Part 30

207 9 0
                                    

Saat segerombolan laki-laki itu melewati meja dimana Raya berada, tak sengaja mata Raya menangkap mata milik Ardhan namun Raya segera memutuskan dan memalingkan wajahnya seakan tidak mau melihat cowok itu.

Ardhan dan yang lainnya pun langsung duduk di meja paling ujung yang terdapat disudut kantin. Kecuali dengan Samuel yang berhenti dan duduk di samping Tiara.

Samuel tersenyum begitu pun juga dengan Tiara.

"Cantik banget sih kamu" gombal Samuel membuat Tiara menunduk malu.

"Apaan sih"

Raya yang melihat pemandangan sepasang kekasih di depannya ini hanya mendengus kesal. Ia merasa di abaikan bahkan mungkin tidak di anggap ada.

"Aku makin sayang deh sama kamu" ujar Samuel. Ingin rasanya Raya muntah saat mendengar itu. Bukannya ia sirik atau apa tapi sadar tempat dong.

"Aku juga sayang sama kakak" sahut Tiara.

'Ya Tuhan mimpi apa Raya semalam?' Batin Raya.

"Hargain gue napa" celetuk Raya sambil menatap ke atas. Emang ada apa di atas? Hahaha.

Tiara dan Samuel yang mendengar itu pun terkekeh.

"Ternyata ada lo di sini?" Ujar Samuel membuat Raya menatapnya dengan tatapan cengo.

"Perasaan gue dari tadi disini. Lo nya aja yang berasa dunia milik berdua. Gue mah apa atuh seolah ngontrak" sahut Raya membuat dua sejoli di hadapannya ini tertawa.

"Sirik aja lo mah neng" ujar Tiara di sela tawanya. Raya mendengus kesal.

"Yaudah sayang, aku mau ke yang lain dulu ya. Takut ada nyamuk disini mah" ucap Samuel terkekeh kecil sambik melirik ke arah Raya. Raya yang mendengar itu melotot kan matanya.

"Orang cantik harus sabar!" Ujar Raya menyabarkan dirinya sendiri.

Samuel pun pergi menuju meja dimana teman-temannya berada.

***

"Lo enggak cape diem-dieman terus sama kak Ardhan?" Tanya Tiara di saat sedang berjalan menuju kelasnya.

"Kak Ardhan juga biasa aja terus ngapain gue harus ribet?!"

Setelah hampir sampai di kelas, Raya memberhentikan langkahnya begitu pun Tiara.

"Kenapa neng?"

"Aduh gue ke kamar mandi dulu ya" ujar Raya.

"Mau gue anter?" Tawar Tiara dan Raya menggeleng cepat.

"Gak usah. Lagian nanggung udah deket kelas masa iya lo balik lagi. Ya udah ya gue ke kamar mandi dulu bye" setelah mengatakan itu Raya pun berlari menuju kamar mandi sedangkan Tiara menggeleng-gelengkan kepala lalu melanjutkan langkahnya menuju kelasnya.

***

Setelah selesai, Raya pun keluar dari salah satu bilik yang ada di kamar mandi. Ia pun berdiri di depan cermin untuk membasuh mukanya dan merapikan seragamnya.

Kemudian ia melangkah keluar, namun tiba-tiba Seli dkk datang menghalangi jalannya. Raya menghela nafasnya, ia sunggung malas jika harus berhadapan dengan orang di hadapannya ini.

"Mau ngapain?" Tanya Raya to the point.

"Santai aja kali. Lagian gue kesini bukan buat mau bully lo. Tapi gue cuma mau ngucapin selamat ke lo" Raya mengernyit bingung dengan ucapan Seli.

"Selamat?"

"Iya. Selamat atas hancurnya hati lo!" Ujar Seli penuh penekanan.

Tak ingin berlama-lama, Raya pun langsung melangkah pergi meninggalkan Seli dkk yang menganga menatap kepergian Raya yang kian menjauh.

"Awas aja lo!" Geram Seli kemudian pergi di ikuti dengan teman-temannya.

***

Setibanya di rumah, Raya pun sudah menyiapkan makanan untuk makan malam Ardhan. Meskipun ia kecewa kepada Ardhan tapi ia tak pernah sedikit pun melupakan kewajibannya sebagai seorang istri. Ia ingin menjadi istri yang berbakti dan tidak mau menjadi istri durhaka karena membiarkan suaminya kelaparan.

Saat dirinya hendak menaiki anak tangga, ponselnya bergetar menandakan ada pesan masuk. Ia pun merogoh sakunya lalu membuka pesan yang dikirim oleh Ardhan.

Kak Ardhan
Jgn tidur teralu mlm. Klo ngntk tidur aja. Mlm ini aku gk plg! Laura skt.

Seketika hati Raya seperti di tusuk oleh ribuah pisau. Ia sudah membuat makan malam tapi dengan hasil yang tak sesuai dengan ekspetasinya. Raya tersenyum kikuk bahkan air matanya pun lolos begitu saja.

'Kenapa kak Ardhan berubah?' Batin Raya bertanya.

Ia pun menaiki anak tangga. Saat ini dirinya hanya ingin menangis dan diam di kamar untuk meluapkan semuanya. Hatinya hancur.

Istri mana yang rela melihat orang yang ia cintai bahkan berstatus sebagai suaminya itu lebih mementingkan cewek lain dari pada istrinya sendiri?

"Di saat Laura sakit, kakak seakan peduli sama dia. Tapi di saat Raya yang sakit? Kakak gak pernah peduli sedikit pun" ujar Raya yang sudah menangis dengan histeris. Raya mengacak-acak rambutnya frustasi.

***

Raya mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke indra penglihatannya. Ia menoleh menatap jam yang berada di atas nakas, matanya membulat sempurna bahkan sampai ingin keluar. Waktu menunjukkan pukul 7 yang artinya ia telat untuk pergi ke sekolah.

"Mampus gue telat"

Dengan kekuatan cepat nya ia beranjak dari tempat tidur dan langsung melakukan mandi kilatnya.
Hanya membutuhkan waktu 10 menit, Raya telah siap dengan seragamnya.

Ia pun menuruni tangga dan langsung berlari ke depan rumah untuk memakai sepatunya. Setelah siap, ia pun bergegas berlari menuju halte dan menunggu angkutan umum.

Waktu menunjukkan pukul setengah 8 yang artinya pintu gerbang sudah di pastikan tertutup rapat. Raya keluar lalu memberikan uang kepada sang supir angkot.

Raya menatap nanar ketika melihat dirinya yang masih berada di luar gerbang sekolah. Ia celingak celinguk mencari satpam yang menjaganya. Namun keberuntungan mungkin tak berpihak kepadanya, dan ia ketahuan terlambat oleh guru yang super galaknya minta ampun.

"HEH KAMU! KENAPA TELAT?" Tegur Guru yang ada di hadapan Raya.

Raya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Anu pa...anu.."

"Anu anu aja. Cepat sekarang kamu hormat di tiang bendera sampai jam istirahat nanti!!" Tegas guru tersebut membuat Raya menganga tak percaya.

"Pak, panas dong pak nantinya" ujar Raya memohon kepada guru tersebut.

"Jangan banyak alasan! Sekarang hormat tiang bendera atau mau bapa tambahin hukumannya?!"

"Enggak pak!!" Mendengar itu Raya pun langsung berlari ke lapangan untuk menjalankan hukumannya.

***

Saat dirinya tengah menghormat kepada bendera, tiba-tiba botol dingin menempel di pipinya. Raya menoleh melihat siapa orang yang memberikan minuman kepadanya. Dan orang itu adalah Ardhan.

Ardhan tersenyum seraya menyodorkan botol minum yang sempat ia beli. Namun Raya hanya menoleh sekilas lalu kembali fokus untuk menghormat bendera lagi tanpa mempedulikan laki-laki di sampingnya.

"Minum dulu" namun tak ada respon apapun.

Ardhan pun menghembuskan nafasnya dengan pelan, kemudian ia membuka tutup botol dan menyodorkan minum nya kepada Raya. Raya pun hanya diam dan menegak air nya.

Vote itu GRATIS lohhh!!!
Jangan lupa vote dan follow alvirasalmah

RayArdhan [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang