sakura duduk disamping ranjang minju. gadis itu masih tertidur.
"kak pulang aja, kasian kakak pasti sibuk." celetuk yujin
sakura menggeleng, "dia temen kakak. harus kakak sendiri yang ngasih undangan nya."
yujin menghela nafas panjang dan mengangguk. dia lapar, makanya ingin membeli makanan di kantin rumah sakit ini.
"eh? loh? siapa ya?"
gadis didepan yujin tersenyum canggung, "gue yena, ini beneran kan ruang inap minju?"
yujin mengangguk, "temen nya kak minju pasti. masuk aja, ada kak sakura juga."
yena terdiam sebentar. kenapa bisa ada sakura, apa yang akan dia katakan pada gadis itu nanti.
tapi itu tak penting untuk saat ini.
"ya udah, gue masuk ya?"
"iya masuk aja."
yena menghela nafas panjang, dan masuk ke dalam ruangan.
sakura langsung mengarahkan pandangan nya, dia berdiri dan langsung menerjang tubuh yena.
"astaga lo kemana sih!"
"hehe, gue pindah sak."
sakura melepaskan pelukan itu, menatap wajah yena, "lo kurusan."
yena menggeleng, dan berjalan kearah minju. gadis itu masih tetap tertidur.
"udah berapa lama?"
"satu jam yang lalu? mungkin."
"nih," lanjut sakura, memberi undangan pernikahan nya ke yena. gadis didepan nya tersenyum bahagia, "selamat ya kak. gue dateng kok."
"lo kapan nyusul?"
yena terdiam, sakura yang tau salah bicara langsung menutup mulut.
"maaf."
"gapapa kali, santai."
yena memegang tangan minju, dingin sekali. pasti rasanya sakit.
kalau bisa bertukar badan, biarkan yena saja yang merasakan sakit.
"sejak kapan disini?"
yena tersentak, minju sudah bangun.
"baru aja. sakura yang udah lama."
minju mengalihkan pandangannya, merasa tak enak dengan sakura.
"udah, gapapa kok. ini, dateng ya gue tunggu."
minju mengangguk, paling tidak di bisa melihat teman nya menikah.
sakura melirik arloji nya, sepertinya dimas sudah datang menjemput nya.
"gue duluan ya? masih mau ngurus yang lain."
yena mengangguk, "hati hati ya, gue dateng pasti."
"titip salam buat kak dimas juga ya."
"iya siap."
sakura hilang dari pandangan kedua nya. hanya minju dan yena yang ada disana.
"sama yohan gimana?"
yena tersenyum, "baik. jangan sakit gini, kita semua sedih."
minju terkekeh, "gue juga gamau dilahirin lemah gini."
"lo bakal sembuh."
yena menggeleng kan kepala nya, "gue ngelantur tadi. ya udah gue pulang dulu."
minju mengangguk, "makasih udah jengukin."
"kamu darimana?"
"bukan urusan kamu."
yohan menghela nafas panjang, "daritadi pagi sampai malem kamu sama sekali ga pulang yena. kenapa?"
yena membalikan badan nya, "besok aku pindah."
"ga, kamu tetep tinggal disini."
"jangan egois, yohan. jelas jelas papa mama kamu ga setuju sama kita."
"ini bukan yena yang aku kenal."
"terus yang kamu kenal gimana? yang lemah lembut? periang? sekarang beda."
yohan mengusap wajah nya frustasi, "oke. makasih udah buat aku kecewa."
gadis itu berjalan meninggalkan yohan, dan mengunci pintu nya rapat rapat.
dia ingin menangis, tak peduli matanya akan bengkak seperti apa.
sudah cukup dengan sandiwara hidup nya selama ini. dia lelah.
yohan menatap daun pintu kamar yena. sebenarnya dia tidak tau jalan pikir gadis itu.
yohan merasa ada yang yena sembunyikan, pasti ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna; [izone]
De Todo"Kalau hidup kamu monokrom, aku siap jadi pewarna hidupmu."