Prolog

4.1K 378 10
                                    

-Prolog










Aku berjalan tergesah karena Dee, temanku, sudah menunggu di cafe. Kami memang ada janji bertemu siang ini, sayangnya aku ketiduran dan telat hampir satu jam. Hapeku terus bergetar tanda Dee masih terus mengamuk di sana. Astagah! Aku nggak tahu kalau aku sudah pikun sampai separah ini.

Mataku melihat sekeliling, mengamati penjual minuman. Aku mengerang, ini jam 2 siang dan terik sekali. Mengabaikan hapeku yang masih bergetar, aku memutuskan untuk membeli minuman. Kini hapeku bukan lagi bergetar, tapi berdering. Dee menelponku.

"Ya Dee?"

"Lo ini gimana sih? Niat enggak? Gue udah nunggu lo sejam lebih tahu!"

Aku memejamkan mata lelah mendengar Dee mulai mengomel, "Iya iya, ini lagi jalan kok."

"Lo juga ngomong itu dari sejam yang lalu! Otw otw! Tapi gak sampe-sampe juga!"

"Iyaaaaa, ini lagi jalan kok, sabar napa."

"Kurang sabar apalagi sih gue?!"

"Ini nih, udah sampe bentar ya, gue matiin dulu. Bye!"

"Eh eh! Gue belum se—"

Tut!

Aku memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Dia itu ngomel mulu!

Setelah selesai membeli minum, baru saja aku hendak berbalik seseorang menabrakku, minuman yang bahkan belum aku minum sudah jatuh mengenai sebagian baju dan tanah, belum lagi hapeku yang ikut jatuh.

Astagah! Apalagi ini!

Aku membuang napas kesal dan berjongkok memungut hapeku yang sudah mati, "Sial banget si gue?!" gerutuku sebal.

Aku berdiri sibuk dengan ponsel dan mengecek keadaannya, aku makin menghela napas panjang, mati total!

Tanganku mengibaskan beberapa kali ke bajuku yang basah dan lengket, aku butuh mandi. Masih menunduk dan mengeringkan baju aku melihat sebuah sapu tangan terulur di depan, sontak saja aku menerima tanpa melihat siapa empunya.

Kurang dari lima menit, bajuku tidak ada perbedaan. Aku memdongak seakan tersadar bahwa aku belum mengucapkan terima kasih tapi aku tidak melihat siapa-siapa selain orang-orang yang berlalu lalang.

Astagah! Dee!

Kini tidak berjalan, aku berlari menuju cafe sebelum Dee makin mengamuk.

Dee melambaikan tangan saat aku tiba di cafe, aku segera berjalan ke tempat duduknya.

"Sori, gue telat." Ujarku masih ngos-ngosan.

"Halah, ngaku lo. Lo lupa kan?" serang Dee tepat sasaran.

Aku nyengir sembari mengeluarkan laptop dari tas.

"Eh, baju lo kenapa tuh?"

Aku melirik baju bagian depan yang basah, "Ketumpahan minuman tadi."

Dia mendelik kaget, "Masih sempet lo beli minuman tadi?!"

Aku mengendikkan bahu acuh, "Ya gue aus, eh belom sempet minum udah jatoh aja ditabrak orang."

"Siapa?!" Mata bulatnya membesar.

"Gak tahu."

Alisnya mengerut, "Kok gak tahu?!"

"Gue gak sempet liat, buru-buru ambil hape gue yang jatoh terus mati."

"Dia enggak tanggung jawab gitu udah nabrak elo?"

"Kayaknya dia kasih gue sapu tangan deh, gue nggak sempet liat orangnya dia udah pergi."

Dee kembali berdecak, "Bego!" umpatnya padaku membuat aku mendelik, "Lo itu harusnya marah kek, apa kek, lah ini diem aja!"

"Udah deh, jadi gak sih bikin tugasnya?"

"Ya jadi, tapi kan gue kepo, dia nggak ngomong apa-apa sama lo?"

Aku menggeleng tidak begitu peduli, memangnya itu penting ya?

"Enggak."

"Tuh kan! Harusnya dia minta maaf kek, masa diem aja? Lo cuma dikasih sapu tangan?"

"Kali aja dia bisu?" Sahutku tak acuh.

"Masa sih?"

Aku menoyor dahinya pelan, "Dasar miss kepo lo! Ayo si mulai tugasnya!"

Dee malas-malasan mengiyakan.

Hari itu kami mengerjakan tugas di cafe, aku sedikit melirik sapu tangan yang aku taruh di meja. Alisku sedikit bertaut membaca tulisan di sana.



Algis?

Kira's Time TravellerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang