Raya baru saja tiba di rumah karena ia pulang berjalan kaki. Jarak antara sekolah dan rumahnya pun membutuhkan waktu 20 menitan jika menggunakan kendaraan. Sedangkan jalan kaki? Pasti membutuh kan waktu lebih dari 20 menit.
Raya membuka pintu dan masuk ke dalam. Ia pun langsung menuju kamar nya untuk menyegarkan kembali badannya.
Setelah sampai di kamar, Raya segera menyimpan tasnya lalu bergegas menuju kamar mandi. Rasanya ia butuh mendinginkan badannya, bahkan kalo bisa hatinya juga ia ingin mendinginkannya.
Di sisi lain, Ardhan yang baru saja sampai di rumah pun langsung menuju ke kamarnya. Ia mendengar suara keran air yang menyala. Mungkin Raya di dalam. Pikirnya.
Ardhan membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Rasanya ia begitu lelah. Selang beberapa menit pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan Raya yang baru saja keluar dengan wajah yang sudah fresh.
Raya tersenyum tipis ke arah Ardhan dan langsung pergi keluar kamar lalu menuruni anak tangga menuju bawah. Ardhan yang melihat itu merasa hatinya begitu sakit ketika di diamkan oleh orang yang ia sayang.
Ardhan menghela nafasnya lalu ia hembuskan dengan pelan. Ia pun beranjak menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya.
***
"Udah makan?" Tanya Ardhan ketika ia sudah berada di ruang keluarga bersama Raya yang sedang menonton TV.
Raya menoleh lalu menggeleng sebagai jawabannya.
"Kenapa belum? Ayo makan dulu!" Ajak Ardhan namun lagi dan lagi Raya hanya menggeleng.
Ardhan menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia tau Raya tengah marah kepadanya. Tapi ia juga tidak mau jika Raya sakit karena belum makan.
"Pokonya harus makan!" Setelah mengatakan itu, Ardhan langsung menarik tangan Raya menuju dapur.
Raya pun duduk bersama Ardhan yang berada di sampingnya. Ia hanya menatap nasi yang sudah berada di hadapannya tanpa mau sedikit pun untuk menyentuhnya.
"Makan Ray" geram Ardhan. Namun Raya tetap diam.
"Aku tau kamu marah sama aku..." ujar Ardhan menjeda ucapannya.
"Tapi kamu harus makan. Aku gak mau nanti kamu sakit" sambung Ardhan kali ini lembut.
'Bahkan sekarang aku juga sakit kak. Hati aku yang sakit' batin Raya lirih.
Raya pun mulai memegang sendoknya dan menyantap makanannya dengan malas. Ardhan yang melihat pun tersenyum.
Setelah selesai makan, Raya bangkit lalu membereskan piring-piring kotor untuk ia cuci. Setelah selesai mencuci piring yang kotor, Raya langsung melangkah menuju kamar dan melewati Ardhan begitu saja tanpa mengucapkan satu kalimat pun.
'Maafin aku Ray. Tinggal menghitung hari dan semuanya akan berakhir' batin Ardhan.
***
Cahaya mentari mulai menampakkan dirinya. Perlahan namun pasti, cahaya itu pun masuk ke dalam kamar dimana terdapat seorang gadis tengah tertidur dengan nyamannya.
Gadis itu mengerjapkan mata karena wajah cantiknya yang tersorot oleh cahaya mentari. Raya mendudukkan dirinya di tepi tempat tidur nya.
Setelah seluruh kesadarannya telah terkumpul. Ia menatap ke arah samping. Kosong? Apakah Ardhan sudah pergi duluan? Pikirnya.
Raya pun bangkit dan bergegas ke kamar mandi untuk menyelesaikan ritual mandinya. Hanya membutuhkan beberapa menit, Raya pun sudah siap dengan seragamnya. Ia pun keluar lalu menuruni anak tangga.
Suasana yang begitu sepi membuat dirinya tersenyum kikuk untuk meratapi nasibnya.
Raya pun melangkah keluar untuk memakai sepatunya. Saat diluar bahkan mobil Ardhan pun sudah tidak ada. Tak mau ambil pusing, Raya pun mulai memakai sepatunya.
Setelah di rasa sudah siap, Raya mengunci pintu rumah lalu pergi berjalan menuju halte depan kompleknya meninggalkan pekarangan rumah.
Mungkin hari ini Raya di bilang beruntung karena ia tidak harus menunggu angkotnya dengan lama. Ia pun memberhentikan mobil angkot lalu ia masuk. Dalam perjalanan Raya hanya diam dengan tatapan kosong.
Hanya membutuhkan kurang lebih 20 menit, Raya pun sampai di sekolahnya. Ia langsung turun tak lupa membayar ongkosnya.
Raya berjalan santai di sepanjang koridor. Langkahnya memelan ketika ia berpapasan dengan Laura. Ia tersenyum seolah tak terjadi apa-apa ketika mata mereka bertemu.
Raya pun segera melangkahkan kakinya, namun tiba-tiba cekalan di tangan membuat dirinya harus berhenti tanpa menoleh.
"Gue gak ada hubungan apa-apa sama kak Ardhan" ujar Laura meyakinkan Raya.
Raya menoleh menatap Laura kemudian ia mengedikkan kedua bahunya.
"Gak peduli" setelah mengatakan itu Raya pun melenggang pergi menyisakan Laura yang masih terdiam.
'Semua akan berakhir Ray. Lo tenang aja' batin Laura.
***
"Tiaraaa!!" Teriak Raya ketika sudah memasuki kelasnya. Teman-teman satu kelasnya pun menatapnya dengan tatapan heran. Pagi-pagi udah teriak-teriak. Kesambet apaan dah?
"Apaan sih lo pagi-pagi bikin kuping gue sakit tau gak!" Kesal Tiara kepada sahabatnya. Raya hanya menampilkan cengirannya.
"Kenapa lo? Kemarin aja nangis-nangis sekarang senyum-senyum? Lo masih waras kan?" Heran Tiara membuat Raya memanyunkan bibirnya.
"Btw lo udah baikan sama Kak Ardhan?" Raya menggeleng kecil
"Terus kenapa lo senyum-senyum? Gue kira lo udah baikan makanya lo pas datang teriak sambil nyengir gak jelas?"
Raya mengangkat kedua bahunya acuh. "Bodo amat"
Tiara memutar bola matanya malas. Ia seneng melihat Raya yang udah bisa senyum lagi. Ya, meski terlihatnya sedikit aneh karena senyum-senyum sendiri. Tak lama kemudian guru yang akan mengajar pun datang dan mereka semua langsung terdiam.
***
Di sisi lain, Ardhan dan yang lainnya tengah berada di rooftop. Karena kelas 12 yang sudah melangsungkan UN membuat mereka semua menjadi bebas karena tidak ada lagi KBM (Kegiatan Belajar Mengajar).
"Lo udah siapin?" Tanya Ardhan yang di angguki mereka semua.
"Tenang sesuai yang lo minta" sahut Samuel dan Ardhan mengangguk.
"Oke"
Ardhan tersenyum miring. Rasanya ia tidak sabar ingin segera hari itu terjadi.
"Menghitung hari" gumam Ardhan
***
Kring kring
Bel istirahat pun berbunyi. Raya dan Tiara sudah berdiam diri di kantin bahkan sebelum bel terdengar.
"Neng, gue jadi penasaran Ardhan kenal Laura dari mana?" Tanya Tiara. Raya menoleh lalu menghembuskan nafasnya dengan pelan.
"Ya tau lah, orang Laura sepupunya kak Raka" ujar Raya malas. Tiara yang mendengar pun hanya ber'oh ria.
'Pantes aja langsung deket orang sepupu sahabatnya sendiri! Awas aja lo!' Batin Tiara geram.
Suasana kantin tiba-tiba riuh oleh kedatangan para most wanted SMA Rajawali. Seluruh mata langsung tertuju ke arah segerombolan laki-laki yang baru saja memasuki area kantin kecuali Raya dan Tiara. Mereka yang sudah tau apa yang membuat kantin menjadi riuh pun hanya diam seolah tak peduli.
Saat segerombolan laki-laki itu melewati meja dimana Raya berada, tak sengaja mata Raya menangkap mata milik Ardhan namun Raya segera memutuskan dan memalingkan wajahnya seakan tidak mau melihat cowok itu.
Vote itu GRATIS lohhhh!!!
Jangan lupa vote dan follow alvirasalmah
KAMU SEDANG MEMBACA
RayArdhan [Completed]
Teen Fiction[Sequel DhaVira] Sebuah takdir memang misterius. Tak ada yang tau dan tak ada yang bisa di perkirakan. Seperti kepergian orang yang di sayang apalagi cinta adalah hal yang tak terduga bahkan tak di inginkan, hingga orang itu pergi untuk selamanya. S...