"woni!"
"apa?" jawab wonyoung lemas, jujur dia pengen rebahan di rumah sambil netlix-an.
haruto, ngegaruk tengkuk belakang nya sebentar.
"gue cuma mau nganterin lo balik. kalo lo gamau gu—
"mau kok!" seru wonyoung
garis bawahi, bukan karna wonyoung suka haruto. tapi memang saat ini dia mau ngehemat pengeluaran buat transportasi.
haruto kikuk sendiri, "o—oh ya udah, ayo ke parkiran."
wonyoung mengangguk, dan jalan ngedahuluin haruto. haruto dibelakang udah ngusap-ngusap dada nya berulang kali.
mencoba menetralkan detak jantungnya.
"ini motor haru kan?"
"haru?"
wonyoung mengangguk gemas, "tadi lo manggil gue woni, masa gue ga ngasih panggilan sayang juga?"
"sayang?" tanya haruto sekali lagi,
"o—oh jadi ga sayang? yah maaf deh gue ga lancang lagi." jawab wonyoung sambil tertawa kecil di akhir kalimat nya
Tuhan, jantung haruto udah disko daritadi.
"jangan lupa makan, mandi juga jangan lupa." ucap haruto
wonyoung melepaskan helm yang dipakai nya, memberikan nya ke haruto lagi.
"iya haru, gue juga tau itu. btw," ucapan wonyoung menggantung, gadis itu sibuk merogoh saku rok nya, "ini ucapan makasih dari gue."
permen milkita, harga nya memang gak seberapa, tapi lihat yang ngasih siapa.
"wah rasa melon, thx ya woni."
wonyoung merasa pipi nya agak panas, cowo didepan nya sedikit mengacak-acak rambut nya.
"ya udah gue duluan, salam buat yang di rumah."
bahkan sampai haruto lenyap dari pandangan gadis itu, wonyoung tetap memperhatikan jalanan.
"siapa tu dek,"
sakura mendadak berdiri di samping wonyoung, "kak, ngagetin gue aja."
sakura tertawa kecil, dia memperhatikan pipi wonyoung yang sedikit memerah.
"pipi lu kenapa dek?"
"gak, gak kenapa-kenapa."
"ah, yang bener."
"bener kok!"
"masa si, udah mulai kenalan sama cowo ni."
"ck, rese lo kak hari ini." jawab wonyoung malas, dia berjalan meninggalkan sakura di pekarangan rumah
sakura terkekeh melihat respon adik nya.
-;
Wonyoung Aditya Brahmandika
Haruto Bagaskara
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna; [izone]
Random"Kalau hidup kamu monokrom, aku siap jadi pewarna hidupmu."