetapi seseorang yang baru saja datang menghampiri mereka. Mereka semua terkejut tak terkecuali Seli. Ia pun sama terkejut nya.
"Raya?" gumam Seli.
"Raya" gumam Ardhan dan yang lainnya. Mereka semua masih tak percaya.
"Kenapa? Lo kaget? Asal lo tau ya. GUE GAK AKAN NGEBIARIN ORANG LICIK KAYA LO MENDAPATKAN CINTANYA KAK ARDHAN!!!" Ujar Raya menaikkan volume suara nya.
Ardhan dan yang lainnya hanya terdiam karena mereka tidak tau apa yang sebenarnya terjadi di antara kedua perempuan itu.
"Emang lo siapa hah? Berhak apa lo larang gue buat dapetin Ardhan?" Ujar Seli penuh penekanan.
Raya tertawa sinis, "gue pacarnya! BAHKAN LEBIH!!" Murka Raya. Ia sudah berada di puncak kekesalannya. Yang Raya butuhkan hanya lah meluapkan semua emosinya terhadap orang di hadapannya.
"Udah deh, mending lo gak usah nutupin lagi kebusukan lo selama ini!" Geram Tiara.
"Diem lo!" Tukas Seli kepada Tiara.
"Kenapa? Lo takut kalo gue bilang semua kebusukan lo hah?" Tanya Raya.
"Gue gak takut! Lagian gue gak salah!" Bela Seli. Sunggung dirinya sudah gugup dengan keringat dingin yang mengalir di pelipisnya.
"Ohhh gak salah ya lo bilang? Lo yang udah nyekap gue tapi lo bilang lo gak salah?" Ujar Raya dengan tertawa meremehkan.
Ardhan dan yang lainnya terkejut ketika Raya mengucapkan kata 'sekap'. Apa selama ini Raya di sekap? Pikir mereka.
"Lo kalo gak suka sama gue, gak usah fitnah deh lo!!" Kekeuh Seli membela dirinya.
"Jadi kamu di sekap Ray?" Ardhan yang sedari tadi hanya diam pun akhirnya bertanya.
"Iya" Raya menatap Ardhan sekilas lalu menatap Seli di hadapannya.
Rahang Ardhan sudah mengeras begitupun tangannya yang sudah mengepal dengan kuat. Bisa-bisa nya ada orang yang menyakiti istrinya.
Vote itu GRATIS lohhhh!!!!
Jangan lupa vote dan follow alvirasalmah
KAMU SEDANG MEMBACA
RayArdhan [Completed]
Teen Fiction[Sequel DhaVira] Sebuah takdir memang misterius. Tak ada yang tau dan tak ada yang bisa di perkirakan. Seperti kepergian orang yang di sayang apalagi cinta adalah hal yang tak terduga bahkan tak di inginkan, hingga orang itu pergi untuk selamanya. S...