1 minggu kemudian...
Hari ini, hari dimana pernikahan Ardhan dan Raya akan di laksanakan pada malam nanti. Hari dimana akan mengubah status mereka berdua menjadi suami dan istri. Hari dimana semua nya akan berubah.
Semua teman-teman Ardhan termasuk Tiara pun sudah mengetahui apa yang terjadi antara mereka. Tidak ada yang tau karena pernikahan ini hanya di datangi oleh teman dekat dan keluarga saja. Karena mengingat Ardhan dan Raya yang masih menduduki sebagai siswa di SMA Rajawali. Meskipun sekolah tersebut merupakan milik keluarga Radhitya yaitu keluarga Ardhan. Namun tetap mereka tidak ingin sampai ada yang mengetahuinya demi kebaikan semuanya.
Malam pun tiba, semua orang tengah berkumpul di ruangan yang terbilang cukup megah dengan sepasang pengantin yang berada di tengah. Malam ini hanya menyelenggarakan Ijab Qobul tanpa resepsi. Dan acara resepsi akan di laksanakan di hari-hari lain.
Ardhan menghirup udara lalu mengucapkan apa yang sudah bapak penghulu ucapkan dengan satu tarikan nafas.
"Saya terima nikahnya Raya Maulina Audrey binti Reyhan Audriel dengan perangkat tersebut di bayar tunai" ucap Ardhan mantap sambil menaik turunkan tangannya yang berjabatan dengan penghulu di depannya.
"Bagaimana para saksi? Sah?" Tanya penghulu tersebut sambil melihat para saksi.
"SAH" kompak semuanya yang berada di ruangan itu.
Setelah penghulu membacakan doa dan acara pun selesai bahkan semua teman Ardhan pun sudah pulang, kini keluarga Radhitya dan keluarga Raya tengah duduk berkumpul di ruang keluarga.
"Alhamdulillah kalian sudah sah jadi suami istri" ujar Reyhan. Mereka semua tersenyum kecuali Ardhan.
"Kalo begitu saya dan istri saya pamit dulu" ujar Reyhan dan mereka semua bangkit. Sebelum pergi Yurita memeluk anak satu-satunya dengan air mata yang lolos begitu saja.
"Jadi istri yang baik ya sayang, nurut dan berbakti sama perkataan suami kamu. Jaga diri baik-baik" nasehat sang bunda kepada anaknya. Raya mengangguk lalu mencium pipi bundanya.
Reyhan dan Yurita pun pamit. Setelah mereka pergi kini tinggal keluarga Radhitya lah yang berada di ruang keluarga tersebut.
Ara menatap anak dan menantunya dengan tersenyum.
"Yaudah kalian istirahat ya, abang ajak Raya ke kamar kamu ya" ujar Ara kepada anaknya.
"Dia di kamar tamu aja ya ma?" Ara dan Haidar yang mendengar itu menganga tak percaya.
"Gak boleh gitu bang kamu sama istri kamu!!" tegur Haidar. Ardhan menghembuskan nafas lalu mengacak rambutnya kasar.
"Iya iya, yaudah ayo!" Ardhan melangkahkan kakinya. Raya yang melihat itu tersenyum kikuk dan mengikuti langkah Ardhan menuju kamarnya.
Setalah sampai di kamarnya, Raya langsung masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan badannya sedangkan Ardhan langsung merebahkan tubuh nya di atas kasur.
Tak membutuhkan waktu lama, Raya keluar dari kamar mandi dan duduk di samping Ardhan. Ardhan yang menyadari pun menoleh.
"Mau ngapain?" Tanya Ardhan dingin.
"Tidur" jawab Raya.
"Disana tidur nya!" Titah Ardhan sambil menunjuk ke arah sofa yang tak jauh dari tempat tidur. Raya yang melihat itu hatinya terasa sakit.
"Tap-"
"Udah sana, nih bantal!" Potong Ardhan seraya memberikan satu bantal kepada Raya.
Raya menerima bantal tersebut lalu melangkah menuju sofa dengan hati yang sakit. Ia membaringkan tubuhnya di sofa dengan posisi menyamping namun tidak langsung tidur. Air mata nya pun keluar begitu saja.
'Apa Kak Ardhan belum bisa nerima gue ya?' Batin Raya lirih.
'Tapi gue harus kuat, mungkin suatu saat nanti Ardhan bakal buka hati nya buat menerima gue' batin Raya menguatkan dirinya.
Raya menghapus air matanya lalu memejamkan mata dan tak lama kemudian ia terhanyut ke alam bawah sadarnya.
***
Raya mengerjapkan matanya untuk mengumpulkan kesadarannya. Ia melihat jam yang menunjukkan pukul 4 pagi, ia mengikat rambut nya asal lalu turun ke bawah untuk menyiapkan sarapan untuk suami dan mertua nya.
Setelah selesai Raya menaikin tangga menuju kamar untuk membangunkan Ardhan. Ia melihat Ardhan yang tengah tertidur dengan pulas. Tidak ada wajah dinginnya dan hanya menampilkan wajah damai.
Raya tersenyum lalu mengelus rambut Ardhan. Ardhan yang merasa tidur nya terganggu pun membalikkan badannya menjadi memunggungi Raya.
"Kak bangun udah pagi" ucap Raya membangunkan Ardhan namun tak ada sahutan dari cowok itu.
"Kak" panggil Raya sekali lagi. Ardhan mulai mengerjapkan matanya dan mengubah posisi nya menjadi duduk. Ia melihat Raya di sampingnya dengan datar lalu beranjak pergi ke kamar mandi.
Sambil menunggu Ardhan mandi, Raya menyiapkan seragam yang akan dikenakan oleh Ardhan. Tak lupa, Raya pun menyiapkan peralatan sekolahnya Ardhan. Mulai memasukkan beberapa buku, namun ia tidak melihat pulpen sama sekali dan ketika membuka buku tulis Ardhan disana pun tidak terdapat tulisan justru hanya buku kosong tanpa coretan apapun. Ia pikir Ardhan tidak pernah menulis?
Raya mengambil tempat pensil di dalam tas nya lalu memasukkan pulpen dan pensil ke dalam tas Ardhan.
Tak lama kemudian Ardhan keluar hanya dengan menggunakan handuk yang melingkar di pinggangnya. Raya yang melihat itu menutup mata dengan kedua tangannya membuat Ardhan mengernyit heran.
'Kenapa tuh anak?' Tanya Ardhan dalam hati. Ia melihat kebawa dan menyadari kenapa Raya langsung menutup matanya ketika Ardhan keluar kamar mandi. Ia tersenyum tipis.
"I...itu baju nya udah aku siapin, nanti ka..kalo udah langsung ke bawah sarapan dulu" ujar Raya gugup dan tetap menutup mata dengan kedua tangannya. Lalu ia pergi keluar kamar dan menuju ruang makan.
Ardhan yang melihat itu terkekeh kecil dan menggeleng-gelengkan kepalanya lalu memakai seragam yang sudah disiapkan.
Tak membutuhkan waktu lama, Ardhan sudah siap dengan seragamnya lalu bergegas keluar pergi untuk sarapan.
Di ruang makan ia melihat mama, papa dan adiknya bahkan bertambah satu orang yang sekarang menjadi keluarga nya, yaitu Raya.
"Pagi" sapa Ardhan dan duduk di samping Raya.
"Kak Ardhan mau makan apa? Biar Raya yang siapin" tawar Raya namun di acuhkan oleh Ardhan.
"Gak" Raya tersenyum kikuk ketika mendengar ucapan suaminya.
"Ardhan! Kamu gak boleh gitu sama Raya. Mau bagaimana pun dia istri kamu!" Ujar Haidar memberi nasihat kepada anak pertamanya. Ardhan menghembuskan nafasnya kasar lalu langsung bangkit dan pergi tanpa mengucapkan apapun.
"ARDHAN!!!" teriak Haidar merasa geram dengan putranya.
"Biar aku yang bicara" ujar Ara yang di angguki Haidar. Ara pun bangkit dan langsung mengejar putranya.
"Abang" panggil Ara dan Ardhan menoleh.
"Kamu berangkat bareng Raya ya?" Pinta Ara.
"Enggak mau!" Tolak Ardhan. Raya yang baru keluar rumah mendengar apa yang di katakan Ardhan hanya tersenyum kikuk.
"Gak boleh gitu dong bang, dia kan udah sah jadi istri abang. Abang harus menerima semuanya" ujar Ara. Ardhan menghembuskan nafasnya kasar lalu mengangguk membuat Ara tersenyum. Ardhan menyalimi punggung tangan Ara lalu masuk ke dalam mobil.
"Cepetan masuk!" Ketus Ardhan dan Raya pun segera masuk.
Mobil pun melesat meninggalkan pekarangan rumah dan membelah jalanan ibu kota.
Vote itu GRATIS lohhhh!!!
Jangan lupa vote dan follow alvirasalmah
KAMU SEDANG MEMBACA
RayArdhan [Completed]
Teen Fiction[Sequel DhaVira] Sebuah takdir memang misterius. Tak ada yang tau dan tak ada yang bisa di perkirakan. Seperti kepergian orang yang di sayang apalagi cinta adalah hal yang tak terduga bahkan tak di inginkan, hingga orang itu pergi untuk selamanya. S...